saya menulis untuk diri saya, dan apa yang pembaca baca adalah untuk pembaca. didalam tulisan saya, tidak merasa saya dan semua tulisan saya terkadang berisi tentang saya ^_^

Selasa, 08 November 2011

Pediatri UTS

-->
1.      Dalam ilmu pediatri dikenal istilah  : pediatri klinik, sosial, dan pencegahan. Menurut
anda apa perbedaan dan persamaan dari ketiganya?
2.      Apa yang anda ketahui tentang perbedaan antara istilah rehabilitasi dan labilitasi?
3.      Jelaskan bagaimana keterlibatan guru PLB dalam upaya  :
a.       Health promotion
b.      Spesicif potection
c.       Rehabilitasi
4.      a. Jelaskan fenomena terjadinya reaksi kebal pada penderita yang di imunisasi?
b. jelaskan fenomena terjadinya keadaan sakit ulangan pada pasien yang pernah di imunisasi

Jawab  :
1.      Pediatri berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedos yang berarti anak dan iatrica yang berarti pengobatan. Secara etiologi pediatri berarti: ilmu pengobatan anak (Harsono Salimo, 1994, John W. Graef, MD, 1994). Pengobatan anak yang dimaksudkan di sini adalah pengobatan penyakit anak. Dari segi etimologi pediatri berarti cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit anak dan pengobatannya (Jack Insley MB. 1996, Alih Bahasa Rusi Muhaimin Syamsi, Cet. 2005).
Di setiap rumah sakit, (di sana) akan dengan mudahnya diketemukan bangsal atau unit penyakit anak. Pada unit ini semua penyakit anak mulai dari usia neonatal sampai dengan usia remaja yang diperiksa akan mendapatkan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan penyakit yang diderita anak. Bangsal atau unit penyakit anak ini berarti telah menerapkan pediatri di lingkungan rumah sakit.
Kajian pediatri dalam perkembangannya tidak hanya mempelajari dan mengobati anak-anak yang sakit saja, tapi juga mencakup hal-hal yang lebih luas, sehingga di Indonesia yang dulunya pediatri ini dikenal sebagai ilmu penyakit anak, sejak 1963 namanya diubah menjadi ilmu kesehatan anak (Harsono Salimo, 1994; Emi Dasiemy, 1994; American Academy of Pediatrics, 2001). Hal ini juga sesuai dengan yang terjadi di negara-negara lain di mana Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menganjurkan nama pediatri diganti dengan child health atau ilmu kesehatan anak .
Perbedaan  :
Pediatri Klinik
Pediatri klinik merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari pengobatan berbagai macam penyakit anak. Pediatri klinik mempelajari penyakit anak dilihat dari segi pathologi (tingkat keparahan penyakit), simpthomatologi (gejala-gejala sakit), epidemiologi (penyebaran penyakit) dan pengobatannya.
Para ahli kesehatan anak meyakini bahwa masa anak-anak adalah merupakan masa emas. Kondisi kesehatan individu anak yang baik akan sangat menentukan keberlangsungan generasi penerus di masa depan. Oleh karena itu setiap anak yang sakit harus diobati agar penyakitnya tidak menjadi semakin parah atau agar anak terhindar dari cacat permanen serta terhindar dari kematian.
Usia anak yang paling rentan terhadap penyakit adalah usia balita. Jumlah anak-anak yang meninggal pada usia balita (sebelum usia 5 tahun) mencapai seperempat, sepertiga bahkan ada yang mencapai separuh dari semua anak yang lahir. Ini tergantung dari kualitas pelayanan kesehatan di masing-masing daerah.

Pediatri Pencegahan
Pediatri pencegahan merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari cara-cara mencegah penyakit anak, termasuk usaha untuk memberikan imunisasi dan memelihara kesehatan anak.
Pediatri pencegahan sebenarnya sudah dapat tercakup dalam ilmu kesehatan masyarakat (public health). Namun demikian dalam kaitannya dengan ilmu kesehatan anak, pengembangan pediatri pencegahan masih diperlukan. Di dalam buku ini yang dimaksud pencegahan hanyalah terba­tas, yaitu dalam aspek pemberian kekebalan atau imunitas pada anak, masalah gizi dan makanan bayi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan bayi.
Melalui pemberian imunisasi diharapkan nantinya individu yang telah memiliki daya imun meskipun terserang penyakit tertentu dapat terhindar dari sakit, cacat permanen dan kematian.
Selain aspek pencegahan penyakit melalui imunisasi, aspek lain yang tidak kalah pentingnya dalam pediatri pencegahan adalah upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan individu melalui intake nutrisi yang adekuat sesuai dengan umur, jenis kelamin dan fungsi fisiologis individu.



Pediatri Sosial
Pediatri sosial adalah merupakan sebagian dari ilmu kedokteran umum yang memperhatikan anak-anak sehat dari terjadinya konsepsi sampai masa remaja dengan memperhatikan pula keadaan sosial, ekonomi, hygiene keluarga dan masyarakat.
Disadari bahwa dengan hanya mempelajari penyakit-penyakit pada anak di dalam bangsal anak di rumah sakit saja (pediatri klinik) masih tetap belum bisa menjamin terpeliharanya kesehatan anak-anak. Penyakit anak yang diobati selalu saja kambuh lagi. Contoh di bawah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang pentingnya pediatri sosial.
     Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa pediatri  klinik, social, dan pencegahan memiliki  fungsi yang berbeda-beda dalam penerapannya. Adapun persamaan dari ketiganya yaitu baik pediatri klinik, social, maupun pencegahan merupakan ruang lingkup dari ilmu pediatri  yang sama-sama digunakkan dalam meningkatkan kesehatan anak.
2.      Habilitasi dan Rehabilitasi merupakan salah satu bentuk upaya untuk membantu mengatasi permasalahan anak berkelainan. Rehabilitasi merupakan upaya memberikan kemampuan kembali melalui bantuan medik, sosial, psikologik dan keterampilan yang diselenggarakan secara terpadu bagi anak yang memiliki kelainan agar dapat mencapai kemampuan fungsionalnya seoptimal mungkin. Sementara habilitasi merupakan upaya memberikan kemampuan melalui bantuan medik, sosial, psikologik, dan keterampilan yang diselenggarakan secara terpadu bagi peserta didik yang memiliki kelainan agar dapat mencapai kemampuan fungsionalnya.
Bagi anak yang mengalami kelainan pertumbuhan, seperti dalam bentuk retardasi mental, kelainan meuromotorik, gangguan bicara, cara berjalan yang khas, refleks patologis dan refleks psikologis meninggi, mata juling, gangguan akibat kerusakan batang otak serta late walker, dan gangguan pendengaran, maka kegiatan rehabilitasi program mencakup aspek medik dan rehabilitasi sosial psikologik. Program transplantasi kornea, penggunaan alat bantu splint, penggunaan prothese bagi amputie, merupakan contoh rehabilitasi medik bagi anak berkelainan pertumbuhan. Pelaksanaan program rehabilitasi tersebut sudah tentu disesuaikan dengan kebutuhan karena tidak semua anak membutuhkan macam-macam program tersebut.
Program habilitasi terutama untuk pengembangan kemampuan anak pada aspek pendidikan dan keterampilan, termasuk keterampilan dalam menolong dan merawat diri terangkum dalam program bina diri.
Beberapa hal penting yang tersirat dalam pengertian rehabilitasi dan habilitasi adalah
·         Rehabilitasi dan habilitasi bagi penyandang cacat itu merupakan proses rangkaian kegiatan. Artinya kegiatan yang dilakukan dalam rangka rehabilitasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali melainkan dilakukan secara bertahap, berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan
·         Sifat kegiatan yang dilakukan oleh petugas rehabilitasi dan habilitasi adalah berupa bantuan, dengan pengertian setiap usaha rehabilitasihabilitasi harus selalu berorientasi kepada pemberian kesempatan kepada peserta didikpenyandang cacat yang dibantu, yaitu untuk memecahkan permasalahannya dengan kemampuan penyandang cacat sendiri.
·         Arah dari kegiatan rehabilitasi adalah untuk refungsionalisasi dan pengembangan, sedangkan arah habilitasi hanyalah pengembangan saja.
·         Refungsionalisasi artinya rehabilitasi penyandang cacat mengarah pada upaya pengembalian fungsi kemampuan penyandang cacat. Hal ini penting karena sebagian penyandang cacat, kecacatannya terjadi setelah mereka berusia dewasa, sehingga sebelum cacat mereka telah memiliki kemampuan tertentu, seperti dalam hal menolong diri sendiri, bekerja secara produktif, dan sebagainya.
·         Sementara itu pengembangan disini dalam arti bahwa kegiatan rehabilitasi dan habilitasi bagi penyandang cacat diarahkan pada upaya aktualisasi potensi kemampuan yang dimiliki. Disini juga dirasa sangat penting sebab kecacatan seseorang tidak menutup kemampuan menjadi tidak ada.

3.      a. Health Promotion (promosi kesehatan) yang meliputi antara lain usaha gizi,
    perumahan,sanitasi yang baik, rekreasi dan kondisi kerja yang baik serta pendidikan  
    kesehatan.
a)      Memberi tahu tentang pentingnya pendidikan kesehatan kepada peserta didik, baik melalui mata ajaran yang telah tersusun dalam kurikulum, maupun dirancang khusus dalam rangka untuk penyuluhan kesehatan.
b)      Mengamati anak secara bertahap baik dalam pertumbuhan dan perkembangan melalui penimbangan berat dan tinggi badan setiap bulannya.
c)      Mengikutsertakan orang tua secara aktif dalam kegiatan: memberikan pendidikan kesehatan, mengawasi kesehatan, dan melakukan pertolongan pertama; imunisasi; usaha-usaha pengobatan gigi dan pencegahannya; Usaha perbaikan gizi anak; dan mengusahakan kehidupan lingkungan sekolah yang sehat.

b. Spesific Protection (perlindungan khusus) yang mencakup imunisasi, hygiene pribadi,  
    sanitasi lingkungan, perlindungan kerja, dan perlindungan dan kecelakaan,
    penggunaan gizi tertentu
    dan lain-lain.
Hal-hal yang bisa dilakukan guru PLB untuk melakukan spesific protection  adalah:
·         Mengadakan program imunisasi rutin
·         Mengadakan progam penyuluhan tentang narkoba, seks, dan merokok kepada siswa berkebutuhan khusus yang bisa dilakukan sejalan dengan proses belajar mengajar atau dimasukkan dalam materi pelajaran.
·         Mengadakan program konseling untuk membantu siswa mengurangi permasalahannya.
c.  Rehabilitasi
1) Physio therapy
Physio therapy merupakan cara sistematis untuk menilai atau memeriksa kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan otot dan syaraf termasuk gejala-gejala psikhosomatis dan menangani serta mencegah gangguan fungsi dengan menggunakan cara alamiah, terutama dengan gerakan, manipulasi dan tenaga alami.
Pelaksanaan physio therapy, umumnya dengan menggunakan beberapa alternatif sarana seperti air, listrik, sinar, gerakan, pemijatan. Pelaksana physio therapy yang utama adalah seorang physio therapist. Sebagai seorang guru PLB sekaligus sebagai asisten ahli rehabilitasi memiliki peranan dalam dalam membantu pelaksanaan physio therapy, diantaranya:
§  Menyediakan data basil pengamatan, tes dan interview menge-nai kemampuan dan ketidakmampuan fisik., keluhan-keluhan anak dalam mengikuti pelajaran, dsb.
§  Atas dasar saran dokter dan physio therapist serta kemampuan guru sendiri, ia membantu melatih anak dalam kerangka physio therapy, melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah
2) Occupational therapy
Yang dimaksud dengan terapi okupasional (occupational therapy) adalah perpaduan antara seni dan ilmu pengetahuan yang mengarahkan keikutsertaan anak dalam aktivitas tertentu dalam usaha mengem­balikan, meningkatkan dan memperbaiki kemampuan kerja, memberikan fasilitas untuk mencapai keahlian tertentu dan fungsi-fungsi lain yang diperlukan untuk program adaptasi dan produktivitas.
Peran guru dalam terapi okupasional, diantaranya adalah:
Ø  Melatih anak dalam berbagai kegiatan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Misal: cara makan, minum, mandi, dsb.
Ø  Melatih gerakan-gerakan lewat kegiatan permainan, kesenian, latihan kerja.
Ø  Membantu melatihkan penguasaan alat pembantu atau penopang diri pada anak.
Kesulitan-kesulitan yang ditemui guru dalam pelaksanaan terapi okupasional, perlu dikonsultasikan dengan tim rehabilitasi yang ada di sekolah yang bersangkutan atau kepada ahlinya.
3) Terapi Khusus Anak Kelainan Pendengaran
Pelayanan rehabilitasi medis bagi anak kelainan pendengaran, terutama adalah berupa bantuan penggunaan alat bantu mendengar. Bagi anak tertentu kadang juga perlu memperoleh pelayanan rehabili­bitasi medis berupa operasi (cochlear implantasi).
Peranan guru dalam hal ini, terutama dalam:
§  Menyediakan data awal mengenai kondisi fisik dan fungsi pendengaran anak
§  Dengan memperhatikan saran ahli medik, guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan kelas yang tidak menambah beratnya masalah anak.
§  Ikut memonitor kemajuan-kemajuan kemampuan anak sesuai dengan pedoman yang ada.
4) Operasi orthopedi
Yang dimaksudkan di sini adalah suatu cara memperbaiki kecacatan pada tubuh terutama pada tulang sendi dan otot–otot melalui operasi pembedahan.
Kegiatan rehabilitasi ini merupakan kewenang­an dokter ortopedidokter rehabilitasi. Anak peserta didik yang memer-lukan operasi ortopedi, terutama mereka yang mengalami kelainan bentuk (tulang, sendi dan otot-otot), karena penyakit, trauma, dsb.
Tugas guru PLB dalam hal ini adalah
§  Menyiapkan data dasar tentang kondisi dan kemampuan keti-dakmampuan anggota gerak anak.
§  Merujuk ke ahli rehabilitasi ortopedi untuk memperoleh perlakuan selanjutnya
§  Melakukan kegiatan belajar mengajar di rumah sakit bila anak menjalani rawat inap yang lama.
§  Ikut memonitor perkembangan dan kemajuan anak pasca operasi

4.      a.  Agar kekebalan tubuh dapat dipertahankan maka bayi dan anak perlu diberikan imunisasi. Vaksin untuk imunisasi dibuat dari kuman dan virus yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Karena sudah dilemahkan, organisme tersebut tidak cukup kuat untuk menimbulkan penyakit, tapi makah mampu mendorong tubuh untuk membentuk antibodi atau sel-sel pelawan infeksi yang kemudian beredar keseluruh tubuh. Jika kemudian masuk bibit penyakit, tubuh sudah memiliki penjaga yang akan melawan serangannya.
Imunisasi aktif bertujuan untuk memberikan kekebalan yang efektif dengan membangun antibodi yang cukup banyak dan menambah populasi sel-sel yang dapat berkembang biak dengan cepat bila ada kontak baru dengan antigen.
Pada kontak pertama dengan antigen, sel-sel imunokompeten mengadakan reaksi yang disebut respon primer berupa proliferasi dan diferensiasi sehingga terbentuk sintesa antibodi atau cell mediated reactivity atau keduanya. Untuk ini diperlukan waktu yang agak lama disebut :latent period. Limfosit-B mengadakan multiplikasi dan memproduksi Ig, Limfosit-T juga dirangsang menolong Limfosit-B agar mengadakan respons terhadap antigen. Setelah mendapat exposure dengan antigen yang pertama, kedua kontak dengan antigen yang kedua, maka timbul respons sekunder yang ditandai dengan respons yang cepat dan timbulnya antibodi dalam jumlah yang besar. Biasanya kadar antibodi ini tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama. Antibodi yang dominan adalah IgG. Umumnya imun respons tergantung pada  :
-          Sifat alami dan dosis antigen yang diberikan. Misalnya vaksin polio tipe-2 lebih baik daripada tipe-1 dan toxoid tetanus lebih baik dari pada toxoid diphteri
-          Cara pemberian. Pada imunisasi polio dengan vaksin sabin secara per-oral maka imunisasi ini akan menyerupai infeksi alami, sehingga menimbulkan kekebalan lokal pada dinding usus dan vaksin juga merangsang pembentukan antibodi yang dapat mencegah kelumpuhan syaraf.
-          Jumlah suntikan dan “spacing” (jarak waktu) antara dua suntikan. Untuk mendapatkan respons yang baik, rangsangan permulaan harus diperkuat dengan paling sedikit suntikan kedua dan kemudian suntikan “booster”. Tentang jarak antara dua suntikan, beberapa sarjana mengatakan perlu waktu 40 hati sedangkan yang lain mengatakan jarak antara 6 minggu sampai 3 bulan. Ada pula yang berpendapat bahwa hal ini tergantung pada keinginan kita untuk menyelesaikan imunisasi dasar secara cepat atau untuk mendapatkan respons antibodi yang optimal
-          Penggunaan bahan obat penunjang, oleh karena bahan obat penunjang dapat menyebabkan pelepasan antigen secara perlahan-lahan dan kontinyu sehingga antigen dapat tetap bertahan dalam kadar yang lebih tinggi dan dalam waktu yang lebih lama sehingga dapat lebih meningkatkan pembentukan antibodi.
-          Penerima imunisasi. Lebih besar anak, kematangan imunologik lebih sempurna sehingga respon terhadao antigen dan pembentukan antibodi menjadi lebih baik, selain itu faktor hilangnya intervensi (penggabungan dua atau lebih) dengan imunitas pasif yang didapat dari ibu juga memgang peranan. Dikatakan bahwa pembentukan antibodi sudah cukup baik pada umur 2-3 bulan untuk dipheteria : umur 6 bulan untuk polio dan 9-12 bulan untuk morbili.
-          BCG dapat diberikan pada waktu neonatus karena tidak adanya transfer dari ibu.
b.      Imunisasi adalah cara untuk membuat ternak kebal terhadap penyakit menular. Imunisasi dibagi menjadi dua macam yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif. Kedua macam imunisasi tersebut berbeda dalam beberapa aspek berdasarkan cara memperolehnya, sifat resistensi yang dihasilkan, cepat – lambatnya kemunculan antibodi maupun katabolismenya.
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Dengan adanya dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak tersebut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan
Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin lama jumlah zat antibodi yang ada didalam tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/ suntikan/imunisasi ulangan . Hal ini merupakan sebuah rangsangan bagi tubuh untuk membuat zat antibobi kembali,atau dengan kata lain zat antibodi dalam tubuh diperbaharui dengan yang baru.

Tidak ada komentar: