Kejadian beberapan minggu belakangan ini benar-benar
membuatku lemah. Sontak ingin marah tapi
aku tak diindahkan. Ingin mencaci, tapi dihiraukan. Muncul dan berdiri,
tapi dianggap telah tiada. Hanya airmata yang kini menjadi teman setiaku dalam
sepi, dalam kegelapan malam ketika semuanya terlelap dengan mimpi indahnya. Aku
terpaku. Menatap kekosongan hati, menatap kehidupanku yang teramat sulit. Ku kira
diri ini akan dihantarkan pada gerbang kebahagiaan, namun belum sampai pada
tujuan genggaman telah dilepaskan dan aku kini dipersimpangan yang amat
menyedihkan.
Aku tak mengerti dengan jalan yang digariskan Tuhan. Kenapa berkelok-kelok?
Kenapa terjal? Kenapa jalan penuh dengan bebatuan yang tiada habis ujungnya. Menelan
kecewa. Itulah ungkapan dari hatiku yang kini merasa sakit. Kemana senyum itu? Mengapa
hilang? Mengapa pergi tanpa pamit.
“
apapun yang terjadi jangan pergi “ pintaku padanya.
“
gaklah, aku gak kemana-mana” jawabnya entah itu sunguh-sungguh atau hanyalah
hiburan semata, yang terpenting kini dirinya pergi dengan alasan yang tak masuk
akal.
Aku tersadar dari tidur panjangku, terhimpit pada satu
perasaan yaitu rindu. Tapi rindu ini benar-benar tak berarti ketika hanya
rentetan maaf berjejer tanpa makna, tanpa hati. Ya sudahlah.
“
kenapa diam? Apa salahku?” tanyaku
“ gak
ada yang bersalah, keadaanlah yang salah” jawabnya.
Aku hanya
menggelengkan kepala tak mengerti.
“ aku
ingin sendiri “ tambahnya.
“
begitukah? Mungkin disini aku hanya pengganggu hidupmu, aku pergi” ucapku.
Diapun beranjak
pergi mendahuluiku. Pergi dengan segala pertanyaan yang tidak aku ketahui
jawabannya. Tuhan, jangan siksa hatiku. Tuhan aku merindukannya.Dialah teman
yang menemaniku kini, jangan buat dia berubah Tuhan. Jangan ada kata
perpisahan, karena sesungguhnya hal yang paling aku takutkan dihidup ini
bukanlah kematian, tapi sebuah perpisahan.
Semua orang boleh berpikir dengan imajinasi mereka tentang
aku dan dia. Tetapi sungguh, aku dan diriku tidak berpikir tentang hal yang
lebih dari sebuah persahabatan, andai tidak bersahabat bolehlah untuk berteman
atau sekedar saling mengenal. Karena ketika impianku terlalu tinggi dan ini
semua berakhir tidak seperti harapan, maka segalanya akan melukai dan
meninggalkan luka yang membekas dalam.
Aaku hanya bisa
mengucap dalam hati dan berharap kamu kembali seperti dahulu, cukup menemaniku
dan aku akan amat berterima kasih. Dari aku yang merindukanmu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar