saya menulis untuk diri saya, dan apa yang pembaca baca adalah untuk pembaca. didalam tulisan saya, tidak merasa saya dan semua tulisan saya terkadang berisi tentang saya ^_^

Rabu, 25 April 2012

malaikatku kamu


Malaikatku, Kamu!!

Pagi itu cahaya matahari sedikit muram, terasa enggan menghampiri sudut-sudut rumahku. Hanya awan tebal berselimut angin kencang, memaksa masuk melalui celah-celah kecil rumah. Masih terasa sunyi seperti kala itu, seperti beberapa tahun yang lalu.
Namaku Karina wulandari, aku adalah mahasiswi jurusan Akutansi disalah satu Universitas ternama. Aku berasal dari suku jawa, tepatnya tinggal didaerah Surakarta. Didaerah tempat tinggalku, ada tradisi bahwa antara suku jawa dengan suku sunda tidaklah boleh ada namanya pernikahan, alasan yang disebutkan dalam mitos ini karena:
1.      Pihak Jawa merasa lebih tua dan terhormat dari pihak Sunda, pernyataan ini diambil dari leluhur kerajaan Jawa lebih lama dari kerajaan Sunda berdirinya.
2.      Pihak Sunda merasa harga dirinya dihina dan dilecehkan akibat terjadinya Perang Bubat yang terjadi sekitar 7 abad yang lalu (tepatnya tahun 1279 M) antara kerajaan Jawa dan kerajaan Sunda yang mana dalam perang tersebut para putra-putri kerajaan Galuh habis dibantai kerajaan Majapahit.
Dan tradisi ini terus berlaku hingga hari ini. Aku sampai sekarang tidak pernah faham mengapa pernikahan antara suku sunda dan jawa tidak boleh dilakukan.
Hari itu hujan begitu lebat, aku tergesa-gesa menyusuri ruang-ruang kuliahku. Memuakkan..!! terlambat..HUFTT.. umpatan demi umpatan ku lontarkan pada teman sunyiku. Apa yang ku dapat,ruangan begitu sunyi sepi. Tiba-tiba sms masuk kedalam handphoneku
            Kuliah hari ini ditunda besok. Terima kasih”  sms dari Bakti, ketua kelasku.
“ kenapa gak bilang dari tadi sih?” omelku
“ hehe..maaf lupa rin,
            HAAAHHH...muakkkk...!!! semua terasa sia-sia, kenapa hari selalu memusuhiku, kenapa hari tak sedikitpun memberikan ruang untukku, selalu merusak kegiatan-kegiatan.ku. Dengan rasa dongkol yang amat dalam, kususuri lagi jalan likuku lagi dan lagi. Pulang dengan wajah tertekuk, rambut dan baju basah semakin membuatku muak. Langit semakin memusuhiku, kali ini ia jatuhkan butir-butir tangisnya kembali...hah sudahlah aku menyerah.
            Saat itu aku benar-benar merasa putus asa, ku kira langit berhenti menangis ternyata aku salah menduga.
            “ wajahmu itu sudah jelek jangan kau tambahi atuh neng, tambah jelek tuh muka” celetuk arya, teman kuliahku. Logat sundanya tidak berubah sama sekali.
            Ku pandang wajah arya yang juga basah kuyup sepertiku. Dia berdiri disampingku dengan membawa sebuah payung, payung itu ia buka lebar untuk melindungiku dari hujan.
            “ emang jelek kok!!” jawabku.
            “ loo..kok gitu? Ngambek nih, bubur kacang hijau dengan caramel dan campuran coklat panas?” tanyanya sambil melotot kearahku.
            “ apa??”
            “ mau gak?”
            Aku mengangguk sambil tersenyum.
            “ oke mangga atuh,,,!!!”  ajaknya penuh semangat sambil meraih tangannya kepundakku. Walau hujan begitu deras, langit tetap mendung, dan udara penuh cekaman tapi hatiku sedikit tersentuh kehangatan.
            Ya hari itu, bulan pertama kalinya dia sedikit memberikan aku pengharapan tentang sebuah perhatian. Ku kira tiada peduli orang tentang lalu lalangku, kukira diriku ini mendayungkan perahu kehidupan sendirian, melangkah didetak-detakan tanah tiada kawan. Aku rasa aku ada dia yang siap menjadi bayang-bayangku mengarungi kehidupan. Inilah malaikatku.
            Ku putar memory disaat arya diam-diam menyukaiku, aku benar-benar tersigap oleh kata-katanya. Dia datang dengan sebuah cinta yang tulus, yang memintaku untuk berada disisinya, menjaga sebagian hatinya.
            “ aku cinta kamu” ucap arya dengan penuh ketegasan tanpa ada keraguan sedikitpun. Dia memberikanku seikat bunga tulip putih, sorot matanya penuh dengan pengharapan dan keinginan yang kuat.
            “ apa pertimbanganmu memilihku? Ada yang lebih dari aku diluar sana” tanyaku padanya kala itu.
            “ memang iya, memang banyak diluar sana yang lebih dari kamu. Tapi aku tak mengenal mereka dan mereka tak mengenalku, belum tentu mereka mampu memahamiku, dan kenapa aku memilihmu? Karena bagiku, kaulah yang paling sempurna diantara mereka. Kau lebih dari apa yang aku inginkan. Aku cinta kamu” jawabnya dengan tenang, aku melihat kegugupan diwajahnya namun ia pandai menepis rasa gugupnya tersebut.
            “ terus??”
            “ mau kah kamu menemaniku dan menjaga sebagian hatiku?” tanyanya lagi..
            “ Ya, aku mau” jawabku penuh keyakinan tanpa keraguan. Hari itu aku merasa sangat senang, kurasa seluruh bunga di taman bermekaran merayakan kebahagiaanku. Ku lihat langit menyapu bersih awan sehinggga kecerahannya nampak jelas terlihat.
            “ makasih yaa atas kepercayaanmu. Aku janji, dengan semampuku aku akan menjagamu dengan baik, dan berusaha untuk membuatmu bahagia.” Ucap arya kembali. Aku benar-benar terbuai dengan kata-katanya. Benar-benar indah dan membahagiakan. Tuhan, inikah malaikat penjaga yang akan menjaga hidupku?
Aku benar-benar terbuai, bahagia amat sangat sampai-sampai aku melupakan larangan itu, larangan menjalin kasih dengan orang dari suku lain, tapi inilah cinta siapa yang peduli, semua aturan dapat diterobos hanya demi cinta dan itu yang aku alami.
“ Karina..!!!!” panggil ibu dari arah dapur. Sontak lamunanku buyar seketika. Aku menghampiri arah suara itu dengan rasa malas.
            Wonten nopo buk?” tanyaku.
            “ kamu iku lo nduk, mbok yo siap-siap sebentar lagi Pak Joyo datang buat ngelamar kamu. Masa kamu gak ada sedikit penghormatan buat pak joyo. Cepat kamu dandan!” pinta ibu sambil menata berbagai makanan ringan dan berat untuk menjamu tamu.
            “ bu, karina sudah tekankan karina gak mau menikah dengan anak pak joyo, karina Cuma mau menikah dengan arya.” Tekanku.
            “ kamu itu mbok yo  sadar nduk arya itu orang mana, dia itu orang sunda, orang pasundan. Kamu apa sudah lupa kalau kita tidak boleh menikah dengan orang sunda? Itu larangan nduk larangan..”
            “ bu itu gak masuk akal menurut karina, itu masalalu. Itu Cuma sejarah yang seharusnya kita kenang bukan menjadi batasan kita mencari jodoh.” Elakku. Ibu benar-benar geram terhadapku.
            “ sekali ibu bilang tidak, ya tidak.!! Kamu tetap harus menikah dengan anak pak joyo.” Tekan ibu, kemudian meninggalkanku.
            “ sekali aja, dengerin karina buuuu..!!” teriakku. Aku merasa hatiku benar-benar dihancurkan. Oh Tuhan haruskah aku menghentikan cintaku dan menikah dengan lelaki pilihan orang tuaku? Aku benar-benar tidak rela.
            “ ibu benar-benar kejam..!!” umpatku dalam hati. Aku memilih keluar saat itu juga, tak peduli cuaca seburuk ini, angin yang mendesau-desau dan awan yang gelap sama sekali tak menggentarkanku. Keinginanku Cuma bertemu arya, hanya itu.
            Kudatangi kontrak arya. Kebetulan arya mendapatkan pekerjaan di kotaku, karena itu ia memilih bermukim di kotaku selain untuk bekerja juga agar dekat denganku. Kontrakannya tertata rapi walau saat ini angin begitu kencang. Ku ketok pintu rumah itu, ku nanti arya keluar dari dalam kontrakannya. Tak berapa lama menunggu akhirnya ia keluar. Arya keluar dari rumah dengan tatapan bingung, dan penuh dengan tanda tanya. Aku langsung berhambur memeluknya, menangis dipundaknya.
            “ ada apa? Kamu kenapa?” tanya arya, sembari menenangkanku yang sedang dalam keadaan labil.
            “ aku mau dijodohkan ya, aku gak boleh menikah sama kamu. Padahal yang ku mau Cuma kamu ya, aku Cuma mau menikah sama kamu.” Jawabku
            “ apa, kamu dijodohkan?” tanya arya, terlihat dari wajahnya ia begitu kaget.
            Aku mengangguk.
            “ lamar aku ya, lamar aku..lamar aku didepan kedua orang tuaku atau mungkin kamu sudah ada pilihan lain?” tanyaku penuh harap. Aku tak seharusnya mengatakan hal ini, seperti wanita tak ada harga diri, tapi cintaku benar-benar mengalahkan tatanan hidup.
            “ kamu ngomong apa sih neng? Aku itu lo serius sama kamu. Sejak kuliah, sejak aku bilang aku cinta sama kamu, aku itu serius. Aku ingin menikah sama kamu. Tapi orang tuaku...” arya tidak meneruskan perkataannya.
            “ kenapa orang tuamu? Mereka gak setuju juga?” tanyaku
            Arya tidak segera mengatakan kenapa, tapi isyarat matanya benar-benar telah membuatku berpikir seperti itu. Aku menjauhkan diriku dari arya, aku tiada memiliki harapan lagi untuk bahagia.
            Kasih yang telah aku anyam selama ini tiba-tiba terbakar jadi abu. Aku diam dalam tangisku, rasanya begitu sakit. Begitu sakit..amat sangat sakit.
            “ mungkin kita tidak berjodoh rin, aku sebenarnya sangat mencintaimu namun restu orang tua adalah sumber kebahagiaan pernikahan kita kelak. Aku tiada daya untuk menolak keinginan mereka agar kita berpisah.”
            “ aku..aku kira aku punya malaikat yang akan melindungiku, sehingga aku tidak takut apapun selama ini. Tapi hari ini.., malaikat itu perlahan melepas tanganku. Kamu..kamu malaikatku”
            “ maafkan aku..” jawab arya.
            Setelah hari itu aku tidak lagi berkomunikasi dengannya. Langit yang dulunya cerah kini terselimuti awan tebal. Bunga yang dahulu bermekaran, kini gugur satu persatu. Wangi-wangian kebahagiaan dan lagu-lagu cinta kini berubah seperti api neraka, serta deburan debu yang berlomba-lomba menerpa tubuhku.
            Aku ingin menikah dengan arya, hanya arya. Tuhan jikalau aku tidak berjodoh dengannya, kenapa dulu Kau jadi penyatu dalam kasih kami. Dosa apa yang telah aku lakukan Tuhan? Aku amat menyayanginya..
            Akad nikah hari ini akan segera dilangsungkan, terpaksa aku menerima pernikahan dengan doni anak pak joyo. Lagu-lagu pernikahan hari ini seperti tarian-tarian api neraka, dan pakaian pengantin ini seperti baju baja yang berat dikenakan. Orang-orang yang bahagia disana terlihat seperti menertawakan kehidupanku. Tuhan, kenapa Engkau begitu kejam?
            Healah ayune..” Sapa rinda. Temanku semasa kuliah ia khusus datang untukku.
            “ sudahlah jangan bersedih, kamu seharusnya bahagia ini pernikahanmu” hiburnya.
            “ ini pernikahan orang tua ku nda, bukan pernikahanku” jawabku.
            “ jangan seperti itu.., Tuhan pasti punya rencana. Oh ya rin, titip tasku ya aku mau ketoilet dulu, kalau ada telpon dari suamiku tolong diangkat ya?” pinta rinda, kemudian ia pergi keluar kamar.
            Benar dugaan rinda tak berapa lama ada suara handphone berdering dari dalam tas, aku segera mencari handphone rinda didalam tas dan ada sepucuk surat didalamnya, itu surat dari Arya untukku. Ku baca surat itu langsung saat itu juga,
            Untuk karina, mungkin saat kamu membaca suratku aku dalam perjalanan ke Bandung, dan selamat ya kamu sudah menikah. Selamat menempuh hidup baru dengan doni, dia anak yang baik, dan kok rin, dan tolong jaga paman joyo ya untukku. Beliau selama ini sudah baik padaku dan belum sempat membalas apa-apa. Jaga dirimu baik-baik dan selamat menempuh hidup baru.
                                                                                                            Arya,
            Surat singkat arya ini menimbulkan berbagai tanda tanya besar di hatiku, dari mana dia tahu ini semua? Apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang selama ini tidak aku ketahui.
Tanpa ku sadari rinda sudah ada didekatku bingung dalam diamnya.
            “ rin, ceritakan padaku apa yang terjadi?” tanyaku, terus mendesak rinda. “ aku mohon sebelum ini semua terlambat rin aku mohon” pintaku.
            “ arya hanya bilang kalau dia mau kembali ke Bandung, orang tuanya sakit. Sementara yang dia punya Cuma pak joyo, pamannya. Arya benar-benar tidak memiliki biaya untuk pengobatan orang tuanya di Bandung. Pamannya lalu menawarkan uang, tetapi...dia harus ninggalin kamu. Aku tak seharusnya menceritakan ini” jawab rinda penuh kebingungan.
            “ aku berhak tahu rin, ini demi kebahagiaanku. Terima kasih.” Ucapku, dengan semangat penuh aku mengemasi beberapa barang yang ku perlukan seperti ijasah dan beberapa potong pakaian.
            “ kamu mau kemana?” tanya rinda
            “ pergi mencari arya,”
            “ pernikahanmu?”
            “ aku tidak peduli, aku mencintai arya” jawabku mantap.
            Kulepas baju pengantin yang saat ini ku pakai, aku merasa aku tidak pantas memakainya. Aku harus mencari arya. Orang-orang diluar rumah memandangku dengan penuh heran termasuk doni dan pak joyo, kenapa dihari pernikahanku, aku bukanya bersiap-siap tapi malah berpakaian layaknya orang mau berpergian?
            “ KARINA..!! kamu apa-apaan?” tanya ibu dengan nada marah. Beliau sempat menamparku satu kali.
            “ karina mau cari kebahagiaan bu, karina gak mau menikah dengan orang yang enggak  karina cinta.” Jawabku.
            “ kamu..!! kamu mau menikah dengan orang sunda itu? Kamu tahu, resikonya nak, pernikahanmu tidak akan langgeng, akeh kisruh.” Ucap ibu,
            “ karina yakin bu,karina yakin dengan hati karina. Kalau memang adat-istiadat membuat karina berpisah dengan orang yang karina cinta, karina memilih pergi ketempat yang menganggap adat istiadat ini tidak berlaku.” Jawabku, aku segera melangkahkan kaki meninggalkan jauh rumahku serta orang tuaku.
            Di pinggir jalan aku masih dihadang orang-orangnya pak joyo. Mereka dengan sergap ingin menangkapku dan membawaku kearah pelaminan. Sekuat tenaga aku berlari menghindari mereka..aku terus berlari dan berlari, kulihat diseberang jalan ada Arya yang baru turun dari angkot, sepertinya ia diam-diam mau melihat pernikahanku.
            Saat itu yang ku fikirkan hanya untuk menghampiri arya yang ada diseberang jalan. Aku benar-benar kehilangan kendali, tak kulihat ada mobil dengan kecepatan tinggi menghampiriku. Arya berusaha menyelamatkanku tapi ternyata kami berdua terpental beberapa meter dari tempat kejadian.
            Orang –orang berlari mendekati kami berdua yang sedang sekarat, darah segar mengucur dari tubuhku dan tubuh arya, darah kami berdua bercampur menjadi satu dihari itu.
            “ ak..ku..men..cinta..i mu, ya, aku gak mau menikah dengan orang lain selain kamu” ucapku tersengal-sengal antara ingin berbicara dan menahan rasa sakit
            “ aku juga..maafkan aku rin,” ucap arya, tiba-tiba arya menutup matanya.
            Langit tiba-tiba berubah menjadi mendung, aku merasa tubuhku juga ikut melemah dan akupun tertidur..

 Untuk komentarnya lebih lanjut silahkan kirim di emailku Eimastarfalls@yahoo.co.id











2 komentar:

Orange_Greene mengatakan...

Kerennn.. tetep semangat nulis ya..

Unknown mengatakan...

iya an..selalu