1. Dalam
ilmu pediatri dikenal istilah : pediatri
klinik, sosial, dan pencegahan. Menurut
anda apa perbedaan dan
persamaan dari ketiganya?
2. Apa
yang anda ketahui tentang perbedaan antara istilah rehabilitasi dan labilitasi?
3. Jelaskan
bagaimana keterlibatan guru PLB dalam upaya
:
a. Health
promotion
b. Spesicif
potection
c. Rehabilitasi
4. a.
Jelaskan fenomena terjadinya reaksi kebal pada penderita yang di imunisasi?
b. jelaskan fenomena
terjadinya keadaan sakit ulangan pada pasien yang pernah di imunisasi
Jawab :
1. Pediatri
berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedos yang berarti anak dan iatrica
yang berarti pengobatan. Secara etiologi pediatri berarti: ilmu pengobatan
anak (Harsono Salimo, 1994, John W. Graef, MD, 1994). Pengobatan anak yang
dimaksudkan di sini adalah pengobatan penyakit anak. Dari segi etimologi
pediatri berarti cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit anak dan
pengobatannya (Jack Insley MB. 1996, Alih Bahasa Rusi Muhaimin Syamsi, Cet.
2005).
Di setiap rumah sakit, (di sana) akan dengan mudahnya diketemukan bangsal
atau unit penyakit anak. Pada unit ini semua penyakit anak mulai dari usia
neonatal sampai dengan usia remaja yang diperiksa akan mendapatkan pelayanan
dan pengobatan sesuai dengan penyakit yang diderita anak. Bangsal atau unit
penyakit anak ini berarti telah menerapkan pediatri di lingkungan rumah sakit.
Kajian pediatri dalam perkembangannya tidak hanya mempelajari dan mengobati
anak-anak yang sakit saja, tapi juga mencakup hal-hal yang lebih luas, sehingga
di Indonesia yang dulunya pediatri ini dikenal sebagai ilmu penyakit anak,
sejak 1963 namanya diubah menjadi ilmu kesehatan anak (Harsono Salimo, 1994;
Emi Dasiemy, 1994; American Academy of Pediatrics, 2001). Hal ini juga sesuai
dengan yang terjadi di negara-negara lain di mana Organisasi Kesehatan Dunia
atau World Health Organization (WHO) menganjurkan nama pediatri diganti
dengan child health atau ilmu kesehatan anak .
Perbedaan :
Pediatri Klinik
Pediatri klinik merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
pengobatan berbagai macam penyakit anak. Pediatri klinik mempelajari penyakit
anak dilihat dari segi pathologi (tingkat keparahan penyakit), simpthomatologi
(gejala-gejala sakit), epidemiologi (penyebaran penyakit) dan
pengobatannya.
Para ahli kesehatan anak meyakini bahwa masa anak-anak adalah merupakan
masa emas. Kondisi kesehatan individu anak yang baik akan sangat menentukan
keberlangsungan generasi penerus di masa depan. Oleh karena itu setiap anak
yang sakit harus diobati agar penyakitnya tidak menjadi semakin parah atau agar
anak terhindar dari cacat permanen serta terhindar dari kematian.
Usia anak yang paling rentan terhadap penyakit adalah usia balita. Jumlah
anak-anak yang meninggal pada usia balita (sebelum usia 5 tahun) mencapai
seperempat, sepertiga bahkan ada yang mencapai separuh dari semua anak yang
lahir. Ini tergantung dari kualitas pelayanan kesehatan di masing-masing
daerah.
Pediatri Pencegahan
Pediatri pencegahan merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari cara-cara
mencegah penyakit anak, termasuk usaha untuk memberikan imunisasi dan
memelihara kesehatan anak.
Pediatri pencegahan sebenarnya sudah dapat tercakup dalam ilmu kesehatan
masyarakat (public health). Namun demikian dalam kaitannya dengan ilmu
kesehatan anak, pengembangan pediatri pencegahan masih diperlukan. Di dalam
buku ini yang dimaksud pencegahan hanyalah terbatas, yaitu dalam aspek
pemberian kekebalan atau imunitas pada anak, masalah gizi dan makanan bayi
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan bayi.
Melalui pemberian imunisasi diharapkan nantinya individu yang telah
memiliki daya imun meskipun terserang penyakit tertentu dapat terhindar dari
sakit, cacat permanen dan kematian.
Selain aspek pencegahan penyakit melalui imunisasi, aspek lain yang tidak
kalah pentingnya dalam pediatri pencegahan adalah upaya menjaga dan
meningkatkan kesehatan individu melalui intake nutrisi yang adekuat sesuai
dengan umur, jenis kelamin dan fungsi fisiologis individu.
Pediatri Sosial
Pediatri sosial adalah merupakan sebagian dari ilmu kedokteran umum yang
memperhatikan anak-anak sehat dari terjadinya konsepsi sampai masa remaja
dengan memperhatikan pula keadaan sosial, ekonomi, hygiene keluarga dan
masyarakat.
Disadari bahwa dengan hanya mempelajari penyakit-penyakit pada anak di
dalam bangsal anak di rumah sakit saja (pediatri klinik) masih tetap belum bisa
menjamin terpeliharanya kesehatan anak-anak. Penyakit anak yang diobati selalu
saja kambuh lagi. Contoh di bawah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang pentingnya
pediatri sosial.
Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa
pediatri klinik, social, dan pencegahan
memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam
penerapannya. Adapun persamaan dari ketiganya yaitu baik pediatri klinik,
social, maupun pencegahan merupakan ruang lingkup dari ilmu pediatri yang sama-sama digunakkan dalam meningkatkan
kesehatan anak.
2.
Habilitasi dan Rehabilitasi
merupakan salah satu bentuk upaya untuk membantu mengatasi permasalahan anak
berkelainan. Rehabilitasi merupakan upaya memberikan kemampuan kembali melalui
bantuan medik, sosial, psikologik dan keterampilan yang diselenggarakan secara
terpadu bagi anak yang memiliki kelainan agar dapat mencapai kemampuan
fungsionalnya seoptimal mungkin. Sementara habilitasi merupakan upaya
memberikan kemampuan melalui bantuan medik, sosial, psikologik, dan
keterampilan yang diselenggarakan secara terpadu bagi peserta didik yang
memiliki kelainan agar dapat mencapai kemampuan fungsionalnya.
Bagi
anak yang mengalami kelainan pertumbuhan, seperti dalam bentuk retardasi
mental, kelainan meuromotorik, gangguan bicara, cara berjalan yang khas,
refleks patologis dan refleks psikologis meninggi, mata juling, gangguan akibat
kerusakan batang otak serta late walker, dan gangguan pendengaran, maka
kegiatan rehabilitasi program mencakup aspek medik dan rehabilitasi sosial
psikologik. Program transplantasi kornea, penggunaan alat bantu splint,
penggunaan prothese bagi amputie, merupakan contoh rehabilitasi medik bagi anak
berkelainan pertumbuhan. Pelaksanaan program rehabilitasi tersebut sudah tentu
disesuaikan dengan kebutuhan karena tidak semua anak membutuhkan macam-macam
program tersebut.
Program
habilitasi terutama untuk pengembangan kemampuan anak pada aspek pendidikan dan
keterampilan, termasuk keterampilan dalam menolong dan merawat diri terangkum
dalam program bina diri.
Beberapa
hal penting yang tersirat dalam pengertian rehabilitasi dan habilitasi adalah
·
Rehabilitasi dan habilitasi bagi
penyandang cacat itu merupakan proses rangkaian kegiatan. Artinya kegiatan yang
dilakukan dalam rangka rehabilitasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali
melainkan dilakukan secara bertahap, berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan
·
Sifat kegiatan yang dilakukan oleh
petugas rehabilitasi dan habilitasi adalah berupa bantuan, dengan pengertian
setiap usaha rehabilitasihabilitasi harus selalu berorientasi kepada pemberian
kesempatan kepada peserta didikpenyandang cacat yang dibantu, yaitu untuk
memecahkan permasalahannya dengan kemampuan penyandang cacat sendiri.
·
Arah dari kegiatan rehabilitasi adalah
untuk refungsionalisasi dan pengembangan, sedangkan arah habilitasi hanyalah
pengembangan saja.
·
Refungsionalisasi artinya rehabilitasi
penyandang cacat mengarah pada upaya pengembalian fungsi kemampuan penyandang
cacat. Hal ini penting karena sebagian penyandang cacat, kecacatannya terjadi
setelah mereka berusia dewasa, sehingga sebelum cacat mereka telah memiliki
kemampuan tertentu, seperti dalam hal menolong diri sendiri, bekerja secara
produktif, dan sebagainya.
·
Sementara itu pengembangan disini dalam
arti bahwa kegiatan rehabilitasi dan habilitasi bagi penyandang cacat diarahkan
pada upaya aktualisasi potensi kemampuan yang dimiliki. Disini juga dirasa
sangat penting sebab kecacatan seseorang tidak menutup kemampuan menjadi tidak
ada.
3.
a. Health Promotion (promosi
kesehatan) yang meliputi antara lain usaha gizi,
perumahan,sanitasi
yang baik, rekreasi dan kondisi kerja yang baik serta pendidikan
kesehatan.
a) Memberi
tahu tentang pentingnya pendidikan kesehatan kepada peserta didik, baik melalui mata ajaran yang
telah tersusun dalam kurikulum,
maupun dirancang khusus dalam rangka untuk penyuluhan
kesehatan.
b) Mengamati
anak secara bertahap baik dalam
pertumbuhan dan perkembangan melalui penimbangan berat dan
tinggi badan setiap bulannya.
c) Mengikutsertakan orang tua secara aktif dalam
kegiatan: memberikan pendidikan kesehatan, mengawasi kesehatan, dan melakukan
pertolongan pertama; imunisasi; usaha-usaha pengobatan gigi dan pencegahannya;
Usaha perbaikan gizi anak; dan mengusahakan kehidupan lingkungan sekolah yang
sehat.
b. Spesific Protection (perlindungan khusus) yang
mencakup imunisasi, hygiene pribadi,
sanitasi
lingkungan, perlindungan kerja, dan perlindungan dan kecelakaan,
penggunaan
gizi tertentu
dan
lain-lain.
Hal-hal yang bisa dilakukan guru PLB untuk
melakukan spesific protection adalah:
·
Mengadakan
program imunisasi rutin
·
Mengadakan
progam penyuluhan tentang narkoba, seks, dan merokok kepada siswa berkebutuhan
khusus yang bisa dilakukan sejalan dengan proses belajar mengajar atau
dimasukkan dalam materi pelajaran.
·
Mengadakan
program konseling untuk membantu siswa mengurangi permasalahannya.
c. Rehabilitasi
1) Physio therapy
Physio
therapy merupakan cara sistematis untuk menilai atau memeriksa
kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan otot dan syaraf termasuk gejala-gejala
psikhosomatis dan menangani serta mencegah gangguan fungsi dengan menggunakan
cara alamiah, terutama dengan gerakan, manipulasi dan tenaga alami.
Pelaksanaan
physio therapy, umumnya dengan menggunakan beberapa alternatif sarana seperti
air, listrik, sinar, gerakan, pemijatan. Pelaksana physio therapy yang utama
adalah seorang physio therapist. Sebagai seorang guru PLB sekaligus sebagai
asisten ahli rehabilitasi memiliki peranan dalam dalam membantu pelaksanaan
physio therapy, diantaranya:
§ Menyediakan
data basil pengamatan, tes dan interview menge-nai kemampuan dan ketidakmampuan
fisik., keluhan-keluhan anak dalam mengikuti pelajaran, dsb.
§ Atas dasar
saran dokter dan physio therapist serta kemampuan guru sendiri, ia membantu
melatih anak dalam kerangka physio therapy, melalui kegiatan belajar mengajar
di sekolah
2)
Occupational therapy
Yang
dimaksud dengan terapi okupasional (occupational therapy) adalah perpaduan
antara seni dan ilmu pengetahuan yang mengarahkan keikutsertaan anak dalam
aktivitas tertentu dalam usaha mengembalikan, meningkatkan dan memperbaiki
kemampuan kerja, memberikan fasilitas untuk mencapai keahlian tertentu dan
fungsi-fungsi lain yang diperlukan untuk program adaptasi dan produktivitas.
Peran guru
dalam terapi okupasional, diantaranya adalah:
Ø Melatih anak
dalam berbagai kegiatan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Misal: cara makan, minum, mandi, dsb.
Ø Melatih gerakan-gerakan lewat kegiatan permainan, kesenian, latihan kerja.
Ø Membantu melatihkan penguasaan alat pembantu atau penopang diri pada anak.
Kesulitan-kesulitan yang ditemui guru dalam pelaksanaan terapi okupasional,
perlu dikonsultasikan dengan tim rehabilitasi yang ada di sekolah yang
bersangkutan atau kepada ahlinya.
3) Terapi
Khusus Anak Kelainan Pendengaran
Pelayanan rehabilitasi medis bagi anak kelainan pendengaran, terutama
adalah berupa bantuan penggunaan alat bantu mendengar. Bagi anak tertentu
kadang juga perlu memperoleh pelayanan rehabilibitasi medis berupa operasi
(cochlear implantasi).
Peranan guru dalam hal ini, terutama dalam:
§ Menyediakan data awal mengenai kondisi fisik dan fungsi pendengaran anak
§ Dengan memperhatikan saran ahli medik, guru melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dan pengelolaan kelas yang tidak menambah beratnya masalah anak.
§ Ikut
memonitor kemajuan-kemajuan kemampuan anak sesuai dengan pedoman yang ada.
4) Operasi
orthopedi
Yang
dimaksudkan di sini adalah suatu cara memperbaiki kecacatan pada tubuh terutama
pada tulang sendi dan otot–otot melalui operasi pembedahan.
Kegiatan
rehabilitasi ini merupakan kewenangan dokter ortopedidokter rehabilitasi. Anak
peserta didik yang memer-lukan operasi ortopedi, terutama mereka yang mengalami
kelainan bentuk (tulang, sendi dan otot-otot), karena penyakit, trauma, dsb.
Tugas guru
PLB dalam hal ini adalah
§ Menyiapkan
data dasar tentang kondisi dan kemampuan keti-dakmampuan anggota gerak anak.
§ Merujuk ke
ahli rehabilitasi ortopedi untuk memperoleh perlakuan selanjutnya
§ Melakukan
kegiatan belajar mengajar di rumah sakit bila anak menjalani rawat inap yang
lama.
§ Ikut
memonitor perkembangan dan kemajuan anak pasca operasi
4.
a.
Agar kekebalan tubuh dapat dipertahankan maka bayi dan anak perlu
diberikan imunisasi. Vaksin untuk imunisasi dibuat dari kuman dan virus yang
sudah dilemahkan atau dimatikan. Karena sudah dilemahkan, organisme tersebut
tidak cukup kuat untuk menimbulkan penyakit, tapi makah mampu mendorong tubuh
untuk membentuk antibodi atau sel-sel pelawan infeksi yang kemudian beredar
keseluruh tubuh. Jika kemudian masuk bibit penyakit, tubuh sudah memiliki
penjaga yang akan melawan serangannya.
Imunisasi aktif bertujuan untuk memberikan kekebalan
yang efektif dengan membangun antibodi yang cukup banyak dan menambah populasi
sel-sel yang dapat berkembang biak dengan cepat bila ada kontak baru dengan
antigen.
Pada kontak pertama dengan antigen, sel-sel
imunokompeten mengadakan reaksi yang disebut respon primer berupa proliferasi
dan diferensiasi sehingga terbentuk sintesa antibodi atau cell mediated
reactivity atau keduanya. Untuk ini diperlukan waktu yang agak lama disebut :latent period. Limfosit-B mengadakan
multiplikasi dan memproduksi Ig, Limfosit-T juga dirangsang menolong Limfosit-B
agar mengadakan respons terhadap antigen. Setelah mendapat exposure dengan antigen yang pertama, kedua kontak dengan antigen
yang kedua, maka timbul respons sekunder yang ditandai dengan respons yang
cepat dan timbulnya antibodi dalam jumlah yang besar. Biasanya kadar antibodi
ini tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama. Antibodi yang dominan adalah IgG.
Umumnya imun respons tergantung pada :
-
Sifat alami dan dosis antigen yang
diberikan. Misalnya vaksin polio tipe-2 lebih baik daripada tipe-1 dan toxoid tetanus lebih baik dari pada toxoid diphteri
-
Cara pemberian. Pada imunisasi polio
dengan vaksin sabin secara per-oral
maka imunisasi ini akan menyerupai infeksi alami, sehingga menimbulkan
kekebalan lokal pada dinding usus dan vaksin juga merangsang pembentukan
antibodi yang dapat mencegah kelumpuhan syaraf.
-
Jumlah suntikan dan “spacing” (jarak
waktu) antara dua suntikan. Untuk mendapatkan respons yang baik, rangsangan
permulaan harus diperkuat dengan paling sedikit suntikan kedua dan kemudian
suntikan “booster”. Tentang jarak antara dua suntikan, beberapa sarjana
mengatakan perlu waktu 40 hati sedangkan yang lain mengatakan jarak antara 6
minggu sampai 3 bulan. Ada pula yang berpendapat bahwa hal ini tergantung pada
keinginan kita untuk menyelesaikan imunisasi dasar secara cepat atau untuk
mendapatkan respons antibodi yang optimal
-
Penggunaan bahan obat penunjang, oleh
karena bahan obat penunjang dapat menyebabkan pelepasan antigen secara
perlahan-lahan dan kontinyu sehingga antigen dapat tetap bertahan dalam kadar
yang lebih tinggi dan dalam waktu yang lebih lama sehingga dapat lebih
meningkatkan pembentukan antibodi.
-
Penerima imunisasi. Lebih besar anak,
kematangan imunologik lebih sempurna sehingga respon terhadao antigen dan
pembentukan antibodi menjadi lebih baik, selain itu faktor hilangnya intervensi
(penggabungan dua atau lebih) dengan imunitas pasif yang didapat dari ibu juga
memgang peranan. Dikatakan bahwa pembentukan antibodi sudah cukup baik pada
umur 2-3 bulan untuk dipheteria : umur 6 bulan untuk polio dan 9-12 bulan untuk
morbili.
-
BCG dapat diberikan pada waktu neonatus
karena tidak adanya transfer dari ibu.
b. Imunisasi
adalah cara untuk membuat ternak kebal terhadap penyakit menular. Imunisasi
dibagi menjadi dua macam yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif. Kedua macam
imunisasi tersebut berbeda dalam beberapa aspek berdasarkan cara memperolehnya,
sifat resistensi yang dihasilkan, cepat – lambatnya kemunculan antibodi maupun
katabolismenya.
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman
(toksin) disebut sebagai antigen. Secara khusus antigen tersebut merupakan
bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk
ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti.
Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.
Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya
tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang
dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat.
Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali
dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit
kuman ganas.
Dengan adanya dasar reaksi antigen
antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing
dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh.
Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa
bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas
tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh
antigen, artinya anak tersebut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan
Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin
lama jumlah zat antibodi yang ada didalam tubuh akan berkurang. Untuk
mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/
suntikan/imunisasi ulangan . Hal ini merupakan sebuah rangsangan bagi tubuh
untuk membuat zat antibobi kembali,atau dengan kata lain zat antibodi dalam
tubuh diperbaharui dengan yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar