Gadis itu, semenjak 2
tahun yang lalu ia selalu berdiri didekat area parkiran kampus Fakultas
pendidikan berdiri dengan pandangan kosong yang dalam. Gadis itu selalu berdiri
di bawah hujan.
Aku masih ingat 2 tahun
lalu gadis itu selalu menyimpulkan kebahagiaan di tiap sudut bibirnya bersama
dengan seorang laki-laki setahun lebih tua darinya. Gadis itu begitu energik
dan penuh semangat, itu semua terlihat dari wajahnya yang merona kemerahan.
Tapi beberapa bulan setelah itu simpul kebahagiaan berubah menjadi kemuraman
yang entah kapan akan berakhir.
Hari itu sebelum
kemuraman memeluk tubuhnya, dia bertengkar dengan seorang pria yang sering
bersamanya tersebut. Gadis itu tidak mengatakan apapun dia hanya terdiam
menahan amarah, menampar si pria kemudian berlalu dari hadapannya.
“ aku sudah muak denganmu. Kamu gadis yang egois
mementingkan kebahagiaanmu sendiri dan menjadi orang merasa paling menderita
sendirian!” teriak si pria juga menahan amarahnya.Gadis tersebut berhenti,
kemudian berbalik arah.
“ yah, aku mungkin memang menjadi orang yang seperti kamu
gambarkan. Tapi asal kamu tahu suatu saat nanti aku memang merasa menderita
sendirian. Orang-orang yang begitu ku sayangi hanya menjadi duri dalam daging
dan mengiris perih tanpa tahu rasa terimakasih. Termasuk kamu!” gadis itu pun
berbalik arah dan pergi meninggalkan si pria.
Yah.. itu adalah kenangan yang tak bisa kulupakan dari si
gadis tersebut. Namun entah kenapa sigadis ini selalu berdiri tanpa berkata
apapun, seperti mengingat sesuatu tapi tak sampai dia ingat mendadak merintih
kesakitan di kepalanya.
***
Untuk apa aku disini? Kenapa setiap kali hujan datang,
aku selalu merasa ingin disini?apa yang terjadi disini hingga membuatku tak
ingin beranjak. Apa dia masih mengingat tempat ini? Atau hanya aku saja yang
terpaku menantinya.
Begitu banyak pertanyaan dalam benakku hingga terkadang
membuat buih di mulutku menumpuk, otakku menjadi kram dan akhirnya sakit itu
datang. 2 Tahun lalu begitu menjadi memori terburuk yang ingin ku hapus saja
bahkan nama mereka berdua tak perlu ku mengingat. Apa ini tandanya terlalu
cinta sampai-sampai membuatku hampir amnesia. Mulai 2 tahun yang lalu setiap
ingin mengingat sesuatu aku harus menuliskannya di buku harianku dan mataku
yang sakit menjadi saksi bisu kecewa terhadapmu sementara hati yang mati adalah
sejarah dimana kekecewaan yang kamu beri terlalu sempurna.
Mengapa kamu menghukumku karena gadis yang biasa ku sebut
sebagai – sahabatku – itu. Tahukah kamu dia mencuri senyum dan tawa yang biasa
ku ukir dibibirmu. Aku tahu aku tidak punya hak untuk mengaturmu, tapi kedekatan
kalian membuatku cemburu. Kamu harus tahu, gadis yang kusebut sebagai sahabat
dulunya sekarang sudah bahagia. Aku hanya ingin kamu dan aku mengukir senyum
berdua bersama tanpa adanya dia. Sementara penghianatan kalian begitu sempurna.
Hanya demi dia, kamu berani membentakku kasar dan membuatku terasa tak
berharga. Ketahuilah sayang, aku yang selalu terjaga disaat kamu sakit. Aku
selalu jadi yang pertama disaat kamu merasa kesulitan. Kulakukan semua hanya
demi memudahkanmu dan kau lakukan hal-hal untuk menyulitkanku. Argh.. biarkan
Tuhan membuatku melupakan siapa kalian dan harapku agar Tuhan menjadi sesuatu
yang adil untuk membalas sakit yang kurasakan hingga hari ini. Sakit yang
membuat memori otakku menjadi lemah dan terganggu.
***
Gadis muram ini begitu setia kepadaku. Gadis ini selalu
menantiku ketika aku akan datang. Biasanya gadis ini bercengkrama dengan
sahabatku si awan, dia menceritakan kalau dia merindukan pria yang begitu dia
cintai, pria yang membuatnya mencintainya lebih dari apapun. Si awan selalu
menyampaikan cerita gadis ini padaku. Aku tersenyum. Awan bilang gadis muram
ini begitu menyukaiku, karena di setiap hujan selalu ada Ra dan In, entah apa
maksud gadis muram ini. Saat hujan dia bilang selalu bersama pria yang
dicintainya, menghabiskan waktu berdua menunggu hujan. Meski kadang kulihat
pria ini tak begitu nyaman bersamanya,hanya saja pria ini menyayanginya sebatas
sebagai sahabatnya. Namun si gadis muram ini mencintainya begitu besarnya.
Hari itu aku spesial datang untuk gadis muram ini dan si
pria yang dia cintai tersebut. Ah.. kecewanya aku, gadis itu tidak lagi
mengukir senyum di wajahnya bercengkrama bersama pria itu. Mereka berdua malah
bersitegang dengan kebenaran masing-masing. Aku semakin deras membanjiri mereka
berharap percekcokan itu segera berakhir. Nyatanya tidak. Pria itu malah
mengatakan sesuatu yang begitu menyakiti hati si gadis muram ini. Dia bilang
gadis muram ini egois hanya memikirkan dirinya. Seandainya si pria itu tahu,
gadis ini begitu polos mencintainya tanpa memikirkan apapun yang menyakitinya.
Hai awan, hai surya bantu aku untuk pergi dari sini. Muncullah kalian agar aku
tak berlama-lama melihat pemandangan menyakitkan ini. Gadis muram ini bisa
hancur kalau terus seperti ini. Rasa sakitnya begitu terlihat dimatanya, meski
aku terus mengucurkan air agar air matanya tak terlihat di hadapan pria yang
dicintainya tersebut. Oh..gadis muram semoga kamu tetap ingat padaku dan tetap
menyukaiku. Meski dibawahku lah kalian berpisah satu sama lain.
***
Aku menjadi saksi bisu cerita si gadis muram ini,
bagaimana tidak mereka selalu menghabiskan waktu di sini ditempatku tidak jauh
berdiri. Aku tahu betul apa yang sering mereka bicarakan. Gadis muram itu dulu
sering kusebut sebagai gadis periang yang diam-diam menyimpul senyum untuk pria
yang dicintainya saat bercerita. Kadang mereka bercanda sambil bersitegang
sebentar kemudian membahas cerita yang menarik bagi si pria.
Yah mungkin ini memanglah takdirku yang selalu berdiri
kokoh sebagai pohon besar di dekat parkiran fakultas pendidikan, gadis muram
itu kini tetap muram menanti hujan, bercerita dengan awan dan terkadang matanya
berkaca-kaca.
Oleh : Inke