Pengertian Tunarungu
Istilah tunarungu digunakan untuk orang yang
mengalami gangguan pendengaran yang mencakup tuli dan kurang dengar. Orang
yang tuli adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (lebih dari
70 dB) yang mengakibatkan kesulitan dalam memproses informasi bahasa
melalui pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami pembicaraan orang
lain baik dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu dengar. Orang
yang kurang dengar adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran
(sekitar 27 sampai 69 dB) yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa
pendengarannya memungkinkan untuk memproses informasi bahasa sehingga
dapat memahami pembicaraan orang lain.
Klasifikasi Tunarungu
berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran:
1. Tunarungu Ringan (Mild Hearing Loss)
2. Tunarungu Sedang (Moderate Hearing Loss)
3. Tunarungu Agak Berat (Moderately Severe Hearing
Loss)
4. Tunarungu Berat (Severe Hearing Loss)
5. Tunarungu Berat Sekali (Profound Hearing Loss)
Klasifikasi anak tunarung menurut Samuel A. Kirk :
0 db :
Menunjukan pendengaran yang optimal
0 – 26 db :
Menunjukan seseorang masih mempunyai pendengaran yang optimal
27 – 40 db :
Mempunyai kesulitan mendengar bunyi – bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk
yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara .
( tergolong tunarungu ringan )
41 – 55 db :
Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas,
membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara
( tergolong tunarungu sedang )
56 – 70 db :
Hanya bisa mendengar suara
dari jarak yang dekat, masih punya sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan
bicara dengan menggunakan alat Bantu dengar serta dengan cara yang khusus
(tergolong tunarungu berat )
71 – 90 db :
Hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang – kadang
dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat
Bantu dengar dan latihan bicara secara khusu
( tergolong tunarungu berat )
91 db :
Mungkin sadar akan adanya
bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan dari pada
pendengaran untuki proses menerima informasi dan yang bersangkutan diangap tuli
( tergolong tunarungu berat sekali )
Media
Pembelajaran yang cocok untuk anak tunarungu
Media Stimulasi Visual
a. Cermin
artikulasi, yang digunakan untuk mengembangkan feed back visual, dengan melihat/
mengontrol gerakan organ artikulasi diri siswa itu sendiri, maupun dengan
menyamakan gerakan/ posisi organ artikulasi dirinya dengan posisi organ
artikulasi guru.
b. Benda
asli maupun tiruan
c. Gambar,
baik gambar lepas maupun gambar kolektif.
d. Pias
kata
e. Gambar
disertai tulisan, dsb.
Media Stimulasi Auditoris
a) Speech
Trainer, yang merupakan alat elektronik untuk melatih bicara anak dengan
hambatan sensori pendengaran
b) Alat
musik, seperti: drum, gong, suling, piano/organ/ harmonika, rebana, terompet,
dan sebagainya.
c) Tape
recorder untuk memperdengarkan rekaman bunyi- bunyi latar belakang, seperti :
deru mobil, deru motor, bunyi klakson mobil maupun motor, gonggongan anjing
dsb.
d) Berbagai
sumber suara lainnya , antara lain :
· Suara alam : angin menderu, gemercik air
hujan, suara petir,dsb.
· Suara binatang : kicauan burung,
gongongan anjing, auman harimau, ringkikan kuda,dsb.
· Suara yang dibuat manusia : tertawa,
batuk, tepukan tangan, percakapan, bel, lonceng, peluit, dsb.
e) Sound
System, yaitu suatu alat untuk memperkeras suara.
f) Media
dengan sistem amplifikasi pendengaran, antara lain ABM, Cochlear Implant dan
loop system.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar