saya menulis untuk diri saya, dan apa yang pembaca baca adalah untuk pembaca. didalam tulisan saya, tidak merasa saya dan semua tulisan saya terkadang berisi tentang saya ^_^

Sabtu, 06 April 2013

cincin




Hampir dua jam. ya dua jam, gelas itu mengembun karena dinginnya cuaca. namun tidak untukku, namun didalam diriku sedang berkobarnya api membara. hampir dua jam seperti yang kukatakan sebelumnya, hanya saling bertatap-tatap tanpa bicara sepatah katapun. bermain dengan prasangka masing-masing, berkutat dengan teori-teori setan yang tetap dikukuhkan. dia merasa benar dan aku merasa benar.
Haruskah aku yang membuka suara untuk memulai pembicaraan yang dua jam sempat tertunda itu. aku lagi kah? aku lagikah? hah.., kenapa mesti aku.
                “ lalu sekarang?” aku akhirnya memulai pembicaraan.
                Dia mengangkat dahi yang sempat tertekuk, menatapku lekat-lekat tapi tak langsung berbicara.  
                “ aku bingung!” jawabnya pelan.
                ada rasa muak sebenarnya dari balik jawaban yang tak ku kehendaki. Apa keinginannya sebenarnya.
                “ jangan menggantungku! kalau mas lebih condong kedia aku bersedia mundur” ucapku.
                “ itu yang tak ku kehendaki, aku..aku ingin kita bisa hidup bersama tanpa ada yang mundur” jawabnya. kemudian dia menunduk lagi. ku rasakan ada kebingungan yang benar-benar melandanya. Tapi aku juga tak ingin dibuatnya bingung, dan digantungkan cerita cintanya.
                “ maaf, aku tidak mau mas mencintai wanita lain selain aku. Tapi, aku juga rela pergi kalau mas memang memilih wanita itu. aku gak apa-apa” jawabku tegas.
                Kupasang wajah kuat-kuat, tanpa menunjukkan kelemahan dan ketakutanku kehilangannya. Bagiku segalanya harus diakhiri, dari pada dia membuatku semakin menderita seperti ini.
                Kuambil sebuah kotak cincin, dari dari tas yang sudah aku persiapkan jauh-jauh hari sebelum bertemu dengannya hari ini.
                “ ku kembalikan cincin, yang sudah mengikat kita selama 5 tahun ini. mungkin setelah ini aku sudah tidak berhak atas cincin itu.” ku serahkan cincin itu padanya. dalam beberapa detik saja cincin itu sudah berpindah tempat ketangannya.
                “ aku menunggu surat perceraian dari mas, sekaligus undangan pernikahan mas dan wanita itu” ucapku. aku segera bangkit dan berjalan menuju pintu cafe tersebut dengan perasaan yang tak tahu entah apa namanya. Meninggalkannya dengan kebingungan dan keputusasaan tentang cintanya. Walau sebenarnya, sampai detik ini aku masih sangat mencintainya.

Tidak ada komentar: