Malaikatku, Kamu!!
Pagi itu cahaya matahari sedikit muram,
terasa enggan menghampiri sudut-sudut rumahku. Hanya awan tebal berselimut
angin kencang, memaksa masuk melalui celah-celah kecil rumah. Masih terasa
sunyi seperti kala itu, seperti beberapa tahun yang lalu.
Namaku Karina wulandari, aku adalah
mahasiswi jurusan Akutansi disalah satu Universitas ternama. Aku berasal dari
suku jawa, tepatnya tinggal didaerah Surakarta. Didaerah tempat tinggalku, ada
tradisi bahwa antara suku jawa dengan suku sunda tidaklah boleh ada namanya
pernikahan, alasan yang disebutkan dalam mitos ini karena:
1.
Pihak Jawa merasa lebih tua dan terhormat dari pihak
Sunda, pernyataan ini diambil dari leluhur kerajaan Jawa lebih lama dari
kerajaan Sunda berdirinya.
2.
Pihak Sunda merasa harga dirinya dihina dan dilecehkan
akibat terjadinya Perang Bubat yang terjadi sekitar 7 abad yang lalu (tepatnya
tahun 1279 M) antara kerajaan Jawa dan kerajaan Sunda yang mana dalam perang
tersebut para putra-putri kerajaan Galuh habis dibantai kerajaan Majapahit.
Dan tradisi ini terus berlaku hingga hari ini. Aku
sampai sekarang tidak pernah faham mengapa pernikahan antara suku sunda dan
jawa tidak boleh dilakukan.
Hari itu hujan begitu lebat, aku
tergesa-gesa menyusuri ruang-ruang kuliahku. Memuakkan..!! terlambat..HUFTT..
umpatan demi umpatan ku lontarkan pada teman sunyiku. Apa yang ku dapat,ruangan
begitu sunyi sepi. Tiba-tiba sms masuk kedalam handphoneku
“ Kuliah hari ini ditunda besok. Terima kasih” sms dari Bakti, ketua kelasku.
“
kenapa gak bilang dari tadi sih?” omelku
“
hehe..maaf lupa rin,”
HAAAHHH...muakkkk...!!! semua terasa sia-sia, kenapa hari selalu memusuhiku, kenapa hari tak sedikitpun memberikan ruang untukku, selalu merusak kegiatan-kegiatan.ku. Dengan rasa dongkol yang amat dalam, kususuri lagi jalan likuku lagi dan lagi. Pulang dengan wajah tertekuk, rambut dan baju basah semakin membuatku muak. Langit semakin memusuhiku, kali ini ia jatuhkan butir-butir tangisnya kembali...hah sudahlah aku menyerah.
HAAAHHH...muakkkk...!!! semua terasa sia-sia, kenapa hari selalu memusuhiku, kenapa hari tak sedikitpun memberikan ruang untukku, selalu merusak kegiatan-kegiatan.ku. Dengan rasa dongkol yang amat dalam, kususuri lagi jalan likuku lagi dan lagi. Pulang dengan wajah tertekuk, rambut dan baju basah semakin membuatku muak. Langit semakin memusuhiku, kali ini ia jatuhkan butir-butir tangisnya kembali...hah sudahlah aku menyerah.
Saat itu aku benar-benar merasa
putus asa, ku kira langit berhenti menangis ternyata aku salah menduga.
“ wajahmu itu sudah jelek jangan kau
tambahi atuh neng, tambah jelek tuh
muka” celetuk arya, teman kuliahku. Logat sundanya tidak berubah sama sekali.
Ku pandang wajah arya yang juga
basah kuyup sepertiku. Dia berdiri disampingku dengan membawa sebuah payung,
payung itu ia buka lebar untuk melindungiku dari hujan.
“ emang jelek kok!!” jawabku.
“ loo..kok gitu? Ngambek nih, bubur
kacang hijau dengan caramel dan campuran coklat panas?” tanyanya sambil melotot
kearahku.
“ apa??”
“ mau gak?”
Aku mengangguk sambil tersenyum.
“ oke mangga atuh,,,!!!” ajaknya
penuh semangat sambil meraih tangannya kepundakku. Walau hujan begitu deras,
langit tetap mendung, dan udara penuh cekaman tapi hatiku sedikit tersentuh
kehangatan.
Ya hari itu, bulan pertama kalinya
dia sedikit memberikan aku pengharapan tentang sebuah perhatian. Ku kira tiada
peduli orang tentang lalu lalangku, kukira diriku ini mendayungkan perahu
kehidupan sendirian, melangkah didetak-detakan tanah tiada kawan. Aku rasa aku
ada dia yang siap menjadi bayang-bayangku mengarungi kehidupan. Inilah
malaikatku.
Ku putar memory disaat arya
diam-diam menyukaiku, aku benar-benar tersigap oleh kata-katanya. Dia datang
dengan sebuah cinta yang tulus, yang memintaku untuk berada disisinya, menjaga
sebagian hatinya.
“ aku cinta kamu” ucap arya dengan
penuh ketegasan tanpa ada keraguan sedikitpun. Dia memberikanku seikat bunga
tulip putih, sorot matanya penuh dengan pengharapan dan keinginan yang kuat.
“ apa pertimbanganmu memilihku? Ada
yang lebih dari aku diluar sana” tanyaku padanya kala itu.
“ memang iya, memang banyak diluar
sana yang lebih dari kamu. Tapi aku tak mengenal mereka dan mereka tak
mengenalku, belum tentu mereka mampu memahamiku, dan kenapa aku memilihmu?
Karena bagiku, kaulah yang paling sempurna diantara mereka. Kau lebih dari apa
yang aku inginkan. Aku cinta kamu” jawabnya dengan tenang, aku melihat
kegugupan diwajahnya namun ia pandai menepis rasa gugupnya tersebut.
“ terus??”
“ mau kah kamu menemaniku dan
menjaga sebagian hatiku?” tanyanya lagi..
“ Ya, aku mau” jawabku penuh
keyakinan tanpa keraguan. Hari itu aku merasa sangat senang, kurasa seluruh
bunga di taman bermekaran merayakan kebahagiaanku. Ku lihat langit menyapu
bersih awan sehinggga kecerahannya nampak jelas terlihat.
“ makasih yaa atas kepercayaanmu.
Aku janji, dengan semampuku aku akan menjagamu dengan baik, dan berusaha untuk
membuatmu bahagia.” Ucap arya kembali. Aku benar-benar terbuai dengan
kata-katanya. Benar-benar indah dan membahagiakan. Tuhan, inikah malaikat
penjaga yang akan menjaga hidupku?
Aku
benar-benar terbuai, bahagia amat sangat sampai-sampai aku melupakan larangan
itu, larangan menjalin kasih dengan orang dari suku lain, tapi inilah cinta
siapa yang peduli, semua aturan dapat diterobos hanya demi cinta dan itu yang
aku alami.
“ Karina..!!!!” panggil ibu dari arah
dapur. Sontak lamunanku buyar seketika. Aku menghampiri arah suara itu dengan
rasa malas.
“ Wonten nopo buk?” tanyaku.
“ kamu iku lo nduk, mbok yo siap-siap sebentar lagi Pak Joyo datang buat
ngelamar kamu. Masa kamu gak ada sedikit penghormatan buat pak joyo. Cepat kamu
dandan!” pinta ibu sambil menata berbagai makanan ringan dan berat untuk
menjamu tamu.
“ bu, karina sudah tekankan karina
gak mau menikah dengan anak pak joyo, karina Cuma mau menikah dengan arya.”
Tekanku.
“ kamu itu mbok yo sadar nduk arya itu orang mana, dia itu orang
sunda, orang pasundan. Kamu apa sudah lupa kalau kita tidak boleh menikah
dengan orang sunda? Itu larangan nduk
larangan..”
“ bu itu gak masuk akal menurut
karina, itu masalalu. Itu Cuma sejarah yang seharusnya kita kenang bukan
menjadi batasan kita mencari jodoh.” Elakku. Ibu benar-benar geram terhadapku.
“ sekali ibu bilang tidak, ya
tidak.!! Kamu tetap harus menikah dengan anak pak joyo.” Tekan ibu, kemudian
meninggalkanku.
“ sekali aja, dengerin karina
buuuu..!!” teriakku. Aku merasa hatiku benar-benar dihancurkan. Oh Tuhan
haruskah aku menghentikan cintaku dan menikah dengan lelaki pilihan orang
tuaku? Aku benar-benar tidak rela.
“ ibu benar-benar kejam..!!” umpatku
dalam hati. Aku memilih keluar saat itu juga, tak peduli cuaca seburuk ini,
angin yang mendesau-desau dan awan yang gelap sama sekali tak menggentarkanku.
Keinginanku Cuma bertemu arya, hanya itu.
Kudatangi kontrak arya.
Kebetulan arya mendapatkan pekerjaan di kotaku, karena itu ia memilih bermukim
di kotaku selain untuk bekerja juga agar dekat denganku. Kontrakannya tertata
rapi walau saat ini angin begitu kencang. Ku ketok pintu rumah itu, ku nanti
arya keluar dari dalam kontrakannya. Tak berapa lama menunggu akhirnya ia
keluar. Arya keluar dari rumah dengan tatapan bingung, dan penuh dengan tanda
tanya. Aku langsung berhambur memeluknya, menangis dipundaknya.
“ ada apa? Kamu kenapa?” tanya arya,
sembari menenangkanku yang sedang dalam keadaan labil.
“ aku mau dijodohkan ya, aku gak
boleh menikah sama kamu. Padahal yang ku mau Cuma kamu ya, aku Cuma mau menikah
sama kamu.” Jawabku
“ apa, kamu dijodohkan?” tanya arya,
terlihat dari wajahnya ia begitu kaget.
Aku mengangguk.
“ lamar aku ya, lamar aku..lamar aku
didepan kedua orang tuaku atau mungkin kamu sudah ada pilihan lain?” tanyaku
penuh harap. Aku tak seharusnya mengatakan hal ini, seperti wanita tak ada
harga diri, tapi cintaku benar-benar mengalahkan tatanan hidup.
“ kamu ngomong apa sih neng? Aku itu lo serius sama kamu. Sejak
kuliah, sejak aku bilang aku cinta sama kamu, aku itu serius. Aku ingin menikah
sama kamu. Tapi orang tuaku...” arya tidak meneruskan perkataannya.
“ kenapa orang tuamu? Mereka gak
setuju juga?” tanyaku
Arya tidak segera mengatakan kenapa,
tapi isyarat matanya benar-benar telah membuatku berpikir seperti itu. Aku
menjauhkan diriku dari arya, aku tiada memiliki harapan lagi untuk bahagia.
Kasih yang telah aku anyam selama
ini tiba-tiba terbakar jadi abu. Aku diam dalam tangisku, rasanya begitu sakit.
Begitu sakit..amat sangat sakit.
“ mungkin kita tidak berjodoh rin,
aku sebenarnya sangat mencintaimu namun restu orang tua adalah sumber
kebahagiaan pernikahan kita kelak. Aku tiada daya untuk menolak keinginan
mereka agar kita berpisah.”
“ aku..aku kira aku punya malaikat
yang akan melindungiku, sehingga aku tidak takut apapun selama ini. Tapi hari
ini.., malaikat itu perlahan melepas tanganku. Kamu..kamu malaikatku”
“ maafkan aku..” jawab arya.
Setelah hari itu aku tidak lagi
berkomunikasi dengannya. Langit yang dulunya cerah kini terselimuti awan tebal.
Bunga yang dahulu bermekaran, kini gugur satu persatu. Wangi-wangian
kebahagiaan dan lagu-lagu cinta kini berubah seperti api neraka, serta deburan
debu yang berlomba-lomba menerpa tubuhku.
Aku ingin menikah dengan arya, hanya
arya. Tuhan jikalau aku tidak berjodoh dengannya, kenapa dulu Kau jadi penyatu
dalam kasih kami. Dosa apa yang telah aku lakukan Tuhan? Aku amat
menyayanginya..
Akad nikah hari ini akan segera
dilangsungkan, terpaksa aku menerima pernikahan dengan doni anak pak joyo.
Lagu-lagu pernikahan hari ini seperti tarian-tarian api neraka, dan pakaian
pengantin ini seperti baju baja yang berat dikenakan. Orang-orang yang bahagia
disana terlihat seperti menertawakan kehidupanku. Tuhan, kenapa Engkau begitu
kejam?
“ Healah ayune..” Sapa rinda. Temanku semasa kuliah ia khusus datang
untukku.
“ sudahlah jangan bersedih, kamu
seharusnya bahagia ini pernikahanmu” hiburnya.
“ ini pernikahan orang tua ku nda,
bukan pernikahanku” jawabku.
“ jangan seperti itu.., Tuhan pasti
punya rencana. Oh ya rin, titip tasku ya aku mau ketoilet dulu, kalau ada
telpon dari suamiku tolong diangkat ya?” pinta rinda, kemudian ia pergi keluar
kamar.
Benar dugaan rinda tak berapa lama
ada suara handphone berdering dari dalam tas, aku segera mencari handphone
rinda didalam tas dan ada sepucuk surat didalamnya, itu surat dari Arya
untukku. Ku baca surat itu langsung saat itu juga,
Untuk
karina, mungkin saat kamu membaca suratku aku dalam perjalanan ke Bandung, dan
selamat ya kamu sudah menikah. Selamat menempuh hidup baru dengan doni, dia
anak yang baik, dan kok rin, dan tolong jaga paman joyo ya untukku. Beliau
selama ini sudah baik padaku dan belum sempat membalas apa-apa. Jaga dirimu
baik-baik dan selamat menempuh hidup baru.
Arya,
Surat singkat arya ini menimbulkan
berbagai tanda tanya besar di hatiku, dari mana dia tahu ini semua? Apa yang
terjadi sebenarnya? Apa yang selama ini tidak aku ketahui.
Tanpa
ku sadari rinda sudah ada didekatku bingung dalam diamnya.
“ rin, ceritakan padaku apa yang
terjadi?” tanyaku, terus mendesak rinda. “ aku mohon sebelum ini semua
terlambat rin aku mohon” pintaku.
“ arya hanya bilang kalau dia mau
kembali ke Bandung, orang tuanya sakit. Sementara yang dia punya Cuma pak joyo,
pamannya. Arya benar-benar tidak memiliki biaya untuk pengobatan orang tuanya
di Bandung. Pamannya lalu menawarkan uang, tetapi...dia harus ninggalin kamu.
Aku tak seharusnya menceritakan ini” jawab rinda penuh kebingungan.
“ aku berhak tahu rin, ini demi kebahagiaanku.
Terima kasih.” Ucapku, dengan semangat penuh aku mengemasi beberapa barang yang
ku perlukan seperti ijasah dan beberapa potong pakaian.
“ kamu mau kemana?” tanya rinda
“ pergi mencari arya,”
“ pernikahanmu?”
“ aku tidak peduli, aku mencintai
arya” jawabku mantap.
Kulepas baju pengantin yang saat ini
ku pakai, aku merasa aku tidak pantas memakainya. Aku harus mencari arya.
Orang-orang diluar rumah memandangku dengan penuh heran termasuk doni dan pak
joyo, kenapa dihari pernikahanku, aku bukanya bersiap-siap tapi malah
berpakaian layaknya orang mau berpergian?
“ KARINA..!! kamu apa-apaan?” tanya
ibu dengan nada marah. Beliau sempat menamparku satu kali.
“ karina mau cari kebahagiaan bu,
karina gak mau menikah dengan orang yang enggak
karina cinta.” Jawabku.
“ kamu..!! kamu mau menikah dengan
orang sunda itu? Kamu tahu, resikonya nak, pernikahanmu tidak akan langgeng, akeh kisruh.” Ucap ibu,
“ karina yakin bu,karina yakin
dengan hati karina. Kalau memang adat-istiadat membuat karina berpisah dengan
orang yang karina cinta, karina memilih pergi ketempat yang menganggap adat
istiadat ini tidak berlaku.” Jawabku, aku segera melangkahkan kaki meninggalkan
jauh rumahku serta orang tuaku.
Di pinggir jalan aku masih dihadang
orang-orangnya pak joyo. Mereka dengan sergap ingin menangkapku dan membawaku
kearah pelaminan. Sekuat tenaga aku berlari menghindari mereka..aku terus
berlari dan berlari, kulihat diseberang jalan ada Arya yang baru turun dari
angkot, sepertinya ia diam-diam mau melihat pernikahanku.
Saat itu yang ku fikirkan hanya
untuk menghampiri arya yang ada diseberang jalan. Aku benar-benar kehilangan
kendali, tak kulihat ada mobil dengan kecepatan tinggi menghampiriku. Arya
berusaha menyelamatkanku tapi ternyata kami berdua terpental beberapa meter
dari tempat kejadian.
Orang –orang berlari mendekati kami
berdua yang sedang sekarat, darah segar mengucur dari tubuhku dan tubuh arya,
darah kami berdua bercampur menjadi satu dihari itu.
“ ak..ku..men..cinta..i mu, ya, aku
gak mau menikah dengan orang lain selain kamu” ucapku tersengal-sengal antara
ingin berbicara dan menahan rasa sakit
“ aku juga..maafkan aku rin,” ucap
arya, tiba-tiba arya menutup matanya.
Langit tiba-tiba berubah menjadi
mendung, aku merasa tubuhku juga ikut melemah dan akupun tertidur..
2 komentar:
Kerennn.. tetep semangat nulis ya..
iya an..selalu
Posting Komentar