I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Merencanakan pada dasarnya
menentukan kegiatan yang hendak dilakukan pada masa depan. Kegiatan ini di
maksudkan untuk mengatur berbagai sumber daya agar hasil yang dicapai sesuai
dengan yang diharapkan.
Perencanaan adalah proses penentuan
tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefesien mungkin (Roger A. Kauffman,
1972). Dalam setiap perencanaan selalu terdapat 3 kegiatan yang tidak bisa
dipisahkan yaitu, perumusan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan program untuk
mencapai tujuan itu, serta identifikasi dan pengerahan yang sumbernya terbatas.
Perencanaan
merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan,
bagaimana mengerjakan, apa yang harus dikerjakan dan sispa yang
mengerjakan.perencanaan sering juga jembatan yang menghubungkan kesenjangan
atau jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang diharapkan terjadi pada
masa yang akan datang. Meskipun keadaan masa depan yang tepat itu sukar
diperkirakan, karena banyak factor di luar pengusaan manusia yang berpengaruh
pada rencana. Tetapi tanpa perencanaan kita akan menyerahkan keadaan pada masa
yang akan datang itu kepada kebetulan-kebetulan.
Untuk
itu perencanaan membutuhkan data dan informasi agar keputusan yang diambil
tidak lepas kaitannya dengan masalah yang dihadapi pada masa yang akan datang.
Perencanaan yang baik hendaknya memperhatikan sifat-sifat kondisiyang akan
datang, dimana keputusan dan tindakan efektif dilaksanakan.
Dengan demikian yang di maksud dengan
perencanaan pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan
selama waktu tertentu agar penyelenggaraan system pendidikan menjadi lebih
efektif dan efisien serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu dan relevan
dengan kebutuhan pembangunan.
Dari
latar belakang tersebut, maka kami penulis mengambil judul “ Perencanaan Pendidikan”.
1.
2 Rumusan masalah
(1) Apakah
Pengertian, Tujuan dan Manfaat Perencanaan Pendidikan?
(2)
Apa saja Fungsi, Karakteristik, Unsur
,dan Perenca dalam Perencanaan pendidikan?
(3)
Apa saja Model dan Metode Perencanaan
Pendidikan?
(4)
Bagaimanakah Syarat dan Langkah Perencanaan Sekolah?
(5)
Apa saja Hambatan – Hambatan dalam
Perencanaan Pendidikan?
(6)
Apakah Jenis dan Jenjang dalam Perencanaan
Pendidikan?
(7)
Bagaimana Langkah-langkah Perumusan Operasional Rencana Sekolah?
(8)
Bgaimanakah Persiapan Praktik Perencanaan Sekolah?
1. 3
Tujuan
(1) Untuk
mengetahui Pengertian, Tujuan dan Manfaat Perencanaan Pendidikan.
(2)
Untuk mengetahui Fungsi, Karakteristik, Unsur
,dan Perenca dalam Perencanaan pendidikan.
(3) Untuk
mengetahui Model dan Metode Perencanaan Pendidikan.
(4) Untuk
mengetahui Syarat dan
Langkah Perencanaan Sekolah.
(5) Untuk
mengetahui Hambatan – Hambatan dalam Perencanaan Pendidikan.
(6) Untuk
mengetahui Jenis dan Jenjang dalam Perencanaan Pendidikan.
(7) Untuk
mengetahui Langkah-langkah
Perumusan Operasional Rencana Sekolah.
(8) Untuk
mengetahui Persiapan
Praktik Perencanaan Sekolah.
II.
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian,
Tujuan dan Manfaat Perencanaan Pendidikan
1.
Penertian Perencanaan Pendidikan
a.
William H. Newman dalam Abdul Majid :
Perencanaan adalah menentukan apa yang
akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian – rangkaian putusan yang luas
dan penjelasan – penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan
program, penentuan metode – metode dan prosedur – prosedur tertentudan
penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari – hari.
b. Ulbert
Silalahi :
perencanaan merupakan kegiatan menetapkan
tujuan serta merumuskan dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi,
finansial, metode dan waktu untuk
memaksimalisasi efisiensi dan evektivitas penapaian tujuan.
c. Andreson
(1961):
Perencanaan
adalah keputusan bagi berbuatan di masa mendatang.
d. Sehertian
(1985):
Perencanaan
adalah langkah persiapan yang diarahkan kepada tujuan yang bertitik kulminasi
pada suatu keputuasan yang berfungsi sebagai landasan bagi langkah tindakan
selanjutnya.
e. Nawawi (1985):
Perencanaan
adalah menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu
masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan
tertentu.
f. Lembaga
Administrasi Negara mendefinisikan Perencanaan sebagai berikut :
·
Perencanaan dalam arti seluas – luasnya
tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan –
kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sutu tujuan tertentu.
·
Perencanaan adalah proses penentuan
tujuan , penentuan kegiatan, dan penentuan aparat pelaksanaan kegiatan,untuk
mencapai tujuan.
·
Perencanaan adalah usaha yang
diorganisasikan dengan dasar perhitungan untuk memajukan perkembangan tertentu.
g.
Definisi perencanan
yang lebih luas dikemukakan oleh Bintaro Tjokroamidjojo sebagai berikut :
·
Perencanaan dalam arti seluas – luasnya
tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan –
kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
·
Perencanaan adalah suatu cara bagaimana
mencapai tujuan sebaik – baiknya ( Maksimum output ) dengan sumber – sumber
yang ada supaya lebih efisien dan efektif
·
Perencanaan adalah penentuan tujuan yang
akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana bilamana dan oleh siapa.
Dari dua pengertian
diatas dalam suatu perencanaan terdapat lima hal pokok sebagai berikut :
a.
Tujuan yang hendak dicapai
b.
Rangkaian kegiatan yang
disusun secara sistematis untuk tercapainya tujuan
c. Sumber
daya manusia yang akan melaksanakan rencana yang disusun untuk mencapai
tujuan serta sumber daya lainnya yang digunakan
d.
Janga waktu kapan rencana akan
dilaksanakan dan diselesaiakan.
e. Penafsiran
rencana kedalam program nyata erta mudah diaplikasikan tahap demi tahap.
Perencanaan sering dikaitkan dengan bidang-bidang
pembangunan yang dilakukan oleh suatu bangsa dan negara. Salah satuya bidang
pembangunan yang dilakukan oleh suatu bangsa dan negara demi kemajuan dan
kejayaan bangsa dimasa yang akan datang adalah perencanaan pendidikan.
Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli
mengenai rumusan perencanaan pendidikan sebagai berikut:
a.
C.E.Boeby
perencanaaan pendidikan adalah suatu usaha
melihat kemasa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya pendidikan
dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam kegiatan ekonomi, sosial
dan politik untuk pengembangan potensi sistem penddikan nasional,memenuhi
kebutuhan bangsa dan anak didik yag
dilayani oleh sistem tersebut.
b.
Guruge
perencanaan pendidikan adalah proses
mempersiapkan kegiatan dimasa depan dalam bidang pembagunan pendidikan adalah
tugas perencanaan pendidikan
c.
Menurut Comb
perencanaan pendidikan
merupakan aplikasi analisis rasional dan sistematik dalam proses pengembangan
pendidikan yang bertujuan meningkakan efektivitas dan efisiensi pendidikan
dalam usahanya memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan(pendidikan) babk tujuan
yang berhubungan dengananak didik maupun masyarakat.
d.
Albert Waterson
perencanaan pendidikan
adlah investasi pendidikan yang dapat dijalankan dan kegiatan-kagiatan
pembangunan lain yang didasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta
keuntungan sosial.
e.
Yusuf Enoch
perencanaan pendidikan merupakan
suatu proses penyusunan alternatif kebijaksanaan mengatasi masalah yang akan
dilaksanakan dalam rangka pencapaian tuuan pembangunan pendidikan nasional dengan
mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dibidang sosial ekonomi, sosial
budaya dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh terhadap pendidikan
nasional.
Dari beberapa pengertian diatas dalam perencanaan
pendidikan terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
a.
Usaha melihat kemasa depan dalam hal
menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya pendidikan dengan mengembangkan
sistem pendidikan nasional.
b.
Merupakan proses mempersiapkan kegiatan
dimasa depan dalam bidang pembangunan pendidikan.
c.
Kegiatan investasi jangka panjang yang
baru bisa dinikmati hasilnya pada tahun-tahun atau generasi-generasi yang
mendatang.
d.
Merupakan suatu proses penyusunan
alternatif kebijaksanaan yang bersifat perencanaan makro, meso maupun mikro;
jangka panjang, jangka menengah, jangka penek; strategik, manajerial, maupun
operasional; perbaikan atau pengembangan, serta pastisipatory.
e.
Dalam perencanaan pendidikan didasarkan
pada prinsip efektivitas dan efsiensi, dengan memperhatikan aspek ekonomi dan
penggalian sumber-sumber pembiayaan pendidikan, alokasi biaya, penyiapan tenaga
kerja.
f.
Perencanaan pendidikan bersaha memenuhi
kebutuhan akan ketrampilan hidup peserta didik dimasa yang akan datang baik
yang bersifat lokal kedaeran, nasional, regional maupun inernasional.
Keberhasilan perencanaan pendidikan suatu bangsa
bergantung keada cara, sifat dan proes pengambilan keputusan yang diambil para
perencana pendidikan yang didasarkan pada tujuan pembangunan nasional serta
strategi dan kebijakan operasional pendidikan. Dalam penentuan kebijakan
pendidikan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan perlu memperhatikan, siapa
yang memegang kekuasaan merencanakan, siapa yang dapat menentukan keputusan
dalam perencanaan pendidikan siapa yang akan diserahi tugas untuk melaksanakan
perencanaan pendidikan yang telah dibuat serta faktor- faktor apa saja yang
harus diperhatiakn dalam pengambilan keputusan serta mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan yang dibuat.
2.
Tujuan perencanaan pendidikan
Banyak tujuan yang hendak dicapai dari perencanaan pendidikan
sebagai berikut :
a.
Menyediakan rancangan
keputusan-keputusan pejabat perencana pendidikan yang bewewenang tingkat daerah
maupun tingkat nasional.
b.
Membuat pola dan program kegiatan secara
matang bagi berbagai bidang/ satuan kerja yang bertanggung jawab melaksanakan
kebijaksanaan yang telah dirumuskan.
c.
Menyajikan fakta-fakta dan data agar
dapat diterima dengan berorientasi pada masa depan.
d.
Menyakinkan secara logis dan rasional
dan sistem kepada stake holde pendidikan tentang rencana pendidikan yang telah dibuat.
3.
Manfaat perencanaan pendidikan
Menurut Sa’ud dan Makmum
perencanaan memiliki arti peting sebagai berikut:
a.
Dengan adanya perencanaan diharapkan
tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
b.
Dengan perencanaan, maka dapat dilakukan
suatu perkiraan(forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan
dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek- prospek
perkembangan tetapi juga mengenai han=mbatan-hambatan dan resiko-resiko yang
mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidak pastian dapat
dibatasi sedini mungkin.
c.
Perencanaan memberikan kesempatan untuk
memilih berbagai alernatif tentang cara terbaik (the best alternatif) atau
kesematan untuk memilih kombinasi cara terbaik (the best combination)
d.
Dengan perencanaan dilakukan penyusunan
skala prioritas. Memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan,
sasaran memilih urutan –urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran
maupun kegiatan usahanya.
e. Denganadanya
rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standart untuk mengadakan
pegawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi, termasuk pendidikan.
Perencanaan pendidikan sangat dibutuhkan,
karena bermanfaat untuk:
a.
Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam
mencapai tujuan.
b.
Sebagai pola dasr dalam mengatur tugas
dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
c.
Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur
baik unsur guru maupun unsur murid pada lembaga pendidikan.
d.
Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu
pekerjaan. Sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan keterlambatan kerja.
e.
Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimagan kerja.
f.
Untuk menghemat biaya, waktu, tenaga,
dan alat-alat.
2.2 Fungsi, Karakteristik,Unsur ,dan
Perenca Perencanaan
pendidikan.
1.
Fungsi perencanaan pendidikan sama
seperti fungsi perencanaan pada umumnya yaitu:
a.
Merupakan pola dasar dan petunjuk
pengambilan keputusan tentang jalan yang harus ditempuh dan bagaimana mencapai tujuan
tersebut.
b.
Pedoman pelaksanaan dan pengendalian
pelaksanaan pendidikan
c.
Menghindari pemborosan sumber-sumber
daya manusia maupun sumbe daya non manusia
d.
Alat pengembangan penjamin mutu
pendidikan
e.
Upaya untuk memenuhi dan mewujudkan
transfaransi dan akuntabilitasi lembaga pendidikan.
f.
Mempersapkan keputusan-keputusan atau
alternatif-alternatif kebijaksanaan yang bersifat strategis untuk kegiatan masa
depan dalam pembangunan pendidikan.
2.
Karakteristik Perencanaan pendidikan
Menurut saud
perencanaan pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Suatu proses rasional, dikarakteristikan
sebagai pengembangan yang terorganisasi dari kegiatan pembelajaran masyarakat
b.
Menyangkut tujuan sosial, cara dan
tujuan, proses- proses dan kontrol
c.
Merupakan rancangan konseptual dimana
kebijakan dan tindakan dibuat oleh kelompok.
d. Konsep
dinamis yang menjamin suatu rencna dikonstruksikan dengan lentur sehingga tidak
mungkin terjadi penyimpangan
Sedangkan menurut Banghart dan trull dalam Harjanto bahwa terdapat
beberapa karakteristik perencanaan pendidikan yaitu:
a.
Merupakan proses rasional, sebab
berkaitan dengan tujuan sosial dan konsep-konsepnya yang dirancang oleh banyak
orang
b.
Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat
dan perlu dimodifikasi jika informasi yang masuk mengharapkan demikian.
c.
Perencanaan terdiri dari beberapa
aktivitas, aktivitas itu banyak ragamnya, namun dapat dikategorikan menjadi
prosedur-prosedur dan pengarahan.
d.
Perencanaan pendidikan berkaitan dengan
pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi,
salah penggunaan dan salah dalam managementnya.
3.
Unsur-unsur Perencanaan Pendidikan
Bina mitra Pembinaan Madrsah melihat unsur
perencanaan pendidikan dari segi prosesnya meliputi :
a.
Tujuan
Tujuan merupakan
sesuatu yang ingin dicapai dan merupakan
landasan atau arah dari semua langkah –langkah yang akan dilakukan oleh sebuah
organisasi . dan tujuan khusus adalah rumusan tujuan yang bersifat konfrehensif
dan ditentukan berdasarkan sektor atau program yang akan dikembangkan dalam
rangka mencapai tujuan umum.
b.
Data dan Informasi
Data dan informasi
merupakan keterangan-keterangan mengenai sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
sumber dalamperencanaan pendidikan. Data dan informasi diperlukan tidak hanya
pada saat proses perencanaan, tetapi juga digunakan sebagai alat untuk
mengendalikan dan alat untuk mengadakan penyesuaian rencana serta sebagai alat
evaluasi rencana itu sendiri.
c.
Analisis
Analisis merupakan
langkah-langkah mempelajari pokok masalah melalui pemikiran yang sistematis
logis dan pengajian sampai kepada unsur-unsurnya. Analisis dapat dilakukan
secara linier yaitu menggunakan hukum sebab akibat dalam rangka melihat
hubungan antar variabel.Analisis dapat dilakukan secara non liner yaitu
membandingkan isi, ukuran jenis, waktu dan sebagainya. Dan analisis yang dapat
dilakukan secara tematik dan dinamik, yaitu analisis yang dilakuakn secara
tidak langsung terhadap objek yang menjadi sasaran analisis.
d.
Kebijakan
Kebijakan merupakan
ketentuan-ketentuan atau keputusan-keputusan yang bersifat menyeluruh mengenai
langkah-langkah yang dilakukan dalam memecahkan suatu permasalahan. Dalam
penentuan batas-batas objek atau tujuan, menentukan pasyarat tentang cara yang
akan digunakan, membuat ketentuan-ketentuan tentang pencapaian tujuan dan sasaran, serta
menentukan arah dan motivasi serta target yang hedak dicapai.
Dan menurut Suardi Atmodiwirio unsur-unsur
perencanaan pendidikan meliputi: unsur kualitas intersektoral,
interdepartmental dan kewilayahan.
a.
Unsur Kualitatif
Dalam unsur Kualitatif
perencanaan pendidikan melihat pada kualitas dan keberhasilan perencanaan
pendidikan yang dapat dilihat dari komponen atau sub sistem pendidikan yang
meliputi, peserta didik tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, jumlah gedung
sekolah. Kualitas pendidikan sendiri ditandai dengan outcome yang berkualitas
dan produktif yang mencerminkan yang ada khususnya disekolah dengan dunia
industri, jasa dan perdagangan serta permintaan akan kebutuhan masyarakat.
b. Unsur intersektoral
Unsur
intersektoral menyadarkan bahwa dalam perencanaan pendidikan harus
memperhatikan sector-sektor lain seperti sector ekonomi, politik , sosial
budaya dan sebagainya yang membawa kepada konsekwensi berupa keharusan untuk
menyelarakan sector perencanaan pendidikan dengan sector-sktor lainnya.
c. Unsur interdepartemental
Bahwa
dalam perencanaan pendidikan tidak hanya melibatkan satu departemen atau
kementrian saja tapi melibatkan atau mungkin seluruh departemen atau kementrian
yang ada. Misalnya berkaitan dengan anggaran yang disediakan harus
berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan dan Departeman Keuangan,
berkaitan denan materi pelajaran agama berkoordinasi denan departeman Agama
serta membutuhkan Departemen-Depaertemen tertentuk untuk direkrut menjadi
pegawainya.
d. Unsur kewilayahan
Bahwa
dalam perencanaan pendidikan harus memperhatikan unsure geografis, topografis
serta cirri khas wilayah masing-masing dengan segala macam potensi yang
dimilikinya. Sehingga dalam perencanaan pendidikan harus memperhatikan aspek
geografis dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian antara program pendidikan yang akan
dikembangan dengan cirri khas geografis program pendidikan yang berciri
kewilayahan.
4.
Perencana
Perencanaan Pendidikan
Perencana pendidikan adalah semua petugas pendidikan mulai
dari tingkat yang paling atas (Pemerintah Pusat) sampai dengan perencana
pendidikan sebagai pelaksana lapangan yaitu kepala sekolah dan guru. Secara
lebih rinci petugas perencanaan pendidikan di kategorikan sebagai berikut:
a. Petuagas perencana pada tingakat pusat (Presiden,
BAPPENAS, mentri sekjen, dirjen, biro perencanaan).
b. Petugas perencanaan pada tingakat provinsi (Gubernur,
BAPPEDA, kepala dinas, kepala sub dinas).
c. Petugas perencanaan pada tingkat kabupaten/kota
(Bupati/ Wali kota,BAPPEDA, kepala dinas, kepala sub dinas).
d.
Petugas
perencanaan pada tingakat sekolah (Kepala sekolah dan guru).
Menurut
Jumberensyah Indar seorang perencana Pendidikan juga diharapkan dan dituntut
untuk:
a. Mempunyai kemampuan dalam pengumpulan data yang
diperlukan dalam penyusunan rencana.
b. Mampu menganalisis data pendidikan ke dalam, menjadi
bahan informasi dan menjabarkan rencana ke program pendidikan.
c. Mampu menerjemahkan implikasi rencana ekonomi ke dalam
sector pendidikan.
d. Memiliki pengetahuan dan mampu mengadakan analisis dengan
menggunakan rumus-rumus statistikauntuk memperhitungkan kebutuhan dalam
penyelenggaraan pendidikan seperti p[erhitungan proyeksi penduduk, tenaga kerja
output pendidikan dan sebagainya.
e.
Mampu
menterjemahkan kebijakan dan menjabarkan ke dalam rencana, program dan
proyek-proyek serta kegiatan-kegiatan dalam pendidikan.
Agar perencanaan
pendidikan yang dihasilkan cukup komperhensif, seorang perencana pendidikan
dalam merencanakan pendidikan perlu berkonsultasi kepada para ahli yang
menguasai bidang tersebut serta meminta bantuan dan memanfaatkan
konsultan-konsultan pendidikan.
2.3
Model
dan Metode Perencanaan Pendidikan
1. Model-model Perencanaan pendidikan
Pada
bagian ini akan dikemukakan beberapa model perencanaan pendidikan. Beberapa
model perencanaan pendidikanyang atut diketahui antara lain :
a.
Model perencanaan komprehensif
Model
ini terutama digunakan untuk menganalisis perubahan- perubahan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan.
Disamping itu berfungsi sebagai suatu patokan dalam menjabarkan rencana-rencana
yang lebih spesifik kearah tujuan-tujuan
yang lebih luas.
b.
Model Target setting
Model
ini diperlukan dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan tingkat
perkembangan dalam kurun waktu tertentu. Dalam persiapannya dikenal 1) Model
untuk analisis demografis dan proyeksi penduduk, 2) model untuk memproyeksikan
enrolmen (jumlah siswa terdaftar) sekolah, 3) model untuk memproyeksikan
kebutuhan tenaga kerja.
c.
Model costing( pembiayaan) keefektifan
biaya
Model
ini sering dignakan untuk menganalisis proyek-proyek dalam kriteria efisien dan
efektifitas ekonomis. Dengan model ini dapat diketahui proyek yang paling
fisibel dan emberikan suatu perbandingan yang paling baik diantara
proyek-proyek yang menjadi alternatif penanggulangan masalah yang
dihadapi.Penggunaaan model ini dalam pendidikan didasarkan pada pertimbanga
bahwa pendidikan itu tidak terlepas pada pertimbangan bahwa pendidikan itu
tidak terlepas dari masalah pembiayaan. Dan, dengan sejumlah biaya yang
dikeluarkan selama proses pendidikan, diharapkan dalam kurun waktu tertentu
dapat memberikan benefit tertentu.
d.
Model PPBS
PPBS(
planning, progamming, budget system) dalam bahasa indonesia adalah sistem
perencanaan, penyusunan program(SP4). Model ini bermakna bahwa perencanaan,
penyusunan program dan penganggaran dipandang sebagai suatu sistem yang tak
terpisahkan satu sama lainnya. PPBS merupaka suatu proses yang komprehensif
untuk mengambil keputusan yang lebih efektif. Berdasarkan kedua pengertian
tersebut diatas dapat disimpulkan
1)
PPBS merupakan pendekatan yang
sistematik.Oleh karena itu, untuk menerapkan PPBS diperlukan pemahaman tentang
konsep dan teori sistem.
2)
PPBS merupakan suatu proses perencanaan
komprehensif. Penerapan hanya dimungkinkan untuk masalah-masalah yang kompleks
dan dalam organisasi yang dihadapkan pada masalah yang rumit dan komprehensif.
Untuk
memeahami PPBS secara baik, maka perlu kita perhatika sifat-sifat esensial dari
sistem ini. Esensi dari PPBS adalah sebagai berikut :
1)
Memperinci seara cermat dan menganalisis
secara sistematik terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2)
Mencari alternatif-alternatif ang
relevan, cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan.
3)
Menggambarkan biaya total dari setiap
alternatif, baik biaya langsung maupun tidak langsun, biaya yang berupa uang
maupun biaya yang tidak berupa uang.
4)
Memberikan gambaran tentang efektivitas
setiap alternatif dan bagaimana alternatif iu mencapai tujuan.
5)
Membandingkan dan menganalisis
alternatif terseut, yaitu mencari kombina
2.
Metode metode perencanaan.
a.
Metode mean always and analysis
(analisis mengenai alat-cara-tujuan).
Metode ini menggunakan untuk
menganalisis sumber-sumber dan alternatif untuk mencapai tujuan teretentu. Tiga
hal yang perlu di analisis yaitu means berkaitan dengan sumber yang diperlukan,
ways yang berhubungan dengan cara, dan ends yang berhubungan dengan tujuan yan
hendak dicapai.
b.
Metode input output analysis (analisis
masukan dan keluaran).
Metode ini dilakukan dengan mengadakan
pengkajian terhadap interelasi dan interpendensi berbagai komponen masukan dan
keluaran dari suatu sistem.
c.
Metode econometric analysis (analisis
ekonometrik).
Metode ini menggunakan data empirik,
teori ekonomi dan statistika dalam mengukur perubahan dalam kaitan ekonmi
dengan mengembangkan persamaan persamaan yang menggambarkan hubungan
ketergantungan diantara variabel-variable yang ada dalam suatu sistem
d.
Metode cause-effect diagram ( diagram
sebab akibat).
Metodi ini dipergunakan dalam
perencanaan dengan mengunakan skuen hipotetik untuk memperoleh gambaran tentang
masa depan.
e.
Metode delphi.
Metodeini digunakan bertujuan untuk
menentukan sejumlah lternatif program mengeksplorasi asumsi atau fakta yang
melandasi judgements tertentu dengan mencari informasi yang dibutuhkan untuk
mencapai suatu konsensus.
f.
Metode heuristik.
Metode ini dirancang utnuk
mengeksplorasi isu-isu dan utnuk mengakomodasi pandangan pandangan yang
bertentangan atau ketidakpastian. Berdasarkan seperangkat prinsip prosedur yang
mensistemtiskan langkah-langkah dalam usaha pemecahan masalah.
g.
Metode analisis siklus kehidupan.
Metode ini digunakan untuk
mengalokasikan sumber-sumber dengan memperhatikan siklus kehidupan mengenai
produksi,proyek,program aktifitas =. Dalam kaitan ini seringkali digunakan
bahan-bahan kooperatif dengan menganalogkan data, langkah-langkah yang ditempuh
dalam metode ini dalah, ase konseptualisasi,fasespesifikasi, fase pegembangan
prototipe, fase pengujian evaluasi, fase operasi, fase produksi.
h.
Metode value added analysis.
Metode ini digunakan untuk megnukur keberhasilan
peningkatan produksi atau pelayanan. Dengan demikian kita dapat mendapatkan
gambaran singkat tentang kontribusi dari aspek tertentu terhadap aspek lainnya.
2.4
Syarat dan Langkah Perencanaan Sekolah.
1.
Syarat-syarat
Perencanaan Sekolah.
Agar
perencanaan sekolah dapat dilakukan dengan baik, ada beberpa persyaratan yang
perlu dipenuhi, yaitu:
a. Terarah pada pencapaian tertentu. Setiap perencanaan
yang dilakukan haruslah mengacu kepada pencapaiantujuan tertentu. Maksudnya
adalah bahwa segala hal yang dilakukan dalam perencanaan tersebut haruslah
mengacu pada pencapaian tujuan sekoah.
b. Berangkat dari data. Data yang dimaksud, meliputi data
tentang sekolah, data tentang anak didik dan calon anak didik, serta data
tentang orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah. Sehingga perencanaan yang
dibuat tidak sekedar anggan-anggan
tetapi berdasarkan kondisi dan situasi yang se riil mungkin.
c. Dilakukan oleh orang-orang yang mampu membuat rencana.
Ini sangat penting karena perencanaan termasuk aktivitas manajemen.
Profesionalitas orang-orang yang merencanakan, akan berpengaruh terhadap
rencana yang akan dibuat.
d. Melibatkan keseluruhan komponen sekoah, yaitu seperti
pengiurus yayasan (jika sekolah swasta), pengawas sekolah kepala sekolah, guru,
karyawan/wati, ketua dewan sekolah, tokoh masyarakat, ahli manajemen pendidikan
di sekolah.
e. Jelas, yaitu perencanaan yang dibauat benar-benar
dapat dilaksanakan. Oleh karena itu perencanaan hendaknya dijabarkan secara
lebih detail dan terperinci, gar para pelaksana tidak kesulitan dalam mencerna.
f. Akomodatif, yaitu bahwa perencanaan yang dibuat masih
memungkinkan menampung perkembangan baru, mendadak, dan minta segera
dipecahkan. Ini sangat penting karena dalam dunia pendidikan banyak hal yang
terduga yang minta segera dipecahakan.
g. Berorientasi pada masalah, yaitu bahwa perencanaan
haruslah berorientasi pada masalah yang seobyektif mungkin. Dengan demikian ada
upaya untuk memecahkan, masalah-masalah sekolah, yang setiap saat sentiasa
berkembang.
2.
Langkah-langkah
Perencanaan Sekolah.
Ada
beberapa langkah dalam perencanaan yaitu:
a. Forcasting.
Forcasting
adalah membuat prakiraan dengan mengantisipasi ke depan yang didasarkan pada
factor-faktor organisasi pendidikan baik yang bersifat kondisional maupun
situasional. Ada tiga dimensi waktu yang di jadiakan perkembangan yaitu lampau,
kini dan yang akan datang. Masa lampau dan masa kini dalam organisasi
pendidikan, dengan segala factor kondisional dan situasional dapat dikaji
terlebih dahulu sebelum hal-hal yang akan dilakukan tersebut dirumuskan. Dengan
demikian apa yang ada pada masa lampau dan masa kini yang berhasil dapat di
ulangi, dan yang gagal dapat digunkan sebagai pelajaran. Gambaran perkembangan
masa depan sekoah perlu diproyeksikan, agar tidak kehilangan arah ketika
bermaksud untuk merumuskannya. Bagaimanakah kualitas sekolah yang diinginkan di
masa depan juga dapat digambarkan dalam forcasting ini.
b. Objektif.
Objektif
adalah perumusan tujuan. Berdasarkan prakiraan dengan antisipasi ke depan
tersebut barulah di identifikasi tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Penggolongan
tujuan tersebut bermacam-macam sesuai dengan sudut kepentingan, lingkup,
cakupan, dan tingkat lembaga pendidikan. Jika dalam skala nasional penggolongan
tersebut adalah tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.Di dalam dunia
pendidikan sendiri urutan tujuan adalah tujuan nasional, tujuan pembangunan
nasional, tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler,
tujuan umum pengajaran, tujuan khusus pengajaran. Tujuan ini senantiasa harus
dirumuskan, agar segala kegiatan yang akan dilakukan tersebut betul-betul
mengarah pada tujuan yang sama.Jika langkah objektif ini diimplementasikan
untuk kondisi sekolah maka setiap sekoalh haruslah merumuskan tujuan
institusionalnya masing-masing sesuai dengan cirri khas masing-masing sekolah.
c. Policy.
Policy
adalah perumusan kebijaksanaan. Kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi
kegiatan-kegiatan seperti
Tujuan Nasional Periksa UUD 1945
Tujuan
pembanguanan Nasional Periksa
GBHN terbaru
Tujuan Pendidikan Nasional periksa GBHN terbaru, UUSPN 1989, PP no 27, 28
29 dan 1990
Tujuan Institusional Sekolah periksa PP no 27,28, dan 29, 1990, Serap
Aspirasi masyarakat, periksa GBPP sekolah.
Tujuan kurikuler Periksa
GBPP Sekolah
Tujuan Umum Kegiatan Belajar periksa GBPP Sekolah dan karakteristik tiap anak.
d. Programming.
Programming
atau pemrograman adalah seleksi atas kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan
pada langkah policy. Seperti misalnya mengapa kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan? Apakah kegiatan tersebut mungkin untuk dilaksanakan berdasarkan factor
kondisional dan situasional organisasi atau lembaga pendidikan?
e. Procedure.
Prosedur
adalah merumuskan langkah-langkah, yang berarti bahwa kegiatan-kegiatan yang
telah diseleksi dalam langkah programming tersebut diurutkan mana yang harus
dikemudian. Dengan kata lain pilihlah kegiatan yang diprioritaskan dan
kegiatan-kegiatan mana yang tidak menjadi prioritas.
f. Schedule.
Schedule
adalah penjadwalan setiap kegiatan-kegiatan yang sudah diprioritaskan tersebut.
Jadwal ini perlu dibuat agar kegiatan-kegiatan yang sudah diurutkan
pelaksanaannya menjadi konkrit kapan dilaksanakan dan siapa saja bertanggung
jawab serta libat didalamnya.
g. Budgeting.
Budgeting
adalah pembiayaan. Dalam aktivitas ini ada dua kegiatan yang dilaksanakan
ialah: alokasi anaggaran dan penentuan sumber anaggaran. Alokasi anggaran
dibuat berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan di susun serealistis
mungkin. Setelah anggaran dialokasikan, sumber-sumber anggaran juga perlu
ditetapkan. Sumber-sumber anggaran sekolah negeri berasal dari anggaran rutin,
dana penunjang pendidikan, bantuan operasional peralatan, dewan dan lain-lain.
Sedangkan untuk sekolah swasta berasal dari uang operasional sekolah, BP3,
sussidi pemerintah, donatur yayasan dan sebagainya.
2.5
Hambatan
– Hambatan dalam Perencanaan Pendidikan
Adapun hamnbatan-hambatan dalam perencanaan pendidikan meliputi:
a. Politik
Perencanaan
pendidikan merupakan bagian dari kebijakan politik yang dihasilkan dari proses politisasi antar berbagai kekuasaan
dan kekuatan baik, di pemerintahan maupun dikalangan anggota DPR. Dan
perencanaan pendidikan menjabarkan hasil kebijakan nasional yang telah
digariskan yang merupakan hasil tawar menawar dari kekuatan politik yang ada
baik di pemerintah maupun pada lembaga legisatif. Dan sering terjadi kebijakan
politik mendahului kebijakan dibidang pendidikan sehingga kebijakan pendidikan
merupakan penjabaran dari kebijakan politik.
b. Ekonomi
Dari aspek
ekonomi perencanaan pendidikan sering harus menyesuaikan dengan anggaran yang
tersedia. Dan sering terjadi anggaran pendidikan yang disediakan dengan
anggaran yang dibutuhkan tidak seimbang bahkan jauh dari yang seharusnya
disedakan.
c. Waktu
Dari aspek
waktu perencanaan pendidikan masih terkendala pemisahan antara perencanaan
jangka panjang yang bersifat strategis, menengah atau jangka pendek yang
merupakan perencanaan rutin yang bersifat operasional atau tahuanan.
d. Hukum
Dari aspek
hokum yang menjadi kendala adalah karena sering terjadi suatau peraturan
pelaksanaannya yang bersifat teknik belum atau lambat pembuatannya mualai dari
peraturan pemerintah, keputusan presiden peraturan mentri sampai pada
keputuasan memntri yang merupakan penjabaran yang bersifat teknik dan operasioanl
untuk melaksanakan UUD maupun UU yang diptutskan secara politis antara
pemerintah pusat denagn DPR atau antara pemerintah daerah dengan DPRD.
e. Pimpinan
Kadang
memiliki dan memaksakan rencana sendiri untuk dijadikan rencana organisasi atau
satuan pendidikan. Pimpinan juga sering kurang mampu menjabarkan secara
operasional atasrencana pendidikan yang dibuat.
f. Keterlibatan Bnayak Sumber Daya Manusia
Keterlibatan
SDM dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu, tingakt pengetahuan,
pengalaman keterlibatan dalam perencanaan serta latar belakang budaya yang
berbeda sering menyebabkan sering terjadinya perbedaan pendeapat dan pandangan
serta kesulitan dalam menyatukan pendapat.
2.6
Jenis
dan Jenjang Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan bila didasarkan pada jenis dan jenjang dapat
dilihat dari beberapa segi sebagai berikut:
1. Jenis Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Jangka Waktu.
Berdasarkan
jangka waktu perencanaan pendidikan dapat dibedakan menjadi:
a. Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan
jangka panjang adalah rencana yang meliputi kurun waktu 10, 20, dan 25 tahun.
Ukuran keberhasialan rencana jangka sangat umum, global dan belum terperinci.
Makin panjang jangka waktu perencanaan akan semakin sulit mengukur pencapaian
variable dan parameternya. Perencanaan jangka panjang merupakan arah
perencanaan jangka menengah maupun jangka pendek.
b. Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan
jangka menengah adalah rencana dengan kurun waktu antara 4-7 atau 5-10 tahun.
Perencanaan jangka menengah merupakan usaha untuk menjabarkan perencanaan
jangka panjang dan merupakan arah serta perlu di jabarkan dalam perencanaan
jangka pandek.
c. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan
jangka pendek merupakan rencana dengan kurun waktu antara 1 sampai 3 tahun.
Perencanaan jangka pendek penatalaksanaannya bersifat rutin dan dikerjakan
secara berulang-ulang dari tahun ke tahun.
Perencanaan
jangka pendek dibagi kedalam 3 macam:
1).
Perencanaan tahunan merupakan operasionalisasi dari perencanaan jangka menengah
dengan mengadakan penyesuaian –penyesuaian seperlunya.
2).
Perencanaan untuk mepecahan masalah-masalh yang sifatnya mendesak yang mungkin
dapat diselesaikan dalam kurun waktu asatu atahun atau kurang dari satu tahun.
3).
Perencanaan pelaksanaan tugas rutin denan kerun
waktu triwulan, bulanan, mingguan, bahkan juga harian, termasuk prosedur
kerja dan metode kerja.
2. Jenis Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Luas
Jangkauannya atau menurut besarannya.
Berdasarkan
luas jangkauannya atau menurut besarannya perencanaan dibedakan menjadi:
a. Perencanaan Makro
Perencanaan
makro adalah perencanaan yang menyeluruh untuk suatu Negara.
b. Perencanaan Messo
Perencanaan
messo merupakan penjabaran perencanaan makro ke dalam program-program dan
dimensi yang lebih kecil. Dalam perencanaan messo bersifat operasional di
sesuaikan dengan kebutuhan daerah, departemen atau unit kerja.
c. Perencanaan Mikro
Perencanaan
mikro memiliki ruang lingkup terbatas, hanya untuk suatu lembaga. Perencanaan
ini terperinci, konkrit dan operasional
mengacu kepada karakteristik lembaga, namun tidak bertentangan dengan
perencanaan messo dan makro.
3. Jenis Perencanaan Pendidikan
Berdasarkan Tealaahnya.
Perencanaan
dari segi telaahnya dibedakan menjadi:
a. Perencanaan Strategis.
Perencanaan
strategis merupakan kegiatan menetapkan tujuan, pengalokasian sumber-sumber
daya yang dibutuhkan.
b. Perencanaan Manajerial.
Perencnaan
manajerial adalah perencanaan yang bertujuan menggerakkan dan mengarahkan
proses pelaksanaan secara efektif dan efisien.
c. Perencnaan Operasional.
Perencanaan
Operasional merupakan apa yang akan di kerjakan dan dilaksanakan dilapangan.
Perencanaan ini bersifat konkrit, spesifik dan merupakan petunjuk teknis
mengenai aturan, prosedurserta ketentuan-ketentuan lai yang telah ditetapkan.
4. Jenis Perencanaan Pendidian Berdasarkan Rancangan
Sistem.
Berdasarkan
Perencanaan Pendidian Berdasarkan Rancangan Sistem dibedakan menjadi:
a. Perencanaan perbaikan
Perencanaan
perbaikan adalah perencanaan yang bertujuan memperbaiki system yang telah ada
dengan tidak menambah atau mengurangi komponen system yang telah ada. Bertujuan
untuk meningkatkan produktivitas, efesiensi maupun efektifitas system yang
telah ada.
b. Perencanaan pengembangan
Perencanaan pengembangan merupakan
perencanaan yang ditunjukkan untuk menambah dan meningkatkan jumlah keluaran
system terbaru atau menambah jenis keluaran terbaru dengan cara menambah atau
mengurangi komponen-komponen system yang sudah ada atau membuat lsub system
yang baru.
5. Jenis Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Peran Pemerintah.
Perencanaan
Pendidikan Berdasarkan Peran Pemerintah dibedakan menjadi:
a. Perencanaan Wajib.
Perencanaan wajib adalah perencanaan
yang dilakukan oleh suatu badan yang memiliki kekuasaan penuh karena mendapat
tugas dari pemerintah untuk menentukan sasaran, kebijakan, dan strategi
pembangunan.
b. Peeencanaan Arahan.
Perencanaana
arahan adalah perencanaan yang hanya menunjukkan arah sasaran, petunjuk
kebijakan dan strategi pembangunan. Arahan yang diberikan bersifat mengikat dan
dan fungsinya sebagai nasihat.
6. Jenis Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Orang Yang
Terlibat.
Berdasarkan
orang-orang yang terlibat dalam perencanaan pendidikan dapat dibedakan menjadi:
a. Perencanaan Individual.
Perencanaan
individual adalah perencanaan yang dilakukan oleh seorang individu yang
melibatkan pihak-pihak lain. Perencanaan ini biasanya terjadi pada unit
organisasi kecil atau oleh pimpinan dengan gaya kepemimipinan otoriter. Namun
tetap membutuhkan masukkan-masukkan serta data dan informasi dari orang lain.
b. Perencanaan Partisipatori.
Perencanaan
partisipatori adalah perencanaan yang melibatkan beberapa atau kelompok orang.
Dalam perencanaan partisipatori dilibatkan orang-orang yang berkepentingandan
diadakan silang pendapat terhadap perencanaan yang sedang dibuat atas dasar
tugas poko, kewenangan, kedudukan, serta fungsi masing-masing.
2.7 Langkah-langkah
Perumusan Operasional Rencana Sekolah.
Guna lebih
mengoperasionalkan langkah-langkah perumusan rencana sekolah, kita dapat menggunakan pendekatan pemecahan
masalah. Sebab, perencanaan sekoalah berarti juga memecahkan
persoalan-persoalan yang tengah dihadapi sekolah. Adapun langkah-langkah
operasional perencanaan sekolah yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah
tersebut adalah:
a.
Identifikasi
masalah.
Identifikasi
masalah dilakukan oleh sutu tim yang di bentuk oleh kepala sekolah, yang
menyangkut substansi manajemen sekolah:
·
Kegiatan
belajar mengajar
·
Kegiatan
peserta didik
·
Kegiatan
kependidikan sekolah
·
Prasarana
dan sarana sekolah
·
Pendanaan
sekolah
·
Partisipasi
masyarakat
·
Layanan
khusus sekolah
·
Ketatausahaan
sekolah.
Identifikasi
masalah ini dilakukan dengan cara mengeksplorasi permasalahan yang dihadapi
oleh sekolah kepada pihak-pihak tertentu. Masalah-masalah yang diidentifikasi
hendaknya yang seobjektif mungkun dan se riil mungkin.
b.
Identifikasi
alternative penyebab.
berdasarkan
permasalahan yang diidentifikasi, kemudian digali juga alternative penyebab
munculnya masalah. Alternative penyebab masing-masing masalah tersebut
hendaknya se riil mungkin.sebab jika alternative penyebab yang dikemukakan
disini tidak riil maka alternative pemecahan
yang akan dipecahkan juga tidak riil.
c.
Identifikasi
alternative pemecahan masalah.
Mengidentifikasi
alternative pemecahan masalah, haruslah dipertimbangkan masalah danalternatif
pemecahannya. Suatu maslah yang sama, dengan alternative penyebab yang berbeda,
bisa membutuhkan alternative pemecahan yang berbeda dan bisa juga membutuhkan
alternative pemecahan yang sama dan sebaliknya. Yang pasti semakin banyak
alternative pemecahan masalah yang diajukan, akan semakin didapatkan
alternative yang pemecahan masalah yang lebih tepat.
d.
Identifikasi
factor pendukung.
Guna menentukan alternative pemecahan masalah yang tepat
diperlukan factor-faktor pendukung yang berupa sumber-sumber potensial di
sekolah tersebut. Adakalnya factor pendukung ini berasal dari dalam sekolah dan
ada yang dari luar. Keduanya perlu diidentifikasi.
e.
Identifikasi
factor penghambat.
Adanya factor penghambat, dimaksudkan untuk dapat
dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan alternative yang tepat. Factor
ini dapat bersumber dari luar maupaun dari falam sekolah dan ini perlu adanya
identifikasi.
f.
Penentuan
alternative terpilih.
Berdasarkan
banyak factor pendukung dan penghambat, alternative-alternatif pemecahan
masalah dapat dipilih. Alternative pemecahan masalah yang dipilih inilah yang
terpilih.
2.8 Persiapan
Praktik Perencanaan Sekolah.
Jika
sekolah bermaksud mengadakan perencanaan misalnya program tahuanan, dapat
diadakan rapat kerja (RAKER). Susunan ranker sendiri sebagai berikut:
a.
Bentuklah
tim penyusun rencana. Tim ini dapat di bentuk oleh kepala sekolah atau ketua
yayasan. Tugas tim adalah mengidentifikasi masalah beserta alternative
penyebabnya.
b.
Bentuklah
panitia raker., yang bertugas melaksanakan kegiatan raker dari awal sampai
akhir.
c.
Lakukanlah
raker dengan rencana atau program kerja sekolah sebagai berikut:
1.
Acara
pembukaan:
·
Pembukaan
·
Sambutan
ketua panitia
·
Pengarahan
kepaa sekolah atau kepala yayasan.
·
Penyerahan
acara inti raker
2.
Acara
inti raker:
·
Pengantar
oleh ketua tim penyusun rencana serta laporan hasil identifikasi masalah dan
alternative penyebab yang telah digali
·
Penyampaian
permasalahan oleh kepala sekolah/kepala yayasan
·
Penyampaian
permasalahan oleh guru.
·
Penyampaian
permasalahan oleh ketua dewan sekolah
·
Identifikasi
masalah, Identifikasi alternative penyebab, Identifikasi alternative pemecahan
masalah, Identifikasi factor pendukung, Identifikasi factor penghambat,
Penentuan alternative terpilih. Pembahasan dapat dilakukan secara berkelompok
·
Presentasi
dan tanggapan
·
Pembentukan
tim perumus untuk menyusun rencana serta menghaluskannya.
·
Pembacaan
kesimpulan sementara hasil raker
·
Penyerahan
acara oleh tim penyusun rencana kepada panitia
3.
Acara
penutupan:
·
Pembukaan
oleh MC
·
Laporan
ketua panitia
·
Sambutan
oleh kepala sekolah/kepala yayasan sekaligus menutup acara secara resmi
4.
Menindaklanjuti
acara raker:
·
Yim
perumus menghaluskan hasil raker sehingga berbentuk rencana kerja tahuanan
·
Kepala
sekoalah dan kepala yayasan mengesahkan rencana kerja sekolah
·
Program/rencana
tersebut sudah dapat direaliasikan.
III.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Fungsi peertama
manajemen sekolah adalah perencanaan sekolah. Yang dimaksud dengan perencanaan
sekolah adalah meruskan terlebih dahulu apa saja yang akan dilakukan di
sekolah. Tujuan dari perencnaan sekolah saah astunya adalah menyediakan
rancangan keputusan-keputusan pejabat perencana pendidikan yang bewewenang
tingkat daerah maupun tingkat nasional.
Agar perencanaan sekolah tersebut baik, ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi : Terarah pada
pencapaian tertentu, Berangkat
dari data, Dilakukan oleh
orang-orang yang mampu membuat rencana, Melibatkan keseluruhan komponen sekoah, Jelas, Akomodatif,
dan
Berorientasi pada masalah.langkah-langkah
perencnaan sekolah adalah Forcasting,
Objektif,
Policy, Programming,
Procedure, Schedule, dan Budgeting. Guna menyusun program
tahunan sekolah perlu diadakan rapat kerja tahunan, dengan melibatkan seluruh
komponene sekolah.
3.2
Saran
(1) Untuk
kepala sekolah: supaya dapat merencanakan perencanaan sekolah dengan baik
sesuai dengan kebutuhan sekolah.
(2) Untuk
guru: supaya guru dapat membantu memberikan pendapatnya untuk kebaikan dalam perencanaan
sekolah kepada kepala sekolah.
(3) Staf
sekolah: supaya dapat membantu mensukseskan dan merefisi perencnaan sekolah.
Daftar
Rujukan
Fattah, Nanang. 2011. Landasan Manajemen
Penddikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Imron, Ali HB. 2004. Perspektif
manajemen pendidikna berbasis sekolah. Malang: univ neg malang.
Syarifudin.
2011. Manajemen Pendidikan. Jakarta. : Diadit Media.
Tim Pakar Manajemen Pendidikan Universitas
Negeri Malang. 2002. Manajemen
Pendidikan Wacana, Proses dan
Aplikasinya di Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang.
www. perencanaan pendidikan. com
Diakses pada tanggal 8 Februari,
19.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar