saya menulis untuk diri saya, dan apa yang pembaca baca adalah untuk pembaca. didalam tulisan saya, tidak merasa saya dan semua tulisan saya terkadang berisi tentang saya ^_^

Sabtu, 20 Oktober 2012

Kekasih Hitungan Detik (part 1)



Satu detik..dua detik…tiga detik..dan seterusnya berubah menjadi menit, menit berjalan ke menit dan akhirnya berubah menjadi jam. Terus kupandangi denting jam yang tiada lelah berputar tak lelah berhenti. Petang telah berubah menjadi malam yang hangat dan penuh aroma bahagia. Bintang..bintang saling berkedip, dan bulan sabit melengkungkan senyumnya. Seolah-olah ia bercengkrama dan mengajakku berbicara tentang bahasa cinta. Masih kupandangi sedari tadi pintu gerbang rumah yang tetap kosong, belum ada tanda-tanda kedatanganmu.
Kubalikkan arah dan kulirik lagi denting jam, hmm.. kurang setengah jam lagi dari jadwal kedatangannya. Tangan ini sudah sejak tadi berkeringat dingin dan perasaan jadi tak menentu, ada gurat-gurat senang dalam diri namun tak mampu meluapkannya dengan lepas. Yah..malam ini dia akan datang, datang menemuiku dan berbicara tentang cinta bersamaku malam ini.
Suara detrum mesin motor terdengar dari jarak beberapa meter menuju rumahku. Ya Tuhan yang Maha Esa..benarkah dia datang? Degup jantungku semakin lama semakin cepat dan terdengar keras. Aku berlari-lari kecil menuju ruang tamu dan segera berlari mendatangi arah dentruman mesin motor tersebut. Kubuka kunci gerbang selebar-lebarnya untuk dia, kutebar senyum hangat pelepas rindu yang tersimpan sejak beberapa hari yang lalu.
Dia membalas senyumku. Senyum yang hangat yang selalu dilontarkan didepan wajahku. “Ayo masuk” ajakku. Seperti biasa kami duduk diberanda rumah dekat kolam ikan yang airnya bergemericik seperti susunan partitur nada yang menyairkan lagu cinta.
                “ kenapa diam?” tanyanya dengan nada halus penuh kasih.
                “ aku bahagia” jawabku singkat.
                Ia memelukku dengan hangat, seolah kita akan terpisah dalam waktu yang lama.
                “ aku enggan melepaskan pelukanku” ucapnya
                “ jangan dilepas..‼ aku ingin dipeluk seperti ini selamanya”  jawabku. Dalam beberapa menit kubiarkan tubuhnya mendekap tubuhku, mengelus rambut dan pundakku. Menciumku.
                “ hari ini aku ingin menatapmu lebih lama, takut esok tak menyapaku” ucapnya tiba-tiba.
                Aku merasa terjengkal dengan kata-katanya barusan. Seperti ia ingin meninggalkanku ketempat yang jauh dari jangkauan nafasku.
                “ jika esok tak menyapamu, maka tak akan ada esok yang akan ku sapa, aku akan mengabaikan esok dan meludahinya ketika ia tak menyapamu” celotehku dalam.
                “ tenanglah sayang, esok akan menyapaku, bahkan akan memberikan senyum paginya untuk menatap kecantikanmu.”
                “ semoga saja”
                “ aku pulang ya, sudah malam.”
                Aku mengangguk berat.
                “ besok jemput aku ya?” pintaku seperti biasanya.
                Kekasihku tak menjawab, ia hanya melontarkan senyum terbaiknya malam itu. Roda motor mulai berjalan dan beranjak dari tempatku berpijak. Kekasihku pergi.. dan hanya mampu aku pandangi punggungnya dari belakang, semakin lama semakin mengecil dan hilang.
Dengan senyum bahagia kulangkahkan kaki dengan langkah kecil sedikit berjinjit, aku bahagia. Aku seakan menari-nari diatas taman bunga, atau di didepan lautan manusia diatas panggung pentas penuhdaya pikat. Tuhan, aku kembali mendapatkan rasa ini, rasa yang dulu pernah menghilang dan tak kusangka aku mendapatkannya lagi.
Masih dengan perasaan bahagia akan kehadirannya, ku buka pintu rumah dan masuk kedalam menuju ruang tamu, mengambil segelas air putih. Baru beberapa tegukan tiba-tiba telpon berdering, aku berlari meraih gagang telpon yang kuharap darinya.
                “ hallo” sapa suara seorang perempuan dari kejauhan.
                “ iya, hallo. Ini siapa?” tanyaku penuh selidik.
                “ ini dari rumah sakit citra melia mbak, bisa bicara dengan anastasia?”
                “ iya saya sendiri, ada apa ya?”
                Tanpa banyak bertanya, tanpa banyak berpikir aku melangkahkan kaki menuju rumah sakit, berlari dan berlari tanpa berhenti, tanpa mengenal lelah tanpa mengenal apapun, yang ada hanya untuk dia seluruh rasaku. Kali ini langit mendung dan matahari menundukkan pandangannya pada keadaanku. Ada rasa yang tiba-tiba terampas dari genggamku. Rasa yang amat menekik urat nafasku, menyumbat jengkal-jengkal aliran darahku. Membuyarkan airmataku dengan deras dan volume yang banyak. Tuhan, takdir apa yang Kau tularkan pada kehidupanku?
                Dengan nafas terputus-putus, suara terpatah-patah, dan kaki yang tidak jenjang berdiri. Aku berlari.. berlari dan mencari dimana keberadaannya dan akhirnya aku mendapatkannya.  Ia tidur diatas tempat tidur dengan balutan perban dan lilitan selang-selang infus. Kudekap erat disisinya, erat sangat erat. Tuhan jangan ambil dia..‼ dia milikku, dia kekasihku dan dia adalah bagian nafasku.
Jangan bawa dia pergi denganMu ya Tuhan. Jangan jadikan ia kekasih yang hadir persekian detik dalam hidupku, dan kemudian menghilang ditelan denting waktu.

Sabtu, 20 oktober 2012
14:46

Tidak ada komentar: