Ponorogo Pos, 15 Juni 2011
Tempe dan Krupuk Makanan Istimewa
SEBUTAN Kampung Idiot di Desa Kerebet, Kecamatan Jambon Ponorogo sudah tidak asing lagi kita dengar. Dibalik penderitaan yang mencengkeram warganya dengan pridikat Kampung Idiot tersebut ternyata masih ada beberapa warga yang hidup dibawah garis paling miskin. Bayangkan tiga keluarga yang ditemui ternyata hidupnya sangat memprihatinkan. Ketiga keluarga tersebut yakni keluarga Mbah Giyem (70) warga Rt. 4 /Rw. 5, Dusun Gupak Warak, Desa Kerebet, Kecamatan Jambon. Mbah Giyem yang seorang janda tersebut harus membanting tulang menghidupi Kedua anaknya yang mengalami penderitaan keterbelakangan mental (Idiot). Yaitu Yahdi (45) dan Yaimun (40). Yahdi dan Yaimun tersebut ditinggal mati bapaknya sejak Yaimun masih dalam gendongan (umur 6 Bulan). Sementara Yahdi hanya dipasungan ini bahkan tanah dibawah pasungan sudah nyaris seperti sumur karena tiap hari dikeruki dengan kukunya.
Giyem yang hidup dirumah yang berukuran 4 x 5 dan terbuat dari anyaman bambu usang ini, bagi keluarganya ia bisa dihitung untuk konsumsi tempe atau kerupuk. Selain Giyem ada juga keluarga Mbok Kademi (65) seorang janda dari RT.3/RW.6 Dusun Kayen, Desa Kerebet. Giyem yang seorang janda harus menghidupi ketiga anaknya yang idiot, yakni Katemi (45), Boinem (42), dan Misinem (40). Ketiga anak dari Kademi ini mengalami keterbelakangan mental selain cacat bisu dan tuli. Keempat perempuan yang serumah ini harus hidup dalam serba kekurangan, ia hanya berharap bantuan dari donatur atau pemerintah untuk makan kesehariannya. “Kami sudah tidak bisa lagi mencari nafkah, kalau ada sembako atau bantuan saja saya bisa makan yang agak ada rasanya” ujarnya sedikit memelas.
Sangat memprihatinkan lagi bagi Sjiem (60) warga RT.6/RW.5 Dusun Gupak warak. Dia harus hidup sebatang kara dengan gondok yang bergelayut dilehernya. Ia hidup didalam rumah yang berukuran 1,5 x 1,5 meter. Ironis memang rumah layak kandang ayam ini dijadikan istana bagi sijem. Ia harus tidur bersama dengan panci, kendil, dan berbantalkan gombal-gombal usang. “ ini semua yang saya masak dari pemberian tetangga kanan kiri, apa mas mau makan sama saya,” ujar sijem sambil menawari makan.
Ketiga keluarga yakni Giyem, Kedemi, dan sijem ini adalah potret kemiskinan di kampung Idiot. Ketiga keluarga ini krupuk dan tempe menjadi menu yang istimewa dan sangat jarang dijumpai. Kepala desa Kerebet, Jemiran sangat menyayangkan kunjungan Menteri Sosial beberapa hari lalu yang tidak ditunjukkan kerumah ketiga keluarga tersebut. “ Kami sangat berharap adanya program pemerintah di desa kami ini program pemberdayaan masyarakat, bukan hanya bantuan yang bersifat instant, jadi kalau ada program pemberdayaan yang bersifat berkelanjutannya, maka pemerintah untuk diserahkan kesetiap kelompok atau dusun yang nantinya dari hasil itu bisa untuk menalangi atau menutup warga kami yang kurang beruntung itu,” tegasnya.
Sementara Kepala Puskemas Jambon dr. Pretty Briliant Octovina menjelaskan terkait tugas dan pendampingnya di Dua desa yang dikategorikan Idiot tersebut pihaknya sampai saat ini sudah mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak Spirit seperti donatur baik pemerintah maupun swasta.
“ kami sudah banyak memberikan dan bahkan untuk Posyandu kami harus mengawal sendiri di Dua Desa tersebut karena saya ingin memutuskan rantai idiot dan gaky. Bahkan kami sudah kerjasama dengan Desa dan Dinas Sosial untuk menerbitkan pelayanan pengobatan bagi keluarga kurang mampu dengan menggunakkan SKTM (Surat Keterangan Miskin),” terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar