FISIOTERAPI
KONDISI PASIEN
(GANGGUAN SENSORI, MOTORIK,
KOORDINASI,
VERTIGO, STROKE, DAN KOMA)
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Fisioterapi
adalah cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh
dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi ini tenaga alam yang dipakai
antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin , massase dan latihan yang mana
penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan
efek pengobatan.
Kegiatan
fisioterapi sangat penting bagi mereka yang sangat membutuhkan, khususnya bagi
mereka yang mengalami ketunaan dan mengalami gangguan fungsi tubuh.Pelayanan
fisioterapi banyak jenis-jenisnya, tergantung seberapa besar pelayanan yang
dibutuhkan. Seperti
pada penderita stroke, gangguan sensori, gangguan motorik, gangguan koordinasi,
vertigo, maupun orang yang mengalami koma.
Jenis
fisioterapi yang diterapkan pun juga berbeda, jika pada penderita stroke dapat
dilakukan dengan Terapi latihan adalah kegiatana fisik yang regular dan
dilakukan dengan tujuan meningkatkan atau mempertahankan kebugaran fisik atau
kesehatan dan termasuk di dalamnya fisioterapi dan okupasioral terapi.
Sedangkan untuk terapi gangguan sensori maupun motorik juga bnayak jenisnya
sehingga untuk trapi yang diberikan adalah terapi berupa latihan- latihan.
Untuk
lebih lengkapnya dalam bab ini akan diangkat jenis-jenis gangguan dan
penanganannya melalui metode fisioterapi.
1.2
Rumusan
masalah
1)
Bagaimana kondisi
pasien yang mengalami gangguan pada sensori, beserta jenis-jenis
gangguannya dan cara penanganannya?
2)
Bagaimana kondisi
pasien yang mengalami gangguan pada motorik,beserta jenis-jenis gangguannya dan
cara penanganannya?
3)
Bagaimana kondisi
pasien yang mengalami gangguan pada koordinasi, beserta jenis-jenis gangguannya
dan cara penanganannya?
4)
Bagaimana kondisi
pasien yang mengalami gangguan pada vertigo, beserta jenis-jenis gangguannya
dan cara penanganannya?
5)
Bagaimana kondisi
pasien yang mengalami gangguan pada stroke, beserta jenis-jenis gangguannya dan
cara penanganannya?
6)
Bagaimana kondisi
pasien yang mengalami gangguan pada koma, beserta jenis-jenis gangguannya dan
cara penanganannya?
7)
Bagaimana kondisi
pasien yang mengalami gangguan pada ataxia,
beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya?
1.3
Tujuan Masalah
1)
Mengetahui kondisi pasien yang mengalami gangguan pada
sensori, beserta
jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya.
2)
Mengetahui kondisi pasien yang mengalami gangguan pada
motorik,beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya.
3)
Mengetahui kondisi pasien yang mengalami gangguan pada
koordinasi, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya.
4)
Mengetahui kondisi
pasien yang mengalami gangguan pada vertigo, beserta jenis-jenis gangguannya
dan cara penanganannya.
5)
Mengetahui kondisi pasien yang mengalami gangguan pada
stroke, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara penanganannya.
6)
Mengetahui kondisi
pasien yang mengalami gangguan pada koma, beserta jenis-jenis gangguannya dan
cara penanganannya.
7)
Mengetahui kondisi
pasien yang mengalami gangguan pada Ataxia
, beserta jenis-jenis gangguannya dan cara
penanganannya.
PEMBAHASAN
2.1
Gangguan pada Sensori
Implus
sensorik diterima oleh ujung- ujung saraf dalam kulit , melintasi serabut saraf
(dendron) menuju sel sensorik dalam gang lion akar posterior dan kemudian
melalui axon sel –sel ini masuk kedalam sumsum tulang belakang , lantas naik
menuju sebuah nucleus dalam medulla oblongata, dan akhirnya
dikirimkan ke otak. Serabut saraf yang bergerak ke dan dari berbagai
bagian otak.
Sistem saraf harus mampu
harus mampu menginterpretasikan informasi agar tubuh dapat bergerak sesuai
dengan kebutuhan. Tapi ada kalanya sensorik di tubuh anak mengalami gangguan.
Pada umumnya sensorik dasar manusia
terdiri dari perabaan, pendengaran, penciuman, penglihatan, pengecapan,
propioseptif (gerak antar sendi) dan vestibuler (keseimbangan).
A.
Sensori
Perabaan
Input yang didapatkan berasal dari
reseptor di kulit yang bisa berupa sentuhan, tekanan, suhu, rasa sakit dan
gerakan bulu-bulu atau rambut.
Jika sensorik perabaan mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
Jika sensorik perabaan mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
1. Tidak mau atau tidak suka disentuh
2. Menghindari kerumunan orang
3. Tidak menyukai bahan-bahan tertentu
4. Tidak suka rambutnya disisir
5. Bereaksi berlebihan terhadap luka
kecil
6. Tidak betah dengan segala hal yang
kotor.
B.
Sensori
pendengaran
Input yang didapatkan berasal dari
suara-suara di luar tubuh.Jika sensorik pendengaran mengalami gangguan bisa
ditunjukkan dengan gejala:
1. Mudah teralih perhatiannya ke
suara-suara tertentu yang bagi orang lain dapat diabaikan
2. Takut mendengar suara air ketika
menyiram toilet, suara vaccum cleaner, hair dryer, suara
gonggongan anjing dan bahkan suara
detik jam
3. Menangis atau menjerit berlebihan
ketika mendengar suara yang tiba-tiba
4. Senang mendengar suara-suara yang
terlalu keras
5. Sering berbicara sambil berteriak
ketika ada suara yang dia tidak sukai.
C.
Sensori
penciuman
Input yang didapatkan berasal dari
aroma atau bau yang tercium. Jika sensorik penciuman mengalami gangguan bisa
ditunjukkan dengan gejala:
1. Reaksi berlebihan terhadap bau
tertentu seperti bau kamar mandi atau peralatan kebersihan
2. Menolak masuk ke suatu lingkungan
karena tidak menyukai baunya
3. Tidak menyukai makanan hanya karena
baunya
4. Selalu menciumi barang-barang atau
orang disekitarnya
5. Sulit membedakan bau.
D.
Sensori
penglihatan
Input yang didapatkan berupa warna,
cahaya dan gerakan yang ditangkap oleh mata.Jika sensorik penglihatan mengalami
gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
1. Menangis atau menutup mata karena
terlalu terang karena ia terlalu peka dengan sinar
terang
2. Mudah teralih oleh stimulus
penglihatan dari luar
3. Senang bermain dalam suasana gelap
4. Sulit membedakan warna, bentuk dan
ukuran
5. Menulis naik turun di kertas tanpa
garis.
E.
Sensori
pengecapan
Inputnya didapatkan dari semua hal
yang masuk ke mulut dan juga lidah. Jika sensorik pengecapan mengalami gangguan
bisa ditunjukkan dengan gejala:
1. Suka memilih-milih makanan (picky
eater), menolak mencoba makanan baru sehingga
lebih senang dengan makanan yang
itu-itu saja
2. Tidak suka atau menolak untuk sikat
gigi
3. Suka mengemut makanan karena ada
kesulitan dengan mengunyah, menghisap dan
menelan
4. Mengiler
5. Sering memasukkan barang-barang ke
mulut.
F.
Sensori
propioseptif (gerak antar sendi)
Input yang didapatkan berupa gerakan
otot dan sendi, akibat adanya tekanan sendi atau gerakan tubuh. Jika sensorik
propioseptif mengalami gangguan bisa ditunjukkan dengan gejala:
1. Senang aktivitas lompat-lompat
2. Suka menabrakkan atau menjatuhkan
badan ke kasur atau orang lain
3. Sering terserimpet kaki sendiri atau
benda sekitar
4. Sering menggertak gigi
5. Pensil patah saat menulis karena
terlalu kuat memberikan tekanan
6. Terlihat melakukan segala sesuatu
dengan kekuatan panuh.
G.
Sensorik
Vestibular (keseimbangan)
Input yang didapatkan dari organ
keseimbangan yang berada di telinga tengah atau perubahan gravitasi, pengalaman
gerak dan posisi di dalam ruang. Jika sensorik vestibular mengalami gangguan
bisa ditunjukkan dengan gejala:
1. Menghindari mainan ayunan, naik turun
tangga dan perosotan
2. Tidak suka atau menghindari naik
eskalator
3. Takut dengan ketinggian
4. Senang diayun sampai tinggi
5. Senang dilempar ke udara.
Treatment yang diberikan berupa
terapi sensory integration (SI), yaitu pengorganisasian berbagai
informasi sensori agar bisa dimanfaatkan oleh tubuh. Terapi ini merupakan salah
satu metode okupasi terapis. aktifitas dalam terapi sensori integrasi adalah:
1. Mengembangkan intelektual, kemampuan
sosial dan emosi
2. Meningkatkan harga diri (self-esteem)
3. Mempersiapkan badan dan pikiran agar
lebih siap untuk belajar
4. Dapat berinteraksi dengan positif
terhadap lingkungan sekitar.
2.2
Gangguan pada Motoris
Gejala
neuorologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah diotak bergantung pada
berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya. Gejala utama stroke
iskemik akibat trombosis serebri adalah timbulnya deficit neurologic secara
mendadak/sub, didahului gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau
bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun. Komplikasi cacat akibat
stroke berdasarkan gangguan neurology fokal otak dapat berupa: Gangguan motoris
adalah kelemahan atau kelumpuhan separo anggota gerak, kekakuan pada satu
extremitas atau separo tubuh, mulut dan atau bibir mencong, lidah mencong,
pelo, melihat dobel (diplopi), kelopak mata sulit di buka (ptosis), gerakan tak
terkendali (chorea / atetosis), kejang–kejang (seizer), tersedak (aspirasi),
tidak keluar suara (disfoni/afoni).
Implus
motorik yang dibangkitkan dalam salah sebuah sel pyramidal pada daerah motorik
dalam kortex, melintasi axon atau serabut saraf yang sewaktu menyusui sumsum
tulang balakang , berada di dalam substansi putih. Axon itu mengait dendrite
sel saraf motorik pada kornu anterior sumsum tulang belakang. Kemudian implus
merambat pada axon sel-sel tersebut, yang membentuk serabut-serabut motorik
akar anterior saraf sumsum tulang belakang , dan dihantar kepada tujuan
akhirnya dalam otot.
Implus
berjalan dari kortex serbri menuju sumsum tulang belakang, melalui jalur-jalur
menurun yang sebut traktus serebro spinalis atau trakus piramidalis. Neuron
pertama, yaitu neuron motorik atas, memiliki badan-badan sel dalam daerah pre-
Rolandi pada kortekx sebri dan serabut-serbutnya berpadu erat pada saat mereka
melintas antara nucleus-kaudatus dan lentiformis dalam kapsula interna.
Neuron
motorik bawah, yang bermula sebagai badan sel dalam kornu anterior sumsum
tulang belakang, keluar, lantas masuk akar anterior saraf spinalis, lalu
didistribusikan ke periferi dan berakhir dalam organ motorik, misalnya otot.
Kerusakan pada neuron motorik, dari
segi klinis perlu dibedakan antara
kerusakan pada neuron motorik atas , seperti jalur motorik pada daerah otak,
dan gangguan pada neuron motorik bawah.
A. Hemiplegia
Adalah
contoh tentang kerusakan pada neuron motorik atas di mana otot-otot sebetulnya
bukan lumpuh , tetapi lemah dan kehilangan control. Otot pada anggota gerak
dapat menjadi spatik, dan gerakan tidak sadar dapat terjadi serta tak
terkendalikan , sehingga sering menimbulkan kejang-kejang dan kaku. Reflex-refleks
meninggi. Tonus otot tetap ada dan yang terkena serangan tidak mengecil.
B. Polimielitis
Adalah
sebuah contoh kerusakan neuron motorik bawah, di mana otot yang terserang
menjadi lumpuh dan lemah , juga mengeciil dan kehilangan reflex-refleks normal.
Bila penderita adalah seorang anak , maka anggota geraknya tidak dapat
berkembang
C. Bell’s palsy
Adalah
gangguan akut pada serabut motorik bawah dari nervus fasialis. Hal itu akan
mengakibatkan bahwa bagian wajah yang terserang tidak dapat bergerak, mata selalu
terbuka, air mata menggenangi wajah, makanan bertumpuk pada sisi ruang dalam
mulut. Kendati kebanyakan kasusu kelumpuhan Bell ini dapat sembuh secara
sempurna sebab kelumpuhan itu sendiri sangat sedikit diketahui. Penyakit ini
adalah sebuah contoh lain pada kasus kerusakan neuron motorik bawah.
2.3
Ganguan pada Koordinasi
Nervus
vestibularis yang tersebar hingga kanalis semisirkuleris, mengantarkan
implus-implus menuju otak. Implus-implus itu di bangkitkan dalam kranal-kranal
tadi, karena adanya perubahan kedudukan cairan dalam kranal atau
saluran-saluran itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan kesadaran kedudukan
kepala terhadap badan. Apabila seseorang sekonyong-sekonyong didorong ke arah satu sisi, maka
kepala orang cenderung untuk miring ke arah lain (berlawanan dengan arah badan
yang didorong) guna mempertahankan keseimbangan, berat badan di atur, posisi
berdiri di pertahankan, jatuhnya badan dapat dihindarkan.
Perubahan
kedudukan cairan dalam saluran semisirkuler inilah yang merangsang implus ,
yang segera dijawab badan berupa gerak refleks, guna memindahkan berat badan
serta mempertahankan keseimbangan. Keseimbangan kadang terganggu sementara,
setelah adanya operasi tertentu pada telinga seperti stapedektomi, dan akibat mabuk
perjalanan. Kedua gangguan itu dapat cepat disembuhkan dengan salah sebuah
antihistamin yang terkandung dalam preparat paten seperti: Dramamine.
Keseimbangan dan langkah berjalan mungkin terganggu secara tetap sebagai akibat
cidera yang menyerang kepala.
Contoh penyakit
gangguan koordinasi:
A.
Ataxia
Ataksia sering muncul ketika bagian
dari sistem saraf yang mengendalikan gerakan mengalami kerusakan. Penderita
ataksia mengalami kegagalan control otot pada tangan dan kaki mereka,
sehingga menghasilkan kurangnya keseimbangan
dan koordinasi atau gangguan gait (Glucosamine/chondroitin Arthritis Intervention
Trial).
Ataksia Friedreich merupakan
penyakit menurun yang menyebabkan kerusakan progresif terhadap sistem saraf
sehingga menyebabkan gangguan gait dan masalah berbicara sampai penyakit
jantung. Penyakit ini dinamakan seperti dokter Nicholaus Friedreich, yang
pertama kali mendeskripsikan kondisi tersebut pada tahun 1980.
Ataksia yang merupakan gangguan
koordinasi seperti kikuk atau gerakan canggung dan tidak kokoh, muncul pada
banyak penyakit dan kondisi. Ataksia Friedreich disebabkan
kemunduran jaringan saraf pada urat saraf tulang belakang (spinal cord) dan saraf
yang mengendalikan gerakan otot pada lengan dan kaki. Urat saraf menjadi
tipis dan sel-sel saraf kehilangan serabut myelin. Ataksia Friedriech,
meskipun jarang merupakan ataksia yang paling sering diturunkan dan terjadi pada wanita dan
pria dengan risiko yang sama.
Penyebab
Sebagian besar gangguan yang
menghasilkan ataksia menyebabkan bagian dari otak yang disebut serebelum
(otak kecil) memburuk atau atrofi. Kadang urat saraf tulang belakang (spinal
cord) juga terpengaruh. Degenerasi serebelar dan spinosereberal
digunakan untuk mendeskripsikan perubahan yang terjadi pada sistem saraf manusia,
namun bukan diagnosa yang spesifik. Degenerasi serebelar dan spinosereberal
memiliki banyak penyebab.
Gejala
Gejala dan waktu onset tergantung
dari tipe ataksia. Bahkan terdapat banyak variasi dalam keluarga yang sama
dengan tipe ataksia yang sama. Kelainan resesif umumnya menyebabkan gejala yang
dimulai sejak masa kanak-kanak dibandingkan dewasa.
Bagaimanapun, dalam tahun-tahun terakhir, sejak tes genetik tersedia, diketahui ataksia Friedreich mulai terjadi saat dewasa pada beberapa kasus. Ataksia dominan sering muncul pada umur 20 tahun sampai 30 tahun atau bahkan lebih tua lagi. Kadang individu dapat tidak menunjukkan gejala sampai usia 60 tahun.
Bagaimanapun, dalam tahun-tahun terakhir, sejak tes genetik tersedia, diketahui ataksia Friedreich mulai terjadi saat dewasa pada beberapa kasus. Ataksia dominan sering muncul pada umur 20 tahun sampai 30 tahun atau bahkan lebih tua lagi. Kadang individu dapat tidak menunjukkan gejala sampai usia 60 tahun.
Biasanya keseimbangan dan
koordinasi yang dipengaruhi pertama kali. Tidak adanya koordinasi tangan,
lengan dan kaki dan kemampuan berbicara adalah gejala umum lainnya. Berjalan
menjadi semakin sulit dan ditandai oleh berjalan dengan menempatkan kaki
semakin jauh untuk mengimbangi keseimbangan yang buruk.Gangguan koordinasi
lengan dan tangan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol
gerak yang baik seperti menulis dan memakan. Gerakan mata yang lambat dapat
dilihat pada beberapa bentuk ataksia. Seiring berjalannya waktu, ataksia dapat
mempengaruhi kemampuan berbicara & menelan.
Ataksia yang diwariskan merupakan
kelainan degeneratif yang berkembang selama beberapa tahun. Seberapa parah dan
kemungkinan berujung pada kematian tergantung tipe ataksia, usia dimulainya
gejala dan faktor lain hanya sedikit dipahami saat ini. Komplikasi saluran
pernapasan dapat menjadi fatal pada orang yang bed bound atau memiliki masalah
menelan yang parah.
Diagnosa
Diagnosa
ataksia Friedreich dilakukan berdasarkan pemeriksaan klinis termasuk riwayat
medis dan melalui pemeriksaan fisik. Tes yang dilakukan meliputi:
a. Elektromiogram
(EMG), yang mengukur aktivitas elektrik sel-sel otot.
b. Studi
pengantaran saraf, yang mengukur kecepatan saraf meneruskan rangsangan.
c. Elektrokardiogram
(EKG), yang memberikan hasil grafik aktivitas elektrik atau pola denyut jantung
d. Ekokardiogram,
yang merekam posisi dan gerakan otot jantung.
e. Magnetic
Resonance Imaging (MRI) atau scan computed tomography (CT) scan, yang
menyediakan gambar otak dan urat saraf tulang belakang.
f. Ketukan
tulang belakang (spinal tap) untuk mengevaluasi cairan serebrospinal.
g. Tes
darah dan urin untuk mengetahui naiknya kadar glukosa.
h. Tes
genetik untuk mengidentifikasi gen yang dipengaruhi.
Pengobatan
Seiring
dengan banyaknya penyakit degeneratif pada sistem saraf, tidak ada obat atau
pengobatan yang efektif untuk Ataksia Friedriech. Bagaimana pun, banyak gejala
dan komplikasi yang dapat diobati untuk membantu pasien mempertahankan fungsi
optimal selama mungkin. Diabetes, jika ada, dapat diobati dengan diet dan obat
seperti insulin dan beberapa penyakit jantung juga dapat diobati dengan obat. Masalah orthopedi
seperti deformitis kaki dan skoliosis dapat diatasi dengan alat penguat atau
operasi. Terapi fisik dapat memperlama penggunaan lengan dan kaki. Peneliti
berharap kemajuan dalam memahami genetik ataksia Friedriech dapat menjadi
pemecahan dalam pengobatan.
Pencegahan
Penyakit
yang diturunkan secara genetik ini tidak dapat dicegah. Namun, saat ini banyak
penelitian yang sedang dilakukan untuk memahami penyakit ini lebih lanjut.
2.4
Gangguan pada Vertigo
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak
atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau
berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo
bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam
bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi
vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
Penyebab
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan
melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan
telingan dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa
berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang
terjadi secara tiba-tiba.
Penyebab umum dari vertigo:
1.
Keadaan lingkungan
- Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
- Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2.
Obat-obatan
- Alkohol
- Gentamisin
- Alkohol
- Gentamisin
3.
Kelainan sirkulasi
- Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
- Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
4.
Kelainan di telinga
- Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam
- Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam
(menyebabkan
benign paroxysmal positional vertigo)
- Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
- Herpes zoster
- Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
- Peradangan saraf vestibuler
- Penyakit Meniere
- Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
- Herpes zoster
- Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
- Peradangan saraf vestibuler
- Penyakit Meniere
5.
Kelainan neurologis
- Sklerosis multipel
- Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya
- Tumor otak
- Tumor yang menekan saraf vestibularis.
- Sklerosis multipel
- Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya
- Tumor otak
- Tumor yang menekan saraf vestibularis.
Gejala
Penderita
merasa seolah-olah dirinya bergerak atau berputar; atau penderita merasakan
seolah-olah benda di sekitarnya bergerak atau berputar.
Diagnosa
Sebelum
memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab dari vertigo.
Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan otak.
Gerakan mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi di telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan otak.
Nistagmus adalah
gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam telinga.
Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakkan kepala penderita secara tiba-tiba atau dengan meneteskan air dingin ke dalam telinga.
Untuk
menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan dalam
satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
Tes pendengaran seringkali bisa menentukan adanya kelainan telinga yang mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran.
Tes pendengaran seringkali bisa menentukan adanya kelainan telinga yang mempengaruhi keseimbangan dan pendengaran.
Pemeriksaan
lainnya adalah CT scan atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan
kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga
suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau
dari tulang belakang. Jika diduga
terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka dilakukan pemeriksaan angiogram,
untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.
Pengobatan
Pengobatan
tergantung kepada penyebabnya. Obat untuk
mengurangi vertigo yang ringan adalah Dimenhydrinate , Diphenhydramine , Promethazine , Diazepam , Lorazepam , Meclizine , Scopolamine , Prochlorperazine Skopolamin
terutama berfungsi untuk mencegah motion sickness, yang terdapat dalam bentuk
plester kulit dengan lama kerja selama beberapa hari. Semua obat di atas bisa
menyebabkan kantuk, terutama pada usia lanjut. Skopolamin dalam bentuk plester
menimbulkan efek kantuk yang paling sedikit.
2.5
Gangguan Stroke
Stroke adalah deficit neurologist
akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak
dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena (WHO,
1989).
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya
stroke dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Stroke
hemoragik
Terjadi
perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan
pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas,
namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan
penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
2. Stroke non
hemoragik
Dapat berupa
iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi
setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan,
kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia
jaringan otak.
Stroke non
hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
penyakitnya, yaitu :
a.
TIA’S (Trans Ischemic Attack)
Yaitu
gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala
akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b.
Rind (Reversible Ischemic Neurologis
Defict)
Gangguan
neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan
maksimal 3 minggu.
1.
Stroke in
Volution
Stroke yang
terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan
bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa
hari.
2.
Stroke Komplit
Gangguan
neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.
Etiologi
Ada beberapa faktor risiko
stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1. Hipertensi
Disebabkan
oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan pecahnya
pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah
cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya
kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti
oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu
dapat menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling
banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber
pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
4. Diabetes
mellitus (DM)
Penderita DM
berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan
viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan
adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang
terjadi pada pembuluh darah serebral.
5. Usia lanjut
Pada usia
lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak.
6. Polocitemia
Pada
policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga
perfusi otak menurun.
7. Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan
aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak.
8. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan
kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah,
salah satunya pembuluh drah otak.
9. Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah
oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
10. Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi
kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh darah menjadi
kaku), salah satunya pembuluh darah otak.
Terapi
latihan adalah kegiatana fisik yang regular dan dilakukan dengan tujuan
meningkatkan atau mempertahankan kebugaran fisik atau kesehatan dan termasuk di dalamnya
fisioterapi dan okupasioral terapi (Kwakkel, et al, 2004.)
a.
Latihan
Pasif
Gerak
pasif dihasilkan oleh kekuatan “eksternal” ketika otot-otot tidak bisa
berkontraksi atau otot berelaksasi secara voluenter untuk melakukan pergerakan.
Dengan kata lain gerak pasif adalah gerak yang digerakkkan oleh orng lain. Pada
latihan gerak pasif dibantu oleh keluarga atau pengasuh. Latihan pasif
dilakukan sedini mungkin walaupun pasien
belum sadar. Menurut Mulyasih dan Ahmad (2008), latihan pasif pada penderita
stroke adalah :
1) Latihan
Pasif Anggota Gerak Atas
- Gerakan
menekuk dan meluruskan sendi bahu
- Gerakan
menekuk dan meluruskan siku
- Gerakan
memutar pergelangan
- Geraka
menekuk dan
meluruskan pergelangan tangan
- Gerakan
memutar ibu jari
- Gerakan
menekuk dn meluruskan ibu jari tangan
2) Latihan
Pasif Anggota Gerak Bawah
- Gerakan
menekuk dan meluruskan pangkal paha
- Garakan
menekuk dn meluruskan lutut
- Gerakana
latihan pangkal paha
- Gerakan
memutar pergelangan kaki
b.
Latihan
Aktif
Gerak
aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri( Gardiner, 1964
dan Soeparman, 2004). Latihan aktif dilakukan bila kondisi pasien telah stabil
dan kooperatif (Mulyatsih dan Ahmad, 2008).
Menurut Mulyatsih dan
Ahmad (2008), latihan aktif pad penderita meliputi:
Latihan I :
1) Menganjurkan penderita mengangkat
tangan yang lemah/ lumpuh menggunakan yang sehat kea rah atas.
2) Meletakkan
kedua tangan di atas kepala. Mengembalikan tangan ke posisi semula (bawah)
Latihan
II :
1) Menganjurkan
penderita mengankat tangan yang lemah / lumpuh melewat dada kearah tangan yang
sehat
2) Menegembalikan
ke posisi semula
Latihan
III :
1) Menganjurkan
penderita mengankat tangan yang lemah/ lumpuh ke atas kepala
2) Mengembalikan
ke posisi semula
Latihan
IV :
1) Menekuk
siku yang lemah / lumpuh menggunakan tangan yang sehat
2) Meluruskan
siku , kemudian mengangkat ke atas
3) Meletakkan
kembali tangan yang lemah di tempat tidur
Latihan
V :
1) Memegang
pergelangna tangan yang lemah / lumpuh menggunakan tangan yang sehat ,
mengangkat ke atas kepala
2) Memutar
pergelangan tangan kea rah dalam dan ke arah luar
3) Mengembalikan
tangan ke posisi semula
Latihan
VI :
1) Menekuk
dan meluruskan jari-jari yang lemah dengan tangan yang sehat
2) Melakukan
gerakan memutar ibu jari yang lemah dengan tangan yang sehat
Latihan
VII :
1) Menganjurkan
pasien meletakkan kaki yang sehat di bawah lutut yang lemah
2) Menurunkan
kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat bersentuhan dengan
pergelangan kaki yang lemah
3) Mengankat
kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat , kemudian turunkan
pelan-pelan
Latihan
VIII :
1) Mengangkat
kaki yang lemah menggunakan kai yang sehat ke atas sekitar 3 cm
Mengayunkan kaki
sejauh mungkin ke arah kanan dan ke kiri. Kembali posisi semula dan mengulang
lagi.
2.6
Gangguan Koma
Golden diagnostic:
Penurunan kesadaran tidak bisa
dibangunkan dengan rangsang yang kuat
Definisi:
Keadaan tidak sadarkan diri yang
penderitanya tidak dapat dibangunkan, bahkan dengan rangsang yang sangat kuat
Etiologi:
Secara umum stupor dan koma dapat disebabkan menjadi tiga kategori besar :
1.
Kelainan
struktur intrakranial (33 %)
Kebanyakan kasus ditegakkan melalui pemeriksaan imajing otak ( computed
tomography [CT] or magnetic resonance imaging [MRI] atau melalui
lumbal punksi [LP].
2.
Kelainan
metabolik atau keracunan (66%)
Dikonfirmasi melalui pemeriksaan darah, tapi tidak selalu positif.
3.
Kelainan
psikiatris (1%)
Stupor atau koma disebabkan oleh penyakit mempengaruhi
kedua hemisfer otak atau batang otak. Lesi unilateral dari satu hemisfer tidak
menyebabkan stupor atau koma kecuali massa tersebut besar hingga menekan
hemisfer kontralateral atau batang otak. Koma yang disebabkan kelainan fokal di
batang otak terjadi karena terganggunya reticular activating system.
Kelainan metabolik dapat menyebabkan gangguan kesadaran karena efek yang luas
terhadap formasio retikularis dan korteks serebral.
Tiga penyebab koma yang dapat cepat menyebabkan kematian dan dapat
ditangani antara lain :
a.
Herniasi dan penekanan batang otak: space
ocupying lession yang menyebabkan koma merupakan keadaan emergensi bedah
saraf.
b.
Peningkatan
tekanan intrakranial (TIK) : peningkatan TIK dapat menyebabkan gangguan perfusi
otak dan global hypoxic-ischemic injury.
c.
Meningitis atau encephalitis: kematian akibat meningitis bakterialis atau herpes
encephalitis dapat dicegah dengan terapi secepatnya.
d.
Penyebab lain:
-
Intoksikasi, putus, dan keracunan obat
-
Alcohol
-
Hipoglikemia diabetic
-
Hiperglikemia diabetic
-
Hipoksia
-
Sepsis
-
Patologi SSP
-
Gagal ginjal
-
Gagal hati
-
Kondisi-kondisi endokrin
Manifestasi klinis:
-
Secara umum
a.
Pasien koma tidak dapat
dibangunkan
b.
Tidak memberikan respon normal
terhadap rasa sakit atau rangsangan cahaya
c.
Tidak memiliki siklus
tidur-bangun
d.
Tidak dapat melakukan tindakan
sukarela
-
Adapun gejala di bawah ini sesuai
dengan etiologinya:
a.
Syaraf cranial terganggu atau
bagian timbul yang dipersyarafi akan terganggu
b.
Peningkatan suhu sekitar 40 °C
c.
Asidosis metabolic
d.
Edema otak dan paru
e.
Apneu / takipneu – cheyne stokes
f.
Mual, muntah, pucat
g.
Adanya trauma kepala dan hematoma
h.
Hipotermi
i.
Tekanan darah menurun–nadi mengecil
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Pada umumnya sensorik
dasar manusia terdiri dari perabaan, pendengaran, penciuman, penglihatan,
pengecapan, propioseptif (gerak antar sendi) dan vestibuler (keseimbangan).
2.
Gangguan motoris: kelemahan atau kelumpuhan separo
anggota gerak, kekakuan pada satu extremitas atau separo tubuh, mulut dan atau
bibir mencong, lidah mencong, pelo, melihat dobel (diplopi), kelopak mata sulit
di buka (ptosis), gerakan tak terkendali (chorea / atetosis), kejang–kejang (seizer),
tersedak (aspirasi), tidak keluar suara (disfoni/afoni).
3.
Vertigo adalah perasaan seolah-olah
penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita
bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan.
4.
Stroke adalah deficit neurologist
akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak
dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena (WHO,
1989).
5.
Stupor
atau koma disebabkan oleh penyakit mempengaruhi kedua hemisfer otak atau batang
otak. Lesi unilateral dari satu hemisfer tidak menyebabkan stupor atau koma
kecuali massa tersebut besar hingga menekan hemisfer kontralateral atau batang
otak.
Daftar pustaka
Pearce,C.,Evelyn.2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta : PT Gramedia.
1 komentar:
Pusat Terapi dan Tumbuh Kembang Anak (PTTKA) Rumah Sahabat Yogyakarta melayani deteksi dini anak berkebutuhan khusus dengan psikolog, terapi wicara, sensori integrasi, fisioterapi, behavior terapi, Renang& musik untuk anak berkebutuhan khusus, terapi terpadu untuk autism, ADD, ADHD, home visit terapi & program pendampingan ke sekolah umum. informasi lebih lanjut hubungi 0274 8267882
Posting Komentar