saya menulis untuk diri saya, dan apa yang pembaca baca adalah untuk pembaca. didalam tulisan saya, tidak merasa saya dan semua tulisan saya terkadang berisi tentang saya ^_^

Minggu, 27 Mei 2012

Makalah fisioterapi


FISIOTERAPI

KONDISI PASIEN
(GANGGUAN SENSORI, MOTORIK, KOORDINASI,
VERTIGO, STROKE, DAN KOMA)

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Fisioterapi adalah cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi ini tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin , massase dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan.
Kegiatan fisioterapi sangat penting bagi mereka yang sangat membutuhkan, khususnya bagi mereka yang mengalami ketunaan dan mengalami gangguan fungsi tubuh.Pelayanan fisioterapi banyak jenis-jenisnya, tergantung seberapa besar pelayanan yang dibutuhkan. Seperti pada penderita stroke, gangguan sensori, gangguan motorik, gangguan koordinasi, vertigo, maupun orang yang mengalami koma.
Jenis fisioterapi yang diterapkan pun juga berbeda, jika pada penderita stroke dapat dilakukan dengan Terapi latihan adalah kegiatana fisik yang regular dan dilakukan dengan tujuan meningkatkan atau mempertahankan kebugaran fisik atau kesehatan dan termasuk di dalamnya fisioterapi dan okupasioral terapi. Sedangkan untuk terapi gangguan sensori maupun motorik juga bnayak jenisnya sehingga untuk trapi yang diberikan adalah terapi berupa latihan- latihan.
Untuk lebih lengkapnya dalam bab ini akan diangkat jenis-jenis gangguan dan penanganannya melalui metode fisioterapi.

1.2         Rumusan masalah
1)   Bagaimana kondisi pasien yang mengalami gangguan pada sensori, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya?
2)   Bagaimana kondisi pasien yang mengalami gangguan pada motorik,beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya?
3)   Bagaimana kondisi pasien yang mengalami gangguan pada koordinasi, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya?
4)   Bagaimana kondisi pasien yang mengalami gangguan pada vertigo, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya?
5)   Bagaimana kondisi pasien yang mengalami gangguan pada stroke, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya?
6)   Bagaimana kondisi pasien yang mengalami gangguan pada koma, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya?
7)   Bagaimana kondisi pasien yang mengalami gangguan pada ataxia, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya?

1.3         Tujuan Masalah
1)   Mengetahui  kondisi pasien yang mengalami gangguan pada sensori, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya.
2)   Mengetahui  kondisi pasien yang mengalami gangguan pada motorik,beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya.
3)   Mengetahui  kondisi pasien yang mengalami gangguan pada koordinasi, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya.
4)   Mengetahui kondisi pasien yang mengalami gangguan pada vertigo, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya.
5)   Mengetahui  kondisi pasien yang mengalami gangguan pada stroke, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya.
6)   Mengetahui kondisi pasien yang mengalami gangguan pada koma, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya.
7)   Mengetahui kondisi pasien yang mengalami gangguan pada Ataxia , beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya.
















PEMBAHASAN

2.1              Gangguan pada Sensori
Implus sensorik diterima oleh ujung- ujung saraf dalam kulit , melintasi serabut saraf (dendron) menuju sel sensorik dalam gang lion akar posterior dan kemudian melalui axon sel –sel ini masuk kedalam sumsum tulang belakang , lantas naik menuju sebuah nucleus dalam medulla oblongata, dan akhirnya dikirimkan ke otak. Serabut saraf yang bergerak ke dan dari berbagai bagian  otak.
Sistem saraf harus mampu harus mampu menginterpretasikan informasi agar tubuh dapat bergerak sesuai dengan kebutuhan. Tapi ada kalanya sensorik di tubuh anak mengalami gangguan.
Pada umumnya sensorik dasar manusia terdiri dari perabaan, pendengaran, penciuman, penglihatan, pengecapan, propioseptif (gerak antar sendi) dan vestibuler (keseimbangan).

A.  Sensori Perabaan
     Input yang didapatkan berasal dari reseptor di kulit yang bisa berupa sentuhan, tekanan, suhu, rasa sakit dan gerakan bulu-bulu atau rambut.
Jika sensorik perabaan mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
1.    Tidak mau atau tidak suka disentuh
2.    Menghindari kerumunan orang
3.    Tidak menyukai bahan-bahan tertentu
4.    Tidak suka rambutnya disisir
5.    Bereaksi berlebihan terhadap luka kecil
6.    Tidak betah dengan segala hal yang kotor.
B.  Sensori pendengaran
     Input yang didapatkan berasal dari suara-suara di luar tubuh.Jika sensorik pendengaran mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
1.    Mudah teralih perhatiannya ke suara-suara tertentu yang bagi orang lain dapat diabaikan
2.    Takut mendengar suara air ketika menyiram toilet, suara vaccum cleaner, hair dryer, suara
     gonggongan anjing dan bahkan suara detik jam
3.    Menangis atau menjerit berlebihan ketika mendengar suara yang tiba-tiba
4.    Senang mendengar suara-suara yang terlalu keras
5.    Sering berbicara sambil berteriak ketika ada suara yang dia tidak sukai.
C.  Sensori penciuman
     Input yang didapatkan berasal dari aroma atau bau yang tercium. Jika sensorik penciuman mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
1.    Reaksi berlebihan terhadap bau tertentu seperti bau kamar mandi atau peralatan kebersihan
2.    Menolak masuk ke suatu lingkungan karena tidak menyukai baunya
3.    Tidak menyukai makanan hanya karena baunya
4.    Selalu menciumi barang-barang atau orang disekitarnya
5.    Sulit membedakan bau.
D.  Sensori penglihatan
     Input yang didapatkan berupa warna, cahaya dan gerakan yang ditangkap oleh mata.Jika sensorik penglihatan mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
1.    Menangis atau menutup mata karena terlalu terang karena ia terlalu peka dengan sinar
     terang
2.    Mudah teralih oleh stimulus penglihatan dari luar
3.    Senang bermain dalam suasana gelap
4.    Sulit membedakan warna, bentuk dan ukuran
5.    Menulis naik turun di kertas tanpa garis.
E.  Sensori pengecapan
     Inputnya didapatkan dari semua hal yang masuk ke mulut dan juga lidah. Jika sensorik pengecapan mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
1.    Suka memilih-milih makanan (picky eater), menolak mencoba makanan baru sehingga
     lebih senang dengan makanan yang itu-itu saja
2.    Tidak suka atau menolak untuk sikat gigi
3.    Suka mengemut makanan karena ada kesulitan dengan mengunyah, menghisap dan
     menelan
4.    Mengiler
5.    Sering memasukkan barang-barang ke mulut.
F.   Sensori propioseptif (gerak antar sendi)
     Input yang didapatkan berupa gerakan otot dan sendi, akibat adanya tekanan sendi atau gerakan tubuh. Jika sensorik propioseptif mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
1.    Senang aktivitas lompat-lompat
2.    Suka menabrakkan atau menjatuhkan badan ke kasur atau orang lain
3.    Sering terserimpet kaki sendiri atau benda sekitar
4.    Sering menggertak gigi
5.    Pensil patah saat menulis karena terlalu kuat memberikan tekanan
6.    Terlihat melakukan segala sesuatu dengan kekuatan panuh.
G. Sensorik Vestibular (keseimbangan)
     Input yang didapatkan dari organ keseimbangan yang berada di telinga tengah atau perubahan gravitasi, pengalaman gerak dan posisi di dalam ruang. Jika sensorik vestibular mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
1.    Menghindari mainan ayunan, naik turun tangga dan perosotan
2.    Tidak suka atau menghindari naik eskalator
3.    Takut dengan ketinggian
4.    Senang diayun sampai tinggi
5.    Senang dilempar ke udara.
Treatment yang diberikan berupa terapi sensory integration (SI), yaitu pengorganisasian berbagai informasi sensori agar bisa dimanfaatkan oleh tubuh. Terapi ini merupakan salah satu metode okupasi terapis. aktifitas dalam terapi sensori integrasi adalah:
1.    Mengembangkan intelektual, kemampuan sosial dan emosi
2.    Meningkatkan harga diri (self-esteem)
3.    Mempersiapkan badan dan pikiran agar lebih siap untuk belajar
4.    Dapat berinteraksi dengan positif terhadap lingkungan sekitar.

2.2              Gangguan pada Motoris
Gejala neuorologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah diotak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya. Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri adalah timbulnya deficit neurologic secara mendadak/sub, didahului gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun. Komplikasi cacat akibat stroke berdasarkan gangguan neurology fokal otak dapat berupa: Gangguan motoris adalah kelemahan atau kelumpuhan separo anggota gerak, kekakuan pada satu extremitas atau separo tubuh, mulut dan atau bibir mencong, lidah mencong, pelo, melihat dobel (diplopi), kelopak mata sulit di buka (ptosis), gerakan tak terkendali (chorea / atetosis), kejang–kejang (seizer), tersedak (aspirasi), tidak keluar suara (disfoni/afoni).
Implus motorik yang dibangkitkan dalam salah sebuah sel pyramidal pada daerah motorik dalam kortex, melintasi axon atau serabut saraf yang sewaktu menyusui sumsum tulang balakang , berada di dalam substansi putih. Axon itu mengait dendrite sel saraf motorik pada kornu anterior sumsum tulang belakang. Kemudian implus merambat pada axon sel-sel tersebut, yang membentuk serabut-serabut motorik akar anterior saraf sumsum tulang belakang , dan dihantar kepada tujuan akhirnya dalam otot.
Implus berjalan dari kortex serbri menuju sumsum tulang belakang, melalui jalur-jalur menurun yang sebut traktus serebro spinalis atau trakus piramidalis. Neuron pertama, yaitu neuron motorik atas, memiliki badan-badan sel dalam daerah pre- Rolandi pada kortekx sebri dan serabut-serbutnya berpadu erat pada saat mereka melintas antara nucleus-kaudatus dan lentiformis dalam kapsula interna.
Neuron motorik bawah, yang bermula sebagai badan sel dalam kornu anterior sumsum tulang belakang, keluar, lantas masuk akar anterior saraf spinalis, lalu didistribusikan ke periferi dan berakhir dalam organ motorik, misalnya otot.
Kerusakan pada neuron motorik, dari segi  klinis perlu dibedakan antara kerusakan pada neuron motorik atas , seperti jalur motorik pada daerah otak, dan gangguan pada neuron motorik bawah.
A.  Hemiplegia
     Adalah contoh tentang kerusakan pada neuron motorik atas di mana otot-otot sebetulnya bukan lumpuh , tetapi lemah dan kehilangan control. Otot pada anggota gerak dapat menjadi spatik, dan gerakan tidak sadar dapat terjadi serta tak terkendalikan , sehingga sering menimbulkan kejang-kejang dan kaku. Reflex-refleks meninggi. Tonus otot tetap ada dan yang terkena serangan tidak mengecil.
B.  Polimielitis
     Adalah sebuah contoh kerusakan neuron motorik bawah, di mana otot yang terserang menjadi lumpuh dan lemah , juga mengeciil dan kehilangan reflex-refleks normal. Bila penderita adalah seorang anak , maka anggota geraknya tidak dapat berkembang
C.  Bell’s palsy
     Adalah gangguan akut pada serabut motorik bawah dari nervus fasialis. Hal itu akan mengakibatkan bahwa bagian wajah yang terserang tidak dapat bergerak, mata selalu terbuka, air mata menggenangi wajah, makanan bertumpuk pada sisi ruang dalam mulut. Kendati kebanyakan kasusu kelumpuhan Bell ini dapat sembuh secara sempurna sebab kelumpuhan itu sendiri sangat sedikit diketahui. Penyakit ini adalah sebuah contoh lain pada kasus kerusakan neuron motorik bawah.



2.3              Ganguan pada Koordinasi
Nervus vestibularis yang tersebar hingga kanalis semisirkuleris, mengantarkan implus-implus menuju otak. Implus-implus itu di bangkitkan dalam kranal-kranal tadi, karena adanya perubahan kedudukan cairan dalam kranal atau saluran-saluran itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan kesadaran kedudukan kepala terhadap badan. Apabila seseorang sekonyong-sekonyong didorong ke arah satu sisi, maka kepala orang cenderung untuk miring ke arah lain (berlawanan dengan arah badan yang didorong) guna mempertahankan keseimbangan, berat badan di atur, posisi berdiri di pertahankan, jatuhnya badan dapat dihindarkan.
Perubahan kedudukan cairan dalam saluran semisirkuler inilah yang merangsang implus , yang segera dijawab badan berupa gerak refleks, guna memindahkan berat badan serta mempertahankan keseimbangan. Keseimbangan kadang terganggu sementara, setelah adanya operasi tertentu pada telinga seperti stapedektomi, dan akibat mabuk perjalanan. Kedua gangguan itu dapat cepat disembuhkan dengan salah sebuah antihistamin yang terkandung dalam preparat paten seperti: Dramamine. Keseimbangan dan langkah berjalan mungkin terganggu secara tetap sebagai akibat cidera yang menyerang kepala.
Contoh penyakit gangguan koordinasi:
A.  Ataxia
Ataksia sering muncul ketika bagian dari sistem saraf yang mengendalikan gerakan mengalami kerusakan. Penderita ataksia mengalami kegagalan control otot pada tangan dan kaki mereka, sehingga menghasilkan kurangnya keseimbangan dan koordinasi atau gangguan gait (Glucosamine/chondroitin Arthritis Intervention Trial).
Ataksia Friedreich merupakan penyakit menurun yang menyebabkan kerusakan progresif terhadap sistem saraf sehingga menyebabkan gangguan gait dan masalah berbicara sampai penyakit jantung. Penyakit ini dinamakan seperti dokter Nicholaus Friedreich, yang pertama kali mendeskripsikan kondisi tersebut pada tahun 1980.
Ataksia yang merupakan gangguan koordinasi seperti kikuk atau gerakan canggung dan tidak kokoh, muncul pada banyak penyakit dan kondisi. Ataksia Friedreich disebabkan kemunduran jaringan saraf pada urat saraf tulang belakang (spinal cord) dan saraf yang mengendalikan gerakan otot pada lengan dan kaki. Urat saraf menjadi tipis dan sel-sel saraf kehilangan serabut myelin. Ataksia Friedriech, meskipun jarang merupakan ataksia yang paling sering diturunkan dan terjadi pada wanita dan pria dengan risiko yang sama.


Penyebab
Sebagian besar gangguan yang menghasilkan ataksia menyebabkan bagian dari otak yang disebut serebelum (otak kecil) memburuk atau atrofi. Kadang urat saraf tulang belakang (spinal cord) juga terpengaruh. Degenerasi serebelar dan spinosereberal digunakan untuk mendeskripsikan perubahan yang terjadi pada sistem saraf manusia, namun bukan diagnosa yang spesifik. Degenerasi serebelar dan spinosereberal memiliki banyak penyebab.

G
ejala
Gejala dan waktu onset tergantung dari tipe ataksia. Bahkan terdapat banyak variasi dalam keluarga yang sama dengan tipe ataksia yang sama. Kelainan resesif umumnya menyebabkan gejala yang dimulai sejak masa kanak-kanak dibandingkan dewasa.
Bagaimanapun, dalam tahun-tahun terakhir, sejak tes genetik tersedia, diketahui ataksia Friedreich mulai terjadi saat dewasa pada beberapa kasus. Ataksia dominan sering muncul pada umur 20 tahun sampai 30 tahun atau bahkan lebih tua lagi. Kadang individu dapat tidak menunjukkan gejala sampai usia 60 tahun.
Biasanya keseimbangan dan koordinasi yang dipengaruhi pertama kali. Tidak adanya koordinasi tangan, lengan dan kaki dan kemampuan berbicara adalah gejala umum lainnya. Berjalan menjadi semakin sulit dan ditandai oleh berjalan dengan menempatkan kaki semakin jauh untuk mengimbangi keseimbangan yang buruk.Gangguan koordinasi lengan dan tangan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol gerak yang baik seperti menulis dan memakan. Gerakan mata yang lambat dapat dilihat pada beberapa bentuk ataksia. Seiring berjalannya waktu, ataksia dapat mempengaruhi kemampuan berbicara & menelan.
Ataksia yang diwariskan merupakan kelainan degeneratif yang berkembang selama beberapa tahun. Seberapa parah dan kemungkinan berujung pada kematian tergantung tipe ataksia, usia dimulainya gejala dan faktor lain hanya sedikit dipahami saat ini. Komplikasi saluran pernapasan dapat menjadi fatal pada orang yang bed bound atau memiliki masalah menelan yang parah.

D
iagnosa
            Diagnosa ataksia Friedreich dilakukan berdasarkan pemeriksaan klinis termasuk riwayat medis dan melalui pemeriksaan fisik. Tes yang dilakukan meliputi:
a.    Elektromiogram (EMG), yang mengukur aktivitas elektrik sel-sel otot.
b.    Studi pengantaran saraf, yang mengukur kecepatan saraf meneruskan rangsangan.
c.    Elektrokardiogram (EKG), yang memberikan hasil grafik aktivitas elektrik atau pola denyut jantung
d.   Ekokardiogram, yang merekam posisi dan gerakan otot jantung.
e.    Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan computed tomography (CT) scan, yang menyediakan gambar otak dan urat saraf tulang belakang.
f.     Ketukan tulang belakang (spinal tap) untuk mengevaluasi cairan serebrospinal.
g.    Tes darah dan urin untuk mengetahui naiknya kadar glukosa.
h.    Tes genetik untuk mengidentifikasi gen yang dipengaruhi.

Pengobatan
            Seiring dengan banyaknya penyakit degeneratif pada sistem saraf, tidak ada obat atau pengobatan yang efektif untuk Ataksia Friedriech. Bagaimana pun, banyak gejala dan komplikasi yang dapat diobati untuk membantu pasien mempertahankan fungsi optimal selama mungkin. Diabetes, jika ada, dapat diobati dengan diet dan obat seperti insulin dan beberapa penyakit jantung juga dapat diobati dengan obat. Masalah orthopedi seperti deformitis kaki dan skoliosis dapat diatasi dengan alat penguat atau operasi. Terapi fisik dapat memperlama penggunaan lengan dan kaki. Peneliti berharap kemajuan dalam memahami genetik ataksia Friedriech dapat menjadi pemecahan dalam pengobatan.

Pencegahan
            Penyakit yang diturunkan secara genetik ini tidak dapat dicegah. Namun, saat ini banyak penelitian yang sedang dilakukan untuk memahami penyakit ini lebih lanjut.

2.4    Gangguan pada Vertigo
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.

P
enyebab
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telingan dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.
Penyebab umum dari vertigo:
1.    Keadaan lingkungan
     - Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2.    Obat-obatan
    - Alkohol
    - Gentamisin
3.    Kelainan sirkulasi
    - Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
4.    Kelainan di telinga
     - Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam
        (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
     - Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
     - Herpes zoster
     - Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
     - Peradangan saraf vestibuler
     - Penyakit Meniere
5.    Kelainan neurologis
     - Sklerosis multipel
     - Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya
     - Tumor otak
     - Tumor yang menekan saraf vestibularis.

Gejala
            Penderita merasa seolah-olah dirinya bergerak atau berputar; atau penderita merasakan seolah-olah benda di sekitarnya bergerak atau berputar.




Diagnosa
            Sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab dari vertigo.
Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan otak.
            Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam teling
a.
            Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
Tes pendengaran seringkali bisa menentukan adanya kelainan telinga yang mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran.
            Pemeriksaan lainnya adalah CT scan atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf.  Jika diduga suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang. Jika diduga terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka dilakukan pemeriksaan angiogram, untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.

Pengobatan
     Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Obat untuk mengurangi vertigo yang ringan adalah Dimenhydrinate , Diphenhydramine , Promethazine , Diazepam , Lorazepam , Meclizine , Scopolamine , Prochlorperazine  Skopolamin terutama berfungsi untuk mencegah motion sickness, yang terdapat dalam bentuk plester kulit dengan lama kerja selama beberapa hari. Semua obat di atas bisa menyebabkan kantuk, terutama pada usia lanjut. Skopolamin dalam bentuk plester menimbulkan efek kantuk yang paling sedikit.

2.5    Gangguan Stroke
       Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena (WHO, 1989).
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Stroke hemoragik
       Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
2. Stroke non hemoragik
       Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :
a.    TIA’S (Trans Ischemic Attack)
       Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b.    Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
       Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
1.    Stroke in Volution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.
2.    Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.

Etiologi

Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1. Hipertensi
       Disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
       Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
       Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM)
       Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.
5. Usia lanjut
       Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak.
6. Polocitemia
       Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun.
7. Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak.
8. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.
9. Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
10. Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

Terapi latihan adalah kegiatana fisik yang regular dan dilakukan dengan tujuan meningkatkan atau mempertahankan kebugaran fisik atau kesehatan dan termasuk di dalamnya fisioterapi dan okupasioral terapi (Kwakkel, et al, 2004.)
a.        Latihan Pasif
Gerak pasif dihasilkan oleh kekuatan “eksternal” ketika otot-otot tidak bisa berkontraksi atau otot berelaksasi secara voluenter untuk melakukan pergerakan. Dengan kata lain gerak pasif adalah gerak yang digerakkkan oleh orng lain. Pada latihan gerak pasif dibantu oleh keluarga atau pengasuh. Latihan pasif dilakukan sedini mungkin walaupun  pasien belum sadar. Menurut Mulyasih dan Ahmad (2008), latihan pasif pada penderita stroke adalah :
1)      Latihan Pasif Anggota Gerak Atas
-   Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu
-   Gerakan menekuk dan meluruskan siku
-   Gerakan memutar pergelangan
-   Geraka menekuk dan meluruskan pergelangan tangan
-   Gerakan memutar ibu jari
-   Gerakan menekuk dn meluruskan ibu jari tangan
2)      Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah
-   Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha
-   Garakan menekuk dn meluruskan lutut
-   Gerakana latihan pangkal paha
-   Gerakan memutar pergelangan kaki

b.        Latihan Aktif
Gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri( Gardiner, 1964 dan Soeparman, 2004). Latihan aktif dilakukan bila kondisi pasien telah stabil dan kooperatif (Mulyatsih dan Ahmad, 2008).
Menurut Mulyatsih dan Ahmad (2008), latihan aktif pad penderita meliputi:
Latihan I :
1)      Menganjurkan penderita mengangkat tangan yang lemah/ lumpuh menggunakan yang sehat kea rah atas.
2)      Meletakkan kedua tangan di atas kepala. Mengembalikan tangan ke posisi semula (bawah)
Latihan II :
1)      Menganjurkan penderita mengankat tangan yang lemah / lumpuh melewat dada kearah tangan yang sehat
2)      Menegembalikan ke posisi semula
Latihan III :
1)      Menganjurkan penderita mengankat tangan yang lemah/ lumpuh ke atas kepala
2)      Mengembalikan ke posisi semula
Latihan IV :
1)      Menekuk siku yang lemah / lumpuh menggunakan tangan yang sehat
2)      Meluruskan siku , kemudian mengangkat ke atas
3)      Meletakkan kembali tangan yang lemah di tempat tidur
Latihan V :
1)      Memegang pergelangna tangan yang lemah / lumpuh menggunakan tangan yang sehat , mengangkat ke atas kepala
2)      Memutar pergelangan tangan kea rah dalam dan ke arah luar
3)      Mengembalikan tangan ke posisi semula
Latihan VI :
1)      Menekuk dan meluruskan jari-jari yang lemah dengan tangan yang sehat
2)      Melakukan gerakan memutar ibu jari yang lemah dengan tangan yang sehat
Latihan VII :
1)      Menganjurkan pasien meletakkan kaki yang sehat di bawah lutut yang lemah
2)      Menurunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat bersentuhan dengan pergelangan kaki yang lemah
3)      Mengankat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat , kemudian turunkan pelan-pelan
Latihan VIII :
1)      Mengangkat kaki yang lemah menggunakan kai yang sehat ke atas sekitar 3 cm
Mengayunkan kaki sejauh mungkin ke arah kanan dan ke kiri. Kembali posisi semula dan mengulang lagi.

2.6              Gangguan Koma

Golden diagnostic:
Penurunan kesadaran tidak bisa dibangunkan dengan rangsang yang kuat
Definisi:
Keadaan tidak sadarkan diri yang penderitanya tidak dapat dibangunkan, bahkan dengan rangsang yang sangat kuat
Etiologi:
Secara umum stupor dan koma dapat disebabkan menjadi tiga kategori besar :
1.        Kelainan struktur intrakranial (33 %)
Kebanyakan kasus ditegakkan melalui pemeriksaan imajing otak ( computed tomography [CT] or magnetic resonance imaging [MRI] atau melalui lumbal punksi [LP].
2.        Kelainan metabolik atau keracunan (66%)
Dikonfirmasi melalui pemeriksaan darah, tapi tidak selalu positif.
3.        Kelainan psikiatris (1%)
Stupor atau koma disebabkan oleh penyakit mempengaruhi kedua hemisfer otak atau batang otak. Lesi unilateral dari satu hemisfer tidak menyebabkan stupor atau koma kecuali massa tersebut besar hingga menekan hemisfer kontralateral atau batang otak. Koma yang disebabkan kelainan fokal di batang otak terjadi karena terganggunya reticular activating system. Kelainan metabolik dapat menyebabkan gangguan kesadaran karena efek yang luas terhadap formasio retikularis dan korteks serebral.
Tiga penyebab koma yang  dapat cepat menyebabkan kematian dan dapat ditangani antara lain :
a.    Herniasi dan penekanan batang otak: space ocupying lession yang menyebabkan koma merupakan keadaan emergensi bedah saraf.
b.    Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) : peningkatan TIK dapat menyebabkan gangguan perfusi otak dan global hypoxic-ischemic injury.
c.    Meningitis atau encephalitis: kematian akibat meningitis bakterialis atau herpes encephalitis dapat dicegah dengan terapi secepatnya.
d.   Penyebab lain:
-       Intoksikasi, putus, dan keracunan obat
-       Alcohol
-       Hipoglikemia diabetic
-       Hiperglikemia diabetic
-       Hipoksia
-       Sepsis
-       Patologi SSP
-       Gagal ginjal
-       Gagal hati
-       Kondisi-kondisi endokrin

Manifestasi klinis:
-   Secara umum
a.         Pasien koma tidak dapat dibangunkan
b.        Tidak memberikan respon normal terhadap rasa sakit atau rangsangan cahaya
c.         Tidak memiliki siklus tidur-bangun
d.        Tidak dapat melakukan tindakan sukarela
-   Adapun gejala di bawah ini sesuai dengan etiologinya:
a.         Syaraf cranial terganggu atau bagian timbul yang dipersyarafi akan terganggu
b.        Peningkatan suhu sekitar 40 °C
c.         Asidosis metabolic
d.        Edema otak dan paru
e.         Apneu / takipneu – cheyne stokes
f.         Mual, muntah, pucat
g.        Adanya trauma kepala dan hematoma
h.        Hipotermi
i.          Tekanan darah menurun–nadi mengecil
























PENUTUP

Kesimpulan
1.        Pada umumnya sensorik dasar manusia terdiri dari perabaan, pendengaran, penciuman, penglihatan, pengecapan, propioseptif (gerak antar sendi) dan vestibuler (keseimbangan).
2.        Gangguan motoris: kelemahan atau kelumpuhan separo anggota gerak, kekakuan pada satu extremitas atau separo tubuh, mulut dan atau bibir mencong, lidah mencong, pelo, melihat dobel (diplopi), kelopak mata sulit di buka (ptosis), gerakan tak terkendali (chorea / atetosis), kejang–kejang (seizer), tersedak (aspirasi), tidak keluar suara (disfoni/afoni).
3.        Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan.
4.        Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena (WHO, 1989).
5.        Stupor atau koma disebabkan oleh penyakit mempengaruhi kedua hemisfer otak atau batang otak. Lesi unilateral dari satu hemisfer tidak menyebabkan stupor atau koma kecuali massa tersebut besar hingga menekan hemisfer kontralateral atau batang otak.















Daftar pustaka

Pearce,C.,Evelyn.2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia.