Hampir dua jam. ya dua jam, gelas
itu mengembun karena dinginnya cuaca. namun tidak untukku, namun didalam diriku
sedang berkobarnya api membara. hampir dua jam seperti yang kukatakan
sebelumnya, hanya saling bertatap-tatap tanpa bicara sepatah katapun. bermain
dengan prasangka masing-masing, berkutat dengan teori-teori setan yang tetap
dikukuhkan. dia merasa benar dan aku merasa benar.
Haruskah aku yang membuka suara
untuk memulai pembicaraan yang dua jam sempat tertunda itu. aku lagi kah? aku
lagikah? hah.., kenapa mesti aku.
“ lalu
sekarang?” aku akhirnya memulai pembicaraan.
Dia
mengangkat dahi yang sempat tertekuk, menatapku lekat-lekat tapi tak langsung
berbicara.
“ aku
bingung!” jawabnya pelan.
ada
rasa muak sebenarnya dari balik jawaban yang tak ku kehendaki. Apa keinginannya
sebenarnya.
“
jangan menggantungku! kalau mas lebih condong kedia aku bersedia mundur” ucapku.
“ itu
yang tak ku kehendaki, aku..aku ingin kita bisa hidup bersama tanpa ada yang
mundur” jawabnya. kemudian dia menunduk lagi. ku rasakan ada kebingungan yang
benar-benar melandanya. Tapi aku juga tak ingin dibuatnya bingung, dan digantungkan
cerita cintanya.
“ maaf,
aku tidak mau mas mencintai wanita lain selain aku. Tapi, aku juga rela pergi
kalau mas memang memilih wanita itu. aku gak apa-apa” jawabku tegas.
Kupasang
wajah kuat-kuat, tanpa menunjukkan kelemahan dan ketakutanku kehilangannya.
Bagiku segalanya harus diakhiri, dari pada dia membuatku semakin menderita
seperti ini.
Kuambil
sebuah kotak cincin, dari dari tas yang sudah aku persiapkan jauh-jauh hari
sebelum bertemu dengannya hari ini.
“ ku
kembalikan cincin, yang sudah mengikat kita selama 5 tahun ini. mungkin setelah
ini aku sudah tidak berhak atas cincin itu.” ku serahkan cincin itu padanya.
dalam beberapa detik saja cincin itu sudah berpindah tempat ketangannya.
“ aku
menunggu surat perceraian dari mas, sekaligus undangan pernikahan mas dan
wanita itu” ucapku. aku segera bangkit dan berjalan menuju pintu cafe tersebut
dengan perasaan yang tak tahu entah apa namanya. Meninggalkannya dengan
kebingungan dan keputusasaan tentang cintanya. Walau sebenarnya, sampai detik
ini aku masih sangat mencintainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar