saya menulis untuk diri saya, dan apa yang pembaca baca adalah untuk pembaca. didalam tulisan saya, tidak merasa saya dan semua tulisan saya terkadang berisi tentang saya ^_^

Selasa, 08 November 2011

Organ Artikulasi


Artikulasi merupakan hubungan dinamis antara rahang bawah terhadap rahang atas, yaituhubungan dinamis perpindahan dari satu gigi ke oklusi yang lain, atau dari relasi mandibula ke relasi mandibula lainnya.
Hubungan antara rahang bawah dan rahang atas yang ideal adalah bila relasi sentrik sama dengan oklusi sentrik, atau antara kedua posisi rahang tersebut dapat dilakukan dengan gerakan yang lancar tanpa terjadi sangkutan.





Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat artikulator. Artikulator, terdiri atas :
·         Paru-paru
·         Tenggorokan
·         Rongga mulut
·         Hidung
Titik Artikulator :
·         Bibir
·         Lidah
·         Langit-langir
·         Gigi
·         Pita suara
Bunyi Vokal : bunyi yang tidak mengalami hambatan di daerah artikulator. Disebut huruf hidup karena dapat berdiri sendiri dan dapat mengihupkan konsonan.
o Terdiri dari : a, i, u, e,o.
o Diftong → au, ai, oi
Vokal dapat diklaifikasikan menjadi:
o   Berdasarkan bentuk bibir
Ø  Vokal bulat → a, o, u
Ø  Vokal lonjong → i, e
o   Berdasarkan tinggi rendah lidah
·         Tinggi → i
·         Tengah → e
·         Bawah → a
o   Berdasarkan maju mundurnya lidah
·         Depan → i, a
·         Tengah → e
·         Belakang → o
Bunyi Konsonan : bunyi yang mengalami hambatan dalam pengucapan. Pembentukan konsonan:
o   Bilabial : pembentukan konsonan oleh 2 bibir. (b, p, m)
o   Apikodental : pembentukan konsonan oleh ujung lidah dan gigi (t, d, h)
o   Labiodental : pembentukan konsonan oleh gigi dan bibir (f, v)
o   Palatal : lidah – langit-langit keras (c, j)
o   Velar : belakang lidah – langit-langit lembut (k,g)
o    Hamzah (glottal stop) : posisi pita suara tertutup sama sekali.
o   Laringal : pita suara terbuka lebar, udara keluar melalui geseran.
Pembentukan konsonan :
o   B → bilabial
o   C → palatal
o   D → apikodental
o    F → labiodentals
o   G → glottis
o   H → hamsa (pita suara bergetar)
o   J → palatal
o   K → glottis
o   L → laringal
o   M → bilabial
o   N → apikodental
o   P → bilabial
o   Q → glottis
o   R → tril
o   S → desis
o   T → apikodental
o   V → labiodentals
o   W → labiodentals
o   X → glottis
o   Y → langit-langit lunak + lidah
o   Z → desis

Contoh daerah artikulasi vokal
Depan tak bundar
Belakang bundar
 


LANGKAH-LANGKAH  DAN KEADAAN ALAT ARTIKULASI KETIKA MENGELUARKAN BUNYI    
Contoh-contoh daripada huruf vokal
  Semasa membunyikan vokal depan sempit [ i ]:
Keadaan bibir hampar.Depan lidah dinaikkan setinggi mungkin kearah lelangit keras.Anak tekak dan lelangit lembut dinaikkan bagi menetup rongga hidung supaya udara tidak keluar melalui rongga hidung.Udara dari paru-paru keluar ke rongga hidung.Pita suara digetarkan
Contohnya pada perkataan:
         Ikan - [i]kan
         Bila - B[i]la
         Tali - Tal[i]
  Semasa membunyikan vokal depan separuh sempit [ e ]
Keadaan bibir hampar.Depan lidah dinaikkan separuh tinggi ke arah gusi.Anak tekak dan lelangit lembut dinaikkan bagi menutup rongga hidung supaya udara tidak keluar.Udara dari paru-paru keluar ke rongga hidung.Pita suara digetarkan
Contohnya pada perkataan:
         Enak – [e]nak
         Teleng  – tel[e]ng
         Tempe – temp[e]

Contoh – contoh daripada huruf konsonan
   Konsonan geseran gusi tidak bersuara [s]
Hadapan lidah dinaikkan ke gusi untuk membuat sempitan pada arus udara.Lelangit lembut dan anak tekak dinaikkan ke belakang rongga tekak untuk menyekat arus udara dari paru-paru ke rongga hidung.Pita suara direnggangkan.Arus udara dari paru-paru melalui rongg mulut tanpa menggetarkan pita suara.Udara keluar melalui sempitan depan lidah dan gusi untuk menghasilkan bunyi konsonan geseran gusi tidak bersuara
Contohnya pada perkataan:
         Silap – [s]ilap
         Lasak – La[s]ak
         Lemas – Lema[s]

  Konsonan getaran gusi bersuara [ r ]
Hujung lidah dikenakan pada gusi.Lelangit lembut dan anak tekak dinaikkan ke belakang rongga tekak untuk membuat sekatan arus udara dari paru-paru ke rongga hidung.Pita suara dirapatkan.Arus udara yang keluar dari paru-paru melalui rongga tekak menggetarkan pita suara.Arus udara melalui rongga mulut menggetakan ujung lidah
Contohnya pada perkataan:
         Rapat – [r]apat
         Tiram – Ti[r]am
         Lebar – Leba[r]


Ø  Vocal [U]
Seperti pada posisi pengucapan vocal [O], vocal [U] dibunyikan dengan memperhatikan :
·         Mulut lebih dipersempit sedikit, dan bibir sedikit lebih didorong kedepan.
·         Dapatkan vocal [U] yang sempurna, seperti pada kata busur, sungguh, dll dimana bunyi tidak didominasi bunyi [U] yang utuh melainkan terkesan lebih boros dalam hal nafas.
·         Hindari bunyi [U] yang menjurus ke [O] kecuali pada nada-nada rendah seperti ada BASS.
·         Jika dirasakan dan diraba, maka vocal [U]akan terasa bergetar diatas tengkuk.

Ø  Vokal [O]
Berawal dari bentuk vocal [A] tetapi merubah bentuk bibir menjadi lonjong
seperti corong, vocal [O] dapat dibunyikan dengan manis. Diupayakan sebulat atau
selonjang mungkin, sehingga akan terdengar bunyi vocal [O] seperti pada kata
toko, pohon, lorong. Hindari vocal [O] seperti pada kata jengkol, tongkol, karena jika demikian posisi mulut atau lidah akan berubah. Pada saat membunyikan vocal [O] kita akan merasakan bunyi dan getarannya di leher.

Ø  Vokal [A]
·         Dibunyikan dengan menjatuhkan rahang bawah sejauh mungkin, bukan dengan
membuka kesamping
.
·         Gigi atas dan bawah tidak dilindungi atau ditutupi oleh kedua bibir atas dan
bawah, bibir atas dan bawah harus kelihatan.
·         Lidah diletakkan rata serta ujungnya menyentuh gigi bawah.
Setelah dibuat dalam posisi demikian bunyikanlah vocal [A] dengan santai.

TUJUAN ARTIKULASI
Tujuan diberikannya latihan artikulasi pada anak tunarungu adalah:
1.      Membentuk pola-pola ucapan bunyi bahasa Indonesia dengan baik sesuai dengan aturan pembentukan yang baik dan benar.
2.      Memfungsikan alat bicara yang diindikasikan/diasumsikan telah baku.
3.      Menyadari pola ucapannya yang dirangkaikan dari rangkaian fonem/vokal dan konsonan menjadi suku kata, kemudian kata sampai merupakan suatu kalimat/ide/gagasan yang lebih luas mengandung arti sehingga difahami orang lain di lingkungannya.

METODE PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN ORGAN ARTIKULASI
Metode pengajaran yang dipakai dalam artikulasi adalah:
Ø  Metode Visual
  Metode ini merupakan latihan, agar ketajaman penglihatan anak tunarungu lebih bagus. Akibat dari anak tunarungu sedikit sekali memiliki indra pendengaran, maka visualisasi lebih ditekankan dalam pembelajaran.
Ø  Metode Imitasi
Kecenderungan sifat anak berkebutuhan khusus maupun anak pada umumnya suka meniru, melalui metode ini anak dilatih artikulasi untuk menirukan apa yang dikerjakan oleh guru.
Ø  Metode Penugasan
Melalui metode ini anak dilibatkan dalam proses pembelajaran, artinya anak diberikan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Misalnya anak disuruh membuat pekerjaan rumah dsb.
Ø  Metode Ujaran
Pengajaran artikulasi dengan suara ujaran, misalnya: bola, batu dll dengan diucapkan oleh anak. Artinya tanda-tanda yang ditulis berwjud huruf itu adalah simbol dari pada suara ujaran.
Ø  Metode Resitasi
Pengajaran artikulasi yang semua vokal, konsonan dengan kata-kata diucapkan kembali dengan keras-keras dengan betul sebagaimana anak dengar (berbicara/membaca).
Ø  Metode Global Kata
Pengajaran artikulasi yang diwujudkan dengan sebuah kata konkret, sekaligus sambil mengajarkan kata nama benda atau lainnya agar mudah mengingat-ngingat. Dari suatu yang konkret sedikit demi sedikit dirahkan kepada mengabtrasikan untuk anak berpikir secara abstrak.
Ø  Metode Mengulang
Semua yang telah diajarkan diulang beberapa kali anak akan mendapat kesan yang makin mendalam serta alat biaranya terlatih.
Setelah pelajaran selesai tidak berarti semua pelajaran dianggap sudah selesai sehingga melupakan apa yang telah diajarkan.

PENYEBAB TERJADINYA KESULITAN BICARA
Ø  Kelainan organ bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”. Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung  pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.
Ø  Gangguan Pendengaran
Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).
Ø  Retardasi Mental
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.
Ø  Genetik/ Herediter
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan. 
Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX  terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan  bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
Ø  Kelainan Kromosom
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan. 
Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX  terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan  bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX
Ø  Kelainan Sentral (Otak)
Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.
Ø  Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.    
Ø  Mutism Selektif
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
Ø  Gangguan Emosi dan Perilaku Lainnya
Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya
Ø  Alergi Makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak.  Gangguan  ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.

Ø  Deprivasi Lingkungan
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau  penelantaran anak.