Lancang kau! ketika kau berlagak bermain
dalam patahan kalimat yang mengabur dari pendengaranku. Dimana kutatapkan sorot
keseriusan yang semakin menusuk ruangmu. Kutanyakan inikah kesalahan? saat aku
tak lagi menjadi tempat singgahmu manakala kau telah kuat dibawa angin. Kakiku
terlilit rantai yang tak terlihat oleh mata, tak tersentuh oleh tangan, dan tak
tercium oleh rasa. Kakiku tetap memintaku berpijak, rantai semakin melilitku
dan tak kurasakan sakitnya. Saatku tahu rantai itu bernama cinta.
Kau memperbudakku dalam sebuah
bungkus rapi bernama pengorbanan. Kau jerat dalam kepalsuan hati yang pada
akhirnya tidak berpihak padaku. Kau..kau sumber segala kekeliruan anganku. Kau
yang membolak-balikkan pasir waktuku menjadi tak menentu. Berlari dengan
makhluk lain bernama sang dewi.
Dimanakah singgasana yang telah kau
ciptakan dari kapas-kapas mimpimu dahulu? apakah telah hilang diterpa angin
pasang? ataukah hilang menancap pada ranting kering kemudian tercabik-cabik
menjadi ratusan bagian? entahlah kau tak kan peduli.
Kini sibukkan dirimu dengan memintal
selendang dari cinta kau dan dia. Pakaikan diatas kepalanya agar hatinya
menjadi berbunga. Peluk dengan angin kehangatan dan jangan biarkan dia terhempas
sepertiku. Selamat jalan kau aku lepaskan.