saya menulis untuk diri saya, dan apa yang pembaca baca adalah untuk pembaca. didalam tulisan saya, tidak merasa saya dan semua tulisan saya terkadang berisi tentang saya ^_^

Selasa, 13 November 2012

paraphase


Kejadian beberapan minggu belakangan ini benar-benar membuatku lemah. Sontak ingin marah tapi  aku tak diindahkan. Ingin mencaci, tapi dihiraukan. Muncul dan berdiri, tapi dianggap telah tiada. Hanya airmata yang kini menjadi teman setiaku dalam sepi, dalam kegelapan malam ketika semuanya terlelap dengan mimpi indahnya. Aku terpaku. Menatap kekosongan hati, menatap kehidupanku yang teramat sulit. Ku kira diri ini akan dihantarkan pada gerbang kebahagiaan, namun belum sampai pada tujuan genggaman telah dilepaskan dan aku kini dipersimpangan yang amat menyedihkan.
Aku tak mengerti dengan jalan yang digariskan Tuhan. Kenapa berkelok-kelok? Kenapa terjal? Kenapa jalan penuh dengan bebatuan yang tiada habis ujungnya. Menelan kecewa. Itulah ungkapan dari hatiku yang kini merasa sakit. Kemana senyum itu? Mengapa hilang? Mengapa pergi tanpa pamit.
                “ apapun yang terjadi jangan pergi “ pintaku padanya.
                “ gaklah, aku gak kemana-mana” jawabnya entah itu sunguh-sungguh atau hanyalah hiburan semata, yang terpenting kini dirinya pergi dengan alasan yang tak masuk akal.
Aku tersadar dari tidur panjangku, terhimpit pada satu perasaan yaitu rindu. Tapi rindu ini benar-benar tak berarti ketika hanya rentetan maaf berjejer tanpa makna, tanpa hati. Ya sudahlah.
                “ kenapa diam? Apa salahku?” tanyaku
                “ gak ada yang bersalah, keadaanlah yang salah” jawabnya.
                Aku hanya menggelengkan kepala tak mengerti.
                “ aku ingin sendiri “ tambahnya.
                “ begitukah? Mungkin disini aku hanya pengganggu hidupmu, aku pergi” ucapku.
                Diapun beranjak pergi mendahuluiku. Pergi dengan segala pertanyaan yang tidak aku ketahui jawabannya. Tuhan, jangan siksa hatiku. Tuhan aku merindukannya.Dialah teman yang menemaniku kini, jangan buat dia berubah Tuhan. Jangan ada kata perpisahan, karena sesungguhnya hal yang paling aku takutkan dihidup ini bukanlah kematian, tapi sebuah perpisahan.
Semua orang boleh berpikir dengan imajinasi mereka tentang aku dan dia. Tetapi sungguh, aku dan diriku tidak berpikir tentang hal yang lebih dari sebuah persahabatan, andai tidak bersahabat bolehlah untuk berteman atau sekedar saling mengenal. Karena ketika impianku terlalu tinggi dan ini semua berakhir tidak seperti harapan, maka segalanya akan melukai dan meninggalkan luka yang membekas dalam.
 Aaku hanya bisa mengucap dalam hati dan berharap kamu kembali seperti dahulu, cukup menemaniku dan aku akan amat berterima kasih. Dari aku yang merindukanmu…

Tidak ada komentar: