saya menulis untuk diri saya, dan apa yang pembaca baca adalah untuk pembaca. didalam tulisan saya, tidak merasa saya dan semua tulisan saya terkadang berisi tentang saya ^_^

Rabu, 13 Mei 2015

payung tegak dimendung siang ini

boleh kuceritakan tentang hal yang tak kumengerti? hari ini begitu cerah namun semangatku terasa hilang, kukerjakan pekerjaan seperti biasa tapi tanpa semangat. apa karena besok libur? mungkin iya. Untungnya anak-anak kelasku begitu penurut hari ini meskipun ada satu siswa yang masih troble dan sering mengacaukan emosiku. Kelaspun ku akhiri, anak-anak pulang dengan suka cita karena besok akan libur. Langit sepertinya mendung akan turun hujan hari ini, yah biarkan saja mungkin sudah siklusnya.
Haripun semakin siang hero yang biasa bersamaku tiba-tiba lenyap entah kemana, tapi sepertinya aku mencium sesuatu yang menakutkan. mbak afri duduk disebelahku menghela nafas dan memandang ke arah cendela.
 "mbak dari mana?" tanyaku, sebentar menghentikan kegiatan memandang laptop kemudian menoleh kearahnya.
" ketemu pimpinan. aku ditawari untuk jadi pegawai tetap tapi bukankah mereka tahu aku tidak mungkin melanjutkan kerja disini." ucapnya. aku mengerutkan dahi.
kenapa tawaran sebagai pegawai tetap malah datang ke mbak afri? maksudku bukannya aku iri tapi mbak afri dengan hero masa kerjanya lebih lama hero. sesuatu semakin tidak beres.
"hero kemana?" tanyaku.
"dipanggil pimpinan!" jawabnya.
" kenapa, apa dia mau dipecat?" tanyaku ragu dan pelan
"Semoga saja tidak. dia begitu penting disini." jawabnya. aku hanya bergumam semoga saja dalam hati sambil menenangkan diri.
ku ambil hp dan membuka aplikasi BBM.
sesuatu terjadi kah?
 tak berapa lama balasanpun datang
iya
kontrakku nggak diperpanjang
aku resign

baru beberapa detik setelah kubaca pesannya, hero memasuki ruangan dan duduk bertolak punggung denganku. aku hanya membaca tanpa membalas. terdiam dan berkutat dengan pikiranku sendiri.
lama aku terdiam dalam lamunanku sendiri, sementara dia berceloteh ramai dengan salah satu teman kerjaku namanya mbak ita. jujur aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, semua menguap dalam otakku.
"ra, kamu kenapa? kamu kok mau nangis kamu tersinggung denganku?" tanya mbak ita membuyarkan lamunanku. sialan mataku mau meneteskan air mata.
aku menoleh kearahnya sambil tersenyum.
"hah..enggak kok, enggak apa-apa!" jawabku tergagap. tentunya aku tak mau hero tahu aku mau menangis. Aku merasa begitu cengeng setiap mau menghadapi perpisahan dengan teman yang begitu dekat dihidupku.
"beneran kah? aku merasa bersalah ra!"
"bener mbak, aku baik-baik saja" jawabku meyakinkan. saat itu aku tak berani menatap hero.
heropun membuyarkan suasana.
"ayo pulang..ayo pulang..sudah waktunya pulang" dan seketika orang pun berhamburan untuk siap-siap pulang.
aku masih menatap satu arah entah kemana tanpa beranjak untuk bersiap pulang, masih belum ada kekuatan rasanya.
"laptopnya dimatikan ya!" aku hanya mengangguk. kemudian mematikan dan memasukkan kedalam tas laptop dan juga masih dalam pandangan kosong.
" ayo pulang... tak antar pulang" ucapnya sambil bersiap-siap pulang.
aku hanya terdiam tak menjawab, membawa beberapa barang kekelas dan bersiap untuk pulang. Ada perasaan yang berat yang entah apa namanya, ini seperti phobia dengan sebuah perpisahan. tidak ada lagi suaranya, tidak ada lagi sosoknya, tidak akan lagi bisa dilihat tak bisa disentuh, hanya bisa dilihat dari kejauhan menjadi sesuatu yang abstrak.Tuhan 4 bulan lalu aku kehilangan orang yang paling aku cintai dalam hidupku tapi aku tidak menangis sama sekali mungkin aku merasa kecewa dengannya sehingga kepergiannya tidak lagi aku tarik.
Kini setelah 4 bulan aku merasa baik-baik saja, Kau membawa badai dan air mata dalam hidupku. Kau membawa penderitaan, kesendirian dan kesepian dalam hidupku kembali. Tuhan kapan waktuku pantas untuk bahagia dan sembuh dari luka? i will be happy like you, God.
"Beneran yang tadi?" tanyaku
"iya, keputusan final."
" ya Tuhan, kamu bahagia pastinya"
"bahagia ya enggak, sedih juga enggak. kan memang sudah mempersiapkan diri dari dulu."
" aku merasa kehilangan, kamu yang selalu membantu semua pekerjaanku selama ini dan aku merasa tergantung dengan itu semua" ucapku. Kukatakan semua itu bukan berarti hanya memanfaatkan dia mengerjakan semua tanggung jawabku, tidak. Aku hanya ingin dia tahu dia begitu berarti selama ini dan aku merasa kehilangan untuk selamanya. tidak lagi bisa berantem, bercanda, dan "bermain" kebohongan.
Haha..aku masih menganggapnya kebohongan dan mungkin memang kebohongan yang keterlaluan karena dia terus saja bermain peran denganku dihadapan semua orang. Jadi teringat kata-kataku sendiri, "jangan seperti itu ro, nanti pas kamu keluar aku dikira galau karena dicampakkan"
dan dia hanya menjawab " baguslah, bagus itu"
Ternyata hari yang dikira hanya becanda itu akan benar-benar terjadi,segera mungkin secepatnya. Ditahun ajaran baru dihidup yang baru dan pengalaman baru, tanpa Rainku dan tanpa dia.
"aku merasa kehilangan"
" gimana sih gimana"
" ya merasa kehilangan, ya begitulah" ucapku. aku tak pandai berkata-kata. aku tak bisa berbicara dengan baik selain menulisnya.
saat itu aku hanya ingin bilang, untuk jangan pergi, jangan biarkan aku sendirian ditempat itu, tetap disini temani aku entah sebagai apapun bisa sebagai teman atau rekan kerja atau apapun. Bantu aku untuk berani disini untuk percaya diri dihadapan banyak orang, untuk aku belajar, dan untuk hal-hal yang lain. Itulah yang ingin aku katakan sebenarnya. Tapi dengan keputusan Tuhan seperti itu mungkin itu adalah jawaban yang terbaik untuk hidupmu, untukmu bertemu jodohmu dan kebahagiaanmu.
Ini hanya karena aku cengengkan, bukan rasa kehilangan karena cintakan? ah semoga saja bukan. Semoga aku tidak jatuh cinta seperti yang kebanyakan orang bilang. Aku tak berani lagi berharap itu cinta apalagi dicintai, yang lalu begitu pahit untuk diterima, biarlah aku tetap seperti ini sampai aku menjadi layak untuk cinta, menantiNya sampai Dia teringat denganku kalau aku juga ingin bahagia seperti yang lain, yang tak akan ditolak atau dimanfaatkan dan takkan diakhiri dengan perpisahan.

dari seorang teman cengeng
yang selalu membatasi hatinya
namun dirinya sendiri yang terjebak KuasaNya

Selasa, 12 Mei 2015

kartini si siti nurbaya

Buat apa aku bergerak kalau gerakku menghancurkan diriku dan membuat manusia sekelilingku menyalak. bah.. munafik sekali mereka mencela saat aku tak berdaya dan buat apa aku bergerak kalau tetap dicela.
aku siapa? anggap saja sekumpulan biji kopi yang menghitam di wajan gerabah, yang melolong tolong namun tetap diaduk bersama butiran beras. ah.. bukankah biji kopi yang menghitam akan ditumbuk kemudian diseduh dan berakhir didalam perut? intinya mau bagaimanapun si kopi akan tetap dimakan olehnya.
lalu gerakku? sekali lagi gerakku akan dibiarkam membusuk dan di makan waktu? bagus! 
hei, aku bukan wanita bodoh. wanita yang boleh patuh hanya pada tuntutan adat. Mana emansipasi yang saat perjuangan kartini dapat kunikmati? apa semua hanya omong kosong dan aku tetap dijerat adat sebagai wanita.
apa aku akan diikat jaman siti nurbaya? perjodohan tanpa cinta, perjodohan tanpa kehendak untuk memilih dan menyelaraskan hati. akulah yang menikah bukan mereka, akulah yang akan tidur dan melayani pria asing itu bukan mereka. akulah yang akan diciumi dan dibelai si pria asing ditempat tidur kami dan sekali lagi bukan mereka.
apa hak mereka memaksa pernikahan dan saat menolak aku tertelak, kalau menerima akulah yang hidup didalam hampa. mereka hanya bisa mencela, tak tau rasanya jadi aku yang harus menerima pernikahan tanpa cinta.
berhentilah menyiapkan kebaya dan segala peningset itu, jangan diterima! karena hati ini belum mampu menerima si pria asing. Pria yang tidak beranjak mendekati hatiku namun langsung mengikat tubuhku didalam ikatan pernikahan.
cuiih.., apa itu! merasa jadi biji kopi yang ditumbuk-tumbuk dan mengalir keperut. merasa bagai selembar kain yang dijahit demi jahit tiap bagian demi sebuah bentuk untuk manusia, ketika baru diagung-agungkan dan ketika lusuh akan berakhir jadi serbet dan keset.
janganlah begitu, hentikan pernikahanku, bilang pada pria asing itu, curi hatiku baru tubuhku. yakinkan aku baru nikahi aku, jangan seperti ini, jangan emansipasi hanya jadi emansipasi dan tetap kisahku seperti si siti nurbaya.

12/5/'15


secarik kata

kau pernah menjadi sebagian nafasku
manusia yang menjelma menjadi detak jantungku
begitu dekat dengan paru-paruku

mencintaimu...
secarik kata yang begitu berat untuk kujalani sendirian
memperjuangkan...
secarik kata yang begitu sakit untuk merasuk dalam ingatan
terlupakan...
secarik makna yang pada akhirnya aku ditinggalkan

aku lupa kalau Tuhan menjawabku
berangan dalam pijakan tangga yang semakin tinggi
membuat segalanya jadi tergelincir
diposisi hidup yang berputar seperti kincir

selalu memaafkan...
kebodohan ataukah sebuah cinta yang suci
semuanya memburam ketika cinta meninggi
orang selalu lupa ketika mereka jatuh cinta
seperti saya...

wahai cinta yang pernah ada dihati
kini berhati-hatilah
tidak ada lagi cinta seperti masalalu yang pahit
tidak lagi kutulis kisah baru tentang kita
kini hanya baris-baris masa lalu yang menggenang
yang menjadi karya jiwaku

Kamu tetap abadi didalam tulisanku
meskipun sketsa wajahnya tetap abadi dalam lukisanmu
terima kasih telah memberi saya harapan
kemudian meninggalkan dalam ruang kehampaan


dari wanita yang mengabadikanmu didalam 4 jilid bukunya
yang begitu mengagumimu dan mengistimewakanmu
namun yang ia terima hanyalah ketidakpastian

Rabu, 06 Mei 2015

kamis diminggu ke-2 dibulan mei

Perasaanku jadi kalang kabut, kadang mengkerut, kadang kisut
Terasa agak takut-takut, membuatku terasa carut marut.
Hah..puisi gila yang kutulis pagi ini, yang tak kuteruskan dan akhirnya mengobrol dengan orang-orang kantor. Masalah yang masih membuatku deg-deg an karena insiden kecil yang menyerang murid kelasku. Dia berada diruang binadiri hari ini bermain keyboard, ya tak apalah namanya juga bermain. Tapi siapa bisa menyangka kalau salah satu bagian keyboard diretakkannya. Arghh..!!
Perasaanku jadi takut sendiri, jadi bingung sendiri dan harus memberikan keputusan apa. Dengan wajah bingung aku memasuki ruang guru.
“kenapa?” tanya seorang guru yang sebut saja hero.
“ pak liat wajahku! Kalau seperti ini pasti ada yang gawat!”
“apa?”
“ sini ikut aku!” ajakku. Dia mengekor dibelakangku.
Kami saling terdiam mencoba mencari solusi terbaik. Aku sigap menemui orang tuanya dan memintanya untuk melihat yang terjadi. Mama muridku tersebut berhasil ditemui dan kuajak untuk melihat sesuatu. Mamanya terperangah dan sepertinya you know what i mean lah.
“iya bu, saya akan mencoba memperbaikinya!”
“ iya, terima kasih ya bu!” ucapku mengucapkan terima kasih karena beliau mau bertanggung jawab akan anaknya tersebut.
Yah, hari yang memusingkan dengan persoalan seperti ini, barang itu bukanlah barang yang murah untuk segera dibeli. Aku saja mungkin dengan keadaan seperti ini akan gila duluan. Harga yang setara dengan gaji yang tiap bulan kuterima. Tuhan, pasti engkau selalu ada jalan.

Sepenggal kisahku



Senin, 04 Mei 2015

Empat Bulan Setelah Keputusanku

tiga bulan yang indah yang membuatku mengerti seolah-olah aku tahu itu cinta. benar-benar tiga bulan terbaik dalam hidupku merasa menjadi seseorang yang paling penting didalam hidupmu, yah aku yang selalu ada untukmu, selalu memiliki waktu untukmu, selalu terjaga saat kamu terlelap dalam sakit ditidurmu. Tuan, bulan agustus, september dan oktober menjadi bulan yang begitu menakjubkan untuk cintaku. Kamu yang selalu datang menemuiku di Malang, yang selalu menyisihkan waktu agar aku dapat melihatmu dan merasakan kehadiranmu. kamu yang selalu datang pada setiap akhir pekan, weekend yang dulu selalu kutunggu karena kita akan bertemu.
Tiga bulan lalu semua begitu indah, gelak tawamu dan hujan yang menyertai kita.tapi kini aku berada di bulan Mei, empat bulan sejak januari kamu resmi meninggalkanku tanpa kabar dan mengacaukan hidupku. Tuan, rasanya seperti mati mengambil keputusan untuk meninggalkanmu dan itu menjadi keputusan yang tak mudah.
Tidakkah anda merasa bersalah tuan? dimana november dan desember akhir tahun kemarin anda benar-benar mengabaikanku, tidak memberiku kabar dan mengurangi waktu untuk kita bertemu, untuk kita berbicara dan bercanda seperti biasa. tidak ada lagi weekend yang biasanya selalu kutunggu, tidak ada debar-debar menyambut akhir minggu seperti yang biasanya kulakukan. kini semuanya datar-datar saja.
Tahukah anda tuan, aku menjadi seseorang yang paranoid dengan namanya facebook, dimana disana ada hal yang benar-benar menyakitiku saat anda melukis cinta pertama anda awalnya saya biasa saja. entah kenapa saat anda melukis teman dekatku dan menunjukkan kepada semua orang sebagai bestfriend betapa sakit hatinya saya. kenapa dia bisa anda sebut sebagai sahabat? lalu apakah arti saya selama ini disisi anda? kenapa anda tidak menunjukkan saya kepada dunia kalau saya ada. seperti teman dekatku yang anda sebut sebagai sahabat.
Tuan anda menyakiti saya! dan cukup untuk saya bertahan dengan status yang tak jelas. dengan status yang entah sebagai sahabat, atau hanya pelarian. Anda bilang, saya selalu ada disaat anda membutuhkan saya lalu dimana anda saat anda tidak membutuhkan saya? anda tidak menjawabnya tuan, anda terdiam dan pelan-pelan melupakan saya.


dari seorang gadis yang diam-diam membencimu
yang berharap keadilan
yang berharap kamu menjadi masalalu yang akan dilupakan

Aku menyadari sesuatu

 Aku Menyadari Sesuatu

Aku merasakan sesuatu saat hujan menetes dan kepalaku menengadah keatas langit. kucoba menutup mata dan kembali kulihat dirimu. ku dengar nyanyian rintik hujan dengan derasnya yang saat itu berusaha menahanmu untuk pergi dari sisiku, yah..hari itu menjelang sore hari suasananya sudah terlampau sepi dan kita masih duduk terdiam diteras menunggu hujan. Aku menatap dalam diam dan kita berkutat dalam dunia masing-masing. Kaupun membuka percakapan saat dedaunan menggigil dan angin mulai menggigit sela-sela tubuhku.
saat itu kita duduk merapat ketembok, berharap mendapatkan kehangatan dan terjauhkan dari belaian-belaian halus angin. kita saling bercerita namun seingatku lebih banyak mendengarmu berceloteh tentang mimpi-mimpimu, hobimu, kesukaanmu dan perempuan seperti apa yang kamu inginkan untuk menjadi pendampingmu. aku hanya bisa mendengar dan diam-diam mengagumimu bahkan ingin memilikimu.
" ke, ngapain kamu disitu?" panggil seorang teman kerjaku, yah aku hanya berdua dengannya terjebak di bawah hujan.
" ah..," aku menatap kearahnya karena dia membuyarkan lamunanku. aku tersenyum kemudian mengikutinya memasuki ruang kantor.
aku menatap hujan dari balik jendela, hujannya tak kunjung berhenti.
"hujannya awet ya pak" aku membuka pembicaraan dengan teman kerjaku yang ku sebut pak itu, mungkin karena terbiasa formal aku bisa memanggilnya seperti itu.
" iya nih, kan aku ada janji mau pergi " jawabnya dengan nada kesal namun tidak tergurat rasa kesal diwajahnya.
aku kembali terdiam.
entah kenapa imajinasiku kembali bergerilya, aku merasa aku masih bisa merasakan hangatnya tanganmu yang kadang ingin sekali kugenggam andai saja aku sedikit lebih berani. kadang aku masih bisa merasakan kulit pipi dan hidupmu seperti apa lekukannya dan bagaimana caramu bernafas, aku masih sangat ingat.
Hari itu kita bercerita hingga hujan mereda dan kau mengantarku pulang kembali kekos. kamu pergi dengan senyum khasmu meninggalkanku memasuki kos dengan rasa penuh bahagia. aku mencintaimu... sangat mencintaimu...
" ke, pulang yuk" temanku yang satu ini kembali membuyarkan lamunanku. aku hanya terdiam menatapnya.
"arek GJ, gak jelas!" ucapnya kemudian. " ayo pulang!"
" ayo pak, aku juga mau ngelesi" jawabku.
dan hari ini aku merasakan situasi yang sama, hujan yang sama yang tidak segera berhenti, namun berhasil menghentikan langkahku. hujan yang sama dan situasi yang sama namun dengan sosok yang berbeda entah kusebut apa dan aku menyadari sesuatu perasaan yang aneh pasang dan surut yang tak bisa dijelaskan yang tak bisa dikatakan. namun yang pasti aku masih mencintaimu dan aku harus melupakanmu.

dari aku yang mencintaimu
yang telah kamu lupakan
dan kemudian jatuh cinta lagi